Sulastri tak menyangka kalau dia akan jadi korban pemerkosaan oleh pria yang tak dia kenal, dia sampai hamil dan dihakimi oleh warga karena merasa kalau Sulastri merupakan wanita pembawa sial. Sulastri meninggal dunia dan menjadi kuntilanak.
Wanita yang menjadi kuntilanak itu datang kembali untuk membalas dendam kepada orang-orang yang dulu membunuhnya, dia juga terus gentayangan karena mencari siapa yang sudah merenggut kesuciannya.
Jangan lupa follow Mak Othor biar gak ketinggalan up-nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BD Bab 11
Juragan Saleh, Karmila dan juga Dea sedang merapikan barang-barangnya di rumah baru. Ketiganya nampak bersemangat sekali, walaupun memang rumahnya begitu sederhana sekali.
Hanya ada dua kamar tidur, satu ruang tamu, satu ruang keluarga dan ruang makan yang bergabung dengan kamar mandi. Namun, mereka begitu menyukai rumah baru yang akan mereka tempati.
Tanpa terasa malam ini semuanya sudah terlihat sangat rapi. Rumah yang tadinya berantakan itu sudah siap dihuni, ketiga tersenyum dengan penuh kepuasan. Tidak sia-sia seharian ini merapikan rumah itu, walaupun memang hari ini begitu melelahkan.
"Ayah, laper." Dea mengelus perutnya.
"Bunda gak masak, beli aja."
Dea memutuskan untuk keluar dari dalam rumah baru yang baru dia tempati itu, saat dia hendak pergi mencari makanan, Dea tanpa sengaja menabrak Sultan.
"Maaf, aku gak sengaja."
"Tak apa, kamu bukannya anak pemilik perkebunan yang dibeli ayah aku ya?"
"Iya, kamu, Sultan ya?"
"Iya, kok kamu di sini?"
"Pindah, mulai hari ini aku tinggal di sini."
"Wah, enak banget punya tetangga baru kaya kamu." Sultan tersenyum-senyum karena merasa ada teman, beberapa hari ini dia bt karena tak punya teman.
"Iya, semoga kita bisa menjadi teman yang baik. Aku pergi dulu, mau beli makanan."
"Aku antar pake motor mau gak? aku baru dibeliin motor matic soalnya sama ayah," ujar Sultan."
"Nggak usah, jalan kaki doang bisa."
"Nggak bisa kalau harus jalan kaki, soalnya di sekitar sini tidak ada penjual makanan. Kalau mau beli makanan lumayan jauh, ini sudah malam. Kalau jalan kaki lama sampenya," bujuk Sultan.
"Boleh deh," jawab Dela. Dia tidak merasa ragu untuk pergi bersama dengan Sultan, karena dia sudah beberapa kali bertemu dengan pria itu ketika bertamu ke rumah ayahnya.
Sultan sudah bersiap untuk mengantar Dea pergi, tetapi seorang pria kepercayaan ayahnya langsung datang menghampiri Sultan.
"Kamu disuruh tuan Salman ke perkebunan, biar saya yang antar."
"Ih! Bang Syahdan ganggu aja," ujar Sultan kesal.
"Nggak ganggu, katanya ada yang penting."
"Kenapa nggak abang saja yang mewakili aku?"
"Nggak bisa, Abang diminta beli makanan untuk makan malam. Soalnya bibi gak sempat masak, urus nyonya seharian. Abang kebetulan satu tujuan dengan Nona Dea, jadi biar Abang yang pergi bareng Nona Dea."
"Ck! Iya," ujar Sultan dengan sewot.
Sultan akhirnya pergi ke perkebunan sesuai dengan keinginan ayahnya, sedangkan Dea pergi bersama dengan Syahdan menuju warteg yang letaknya lumayan jauh dari sana.
Mereka berdua memilih makanan yang mereka suka, kemudian memutuskan untuk pulang kembali. Tentunya di perjalanan menuju pulang keduanya nampak mengobrol.
"Abang kok bisa tahu kalau di daerah sini ada warteg yang murah tapi rasanya enak? Padahal Abang orang baru di sini," ujar Dea.
"Pas datang ke sini Abang berkeliling-keliling kampung agar tahu keadaan kampung sini, jadinya lumayan hapal ada apa saja dan ada tempat apa saja."
"Oh, aku saa yang ---"
Dea tidak bisa menyelesaikan ucapannya, karena tiba-tiba saja motor yang dikendarai oleh Syahdan berhenti mendadak.
"Bang, kenapa berhenti di sini sih?"
Dea mengedarkan pandangannya, di sekelilingnya hanya ada pohon-pohon yang begitu tinggi. Tak jauh dari sana ada gudang terbengkalai, pencahayaan begitu kurang. Dea menjadi takut dibuatnya.
"Nggak sengaja berhenti di sini loh, tapi motornya tiba-tiba saja mogok. Padahal, ini motor baru. Tuan Salman sengaja membeli 2 motor matic, yang satu untuk aku dan yang satunya buat Sultan."
Syahdan baru berusia tiga puluh tahun, dia sudah bekerja selama 8 tahun bersama dengan Salman. Usia yang tidak jauh dengan Sultan membuat dia begitu dekat dengan anak itu, bahkan mereka sudah seperti adik dan juga kakak.
"Buruan benerin, aku takut ini. Hiiih!"
Angin semilir membuat tubuhnya semakin merinding, dia merasa di sekelilingnya seperti ada yang sedang melihat dirinya. Memperhatikan dirinya, Dea tak nyaman dan merasa ketakutan.
"Iya, ini mau dilihat apa yang rusak."
Syahdan dengan cepat memeriksa motor itu, tetapi herannya tidak ada yang rusak. Bensin juga full, dia kesulitan untuk membenarkan motor itu agar kembali mesinnya menyala.
"Bisa gak, Bang?"
"Bentar," ujar Syahdan.
Di saat Syahdan sedang sering pengotak-atik motornya yang ada di hadapannya itu, tiba-tiba saja ada sosok wanita berbaju lusuh datang menghampiri keduanya.
"Apa ada yang bisa aku bantu?"
Syahdan dan juga Dea langsung menolehkan wajah mereka ke arah wanita itu, mata keduanya langsung membulat dengan sempurna. Karena Mereka melihat kaki wanita yang ada di hadapannya itu tidak berjejak.
"Se--- setan !" teriak keduanya.
Syahdan yang ketakutan langsung lari tunggang langgang, sedangkan Gea malah mematung dengan ketakutan yang luar biasa. Jangankan untuk lari, untuk berbicara saja dia tak bisa.
"Hai, Dea. Kamu mau temani aku di sini?"
Tubuh Dea ambruk, karena kedua lututnya terasa kopong dan tidak mampu menahan bobot badannya itu. Dea hanya bisa menggelengkan kepalanya saja. Wanita yang kakinya tidak berjejak itu semakin mendekat ke arah Dea.
"Kamu juga seperti warga lainnya ya? Nggak mau temani aku, hem?"
''Ng--- nggak mau, aku --- aku mau pu---"
Belum sempat Dea menyelesaikan ucapannya, wanita itu sudah tidak sadarkan. Wanita yang berpenampilan lusuh itu langsung tersenyum.
"Mungkin kamu dikirimkan oleh Tuhan untuk membantuku, karena hanya kamu yang memiliki hati bersih."
ternyata begitu ceritanya... dasar laki-laki...
jahat pula...
kalo ada udaku geplek pala abg syahdan 🤣
syahdan ini udah termakan omongan ibunya.. kasihan juga sih.. nggak tau apa-apa, malah dimanfaatkan ibunya..