Meninggal karena di jebak oleh musuh bebuyutannya membuat Kebo Iwa merasa menyesal seumur hidupnya karena telah meninggalkan cinta sejatinya demi wanita yang akhirnya membunuh dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kasih sayang seorang kakak
"Kau boleh saja membohongi semua orang jika kakakku adalah ayah dari anakmu, tapi tidak dengan diriku. Apa kau lupa yang kita lakukan sebelum aku membawa mu kemari?" ucap Bisma balik bertanya
*Tak!!!
Refan menghentikan langkahnya dan segera bersembunyi saat melihat Bisma bersama Ibunya.
"Kau,_" Kartika segera mendorong tubuh Bisma menjauh darinya.
"Jangan takut sayang, aku tidak akan pernah mengusik kalian jika kau juga tidak mengusikku, jadi hiduplah dengan damai. Syukuri apa yang sudah diberikan almarhum kakakku padamu dan jangan pernah berharap sesuatu yang bukan milikmu, karena kau hanya akan terluka," ucap Bisma merapikan baju Kartika.
Refan begitu terpukul mendengar ucapan Bisma.
Ternyata benar kata orang-orang kalau aku ini anak haram, tapi kenapa harus di brengsek itu yang menjadi ayahku. Kenapa harus dia?
Regan mengepalkan tangannya, begitu melihat lelaki itu mengecup kening Kartika.
"Aku akan berusaha menjadi ayah yang baik untuk putramu, jadi jangan khawatir." ujar Bisma kemudian meninggalkan tempat itu.
Ayah yang baik, Cih... bahkan kau selalu merisak ku saat aku masih kecil.
*Flashback!!
Seorang anak kecil berlari kencang dan tak sadar menabrak seorang lelaki di depannya.
"Dasar anak sialan, apa kau tahu harga baju ini hah!" hardik Bisma saat menyadari bajunya terkena tumpahan es krim anak kecil itu.
"Maaf Tuan, aku tidak sengaja!" jawab Refan kecil berusaha membersihkan noda di baju lelaki itu dengan tisu.
Namun Bisma dengan kasar langsung menepis lengannya hingga anak kecil itu jatuh terperosok ke lantai.
"Awww!" seru Refan mengusap luka di kakinya.
"Dasar anak sialan gara-gara kamu baju mahal ku rusak!" cibir Bisma meninggalkannya.
"Kenapa sih kamu selalu membuat masalah," ujar Kartika yang kemudian datang dan menyeret tubuh Refan
Wanita itu membawa masuk anak kecil itu dan kemudian memukulinya.
"Ampun ibu, ampun... aku tidak akan berbuat salah lagi, ampun Bu... ampun!" teriak Refan meminta maaf
Selesai melampiaskan amarahnya, Kartika mengurung Refan di gudang.
Dalam gelap bocah kecil itu menggigil ketakutan, ia hanya bisa menangis untuk mengusir rasa takutnya.
*Krieett!!
Seketika bocah itu menghentikan tangisnya manakala mendengar suara pintu gudang terbuka.
Ia begitu ketakutan saat melihat seorang lelaki memasuki ruangan itu.
"Jangan takut nak, aku hanya ingin mengobati lukamu," ujar Prawiro mengusap lembut rambutnya
Lelaki itu kemudian mengeluarkan kotak P3K dan membersihkan luka Refan.
Saat bocah kecil itu meringis kesakitan lelaki itu langsung meniup lukanya.
"Apa masih sakit?" tanyanya kembali meniup luka bocah itu.
"Sudah tidak sakit lagi Tuan, terimakasih" jawab Refan
*Flashback off
Kartika terduduk di kursi tamu dan menghela nafas panjang.
"Dia datang dan mengancam ku, sebaiknya kau singkirkan dia sebelum ia mengacaukan rencana kita," ucapnya kemudian mematikan ponselnya.
Refan kemudian masuk kedalam kamarnya, pemuda itu merebahkan tubuhnya untuk beristirahat.
Namun tidak lama ia terbangun karena mendengar pertengkaran Ibunya dengan seorang lelaki.
Regan segera keluar untuk memastikan siapa yang bertengkar dengan Ibunya.
"Dasar J*lang, awas saja kalau kau sampai berani menyentuh ku, aku tidak akan tinggal diam!" Bisma mendorong Kartika hingga wanita itu tersungkur ke lantai.
Kartika segera bangun dan mengejar Bisma. Ia kemudian menjambak rambut Bisma yang berjalan meninggalkannya.
"Kau pikir aku akan diam saja saat kau terus mengintimidasi aku dan putraku!" seru Kartika
"Lepaskan aku!" seru Bisma kembali mendorong wanita itu hingga terjungkal.
*Braakkk!!
"Dasar brengsek!!" seru Kartika kemudian mengejar Bisma lagi dan menggigitnya
Bisma yang meradang langsung melepaskan tendangannya kepada wanita itu hingga Kartika hingga wanita itu jatuh menimpa meja tamu.
*Prannggg!!!
Kartika kemudian pingsang di lantai.
Bisma yang khawatir berlari kearahnya kemudian memeriksa wanita itu.
"Syukurlah dia masih hidup," ucapnya kemudian segera pergi meninggalkan tempat itu.
Refan segera menghampiri Ibunya yang bersimbah darah di lantai.
"Ibu!!" serunya kemudian memeriksa denyut nadinya
"To ... long ibu nak," ucap Kartika perlahan membuka matanya
Wanita itu kemudian mencabut pecahan kaca yang menancap di dadanya.
"Cepat panggil ambulance," ucapnya sembari menutup dadanya yang terus mengeluarkan darah.
"Cepat nak, ibu sudah tidak tahan lagi!" serunya dengan wajah memucat
Bukannya menelpon ambulance, Refan justru meninggalkan wanita itu tanpa menolongnya.
"Re...Fan...tolong Ibu nak...jangan tinggalkan Ibu," ucap Kartika saat melihat Refan berlari meninggalkannya.
Tidak lama polisi datang ke Wastu Ares dan segera membawa jenazah Kartika ke rumah sakit.
"Maaf Tuan anda dilarang masuk!" cegah seorang polisi saat Refan hendak memasuki rumah itu.
"Saya Refan Prawiro putra dari Ibu Kartika, Jadi tolong ijinkan aku melihat Ibuku untuk terkahir kalinya," jawab Refan
Polisi kemudian mengijinkan pemuda itu masuk ke TKP.
"Ibu!!" seru Refan menangis tersedu-sedu
"Siapa yang melakukan ini padamu," imbuhnya
"Tolong jangan sentuh apapun Tuan, karena anda bisa merusak barang bukti," tukas seorang polisi
Regan kemudian segera meninggalkan tempat itu, lelaki itu menyeringai saat melihat polisi membawa jenazah ibunya.
*********
Sementara itu Bisma tampak ketakutan saat melihat berita kematian Kartika dari televisi.
Lelaki itu terus berjalan mondar-mandir, menunggu kedatangan seseorang.
"Kenapa ia bisa meninggal, aku yakin harusnya dia masih hidup karena aku tidak membunuhnya," ucapnya gusar
*Brakkkk!!!
"Tuan Bisma Haryono, anda kami tangkap berdasarkan barang bukti yang kami temukan di TKP maka kami tetapkan anda sebagai tersangka pembunuhan Ibu Kartika. Jika anda ingin melakukan pembelaan silakan hubungi pengacara anda dan mohon kerjasamanya untuk ikut kami ke kantor polisi," tukas seorang polisi memberikan surat penangkapan kepadanya
"Sial!!" seru Bisma yang tak berkutik saat polisi memborgolnya.
Tidak lama kemudian Daniel mengunjungi Bisma bersama seorang pengacara.
"Akhirnya kau datang juga," ucapnya ketika Daniel mengunjunginya
"Bagaimana kau bisa kehilangan arloji itu, apa kau sudah mencarinya?" tanya Daniel
"Aku sudah mencarinya dimana-mana namun tetap tak menemukannya," jawab Bisma
"Jangan bilang kau meninggalkannya di Wastu Ares?"
Bisma terdiam dan mencoba mengingat pertengkarannya dengan Kartika.
"Benar, sepertinya arlojiku terlepas saat Tika mengigit lenganku," jawab Bisma
"Sial!" pekiknya
*Brakkk!!!
Bisma begitu terkejut saat Daniel menggebrak meja di depannya.
"Beruntung aku masih menyimpan jam ini dan belum pernah memakainya," ucap Daniel mengeluarkan sebuah box arloji
"Ah...kau memang yang terbaik Niel, thanks bro atas bantuannya!" ujar Bisma memeluk erat lelaki itu.
Daniel kemudian mendatangi tim penyidik dan memberikan arloji itu padanya.
"Maaf, sepertinya teman saya meninggalkan arlojinya di rumahku. Aku datang kemari untuk menyerahkan bukti arlojinya kepadamu," ucap Daniel menyerahkan arlojinya kepada pihak polisi.
"Jika arlojinya ada di rumahmu, lalu arloji siapa yang ada di TKP?" jawab sang polisi bertanya balik padanya
"Mungkin ada seseorang yang tidak menyukainya dan berusaha menjebaknya. Kau tahu kan Bisma Haryono memiliki banyak saingan bisnis. Tentu saja hal ini sudah menjadi hal yang umum dalam dunia bisnis, menjatuhkan atau di jatuhkan," jawab Daniel
**********
"Selamat siang nak, bagiamana kabarmu hari ini?" sapa Bisma menghampiri Refan di ruangannya
Tentu saja Regan begitu terkejut saat melihat lelaki itu ada di kantornya.
"Kau... bagaimana kamu bisa keluar dari penjara?" tanya pemuda itu gugup
"Kau pasti kecewa karena gagal memenjarakan ayahmu ini, sayang sekali nak...kau tidak cukup cerdik untuk melawanku. Meskipun kau lulusan dari luar negeri tetap saja anak seorang babu tidak akan pernah menang melawan bangsawan seperti diriku. Aku senang melihat darah licik ku ada dalam dirimu, tapi aku kecewa dengan kecerobohan mu nak?" jawab Bisma kemudian membenturkan kepala Refan ke meja kerjanya.
*Brakkk!!!
"Andai saja kau bukan putraku, aku sudah membunuh mu dari dulu. Tapi sepertinya kalian memang tidak tahu terimakasih. Sepertinya percuma saja aku menutup mulut ku selama ini, kau dan ibumu sama saja. Kalian benar-benar sampah yang tidak tahu diri!" seru Bisma
"Sekarang pergilah dari sini sebelum aku mengungkapkan semuanya kepada publik," imbuhnya kemudian melepaskan lelaki itu.
*Bersambung
EPILOG
"Tuan muda tunggu!"
Iwa menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang.
Seorang lelaki tua berlari menyusulnya dan memberikan sebuah Arloji padanya.
"Maaf Tuan, aku hanya ingin memberikan arloji ini padamu. Aku tidak tahu itu milik siapa, tapi aku menemukannya setelah Tuan Bisma berkunjung ke wastu Ares sehari sebelum kematian Nyonya Kartika," ucap lelaki itu membuat Iwa terkejut
Untuk apa Paman Bisma datang ke tempat ini?.
"Kalau boleh tahu apa Paman Bisma sering datang kemari?" tanya Iwa
"Ada beberapa kali Tuan Bisma datang berkunjung menemui Nyonya Kartika," jawab lelaki itu
Kenapa Paman Bisma sering menemui Bibi Kartika, ada hubungan apa antara mereka?
"Terimakasih banyak mang Infonya," Iwa kemudian bergegas meninggalkan tempat itu.
"Sama-sama Tuan," jawab lelaki itu.
Saat hendak meninggalkan Wastu Ares, Iwa melihat sosok Refan duduk termenung di depan taman.
Dia pasti sedang berduka karena kehilangan ibunya.
Iwa segera menghampiri Refan, dan duduk di sampingnya.
"Aku turut berdukacita atas kematian ibumu, semoga polisi bisa segera menangkap pelakunya," hibur Iwa
"Kalau kau benar-benar kakakku, bisakah kau membantuku menangkap pelaku pembunuh ibuku?" tanya Refan berkaca-kaca
"Tentu saja, aku pasti membantumu," jawab Iwa mengusap lembut kepala Refan