NovelToon NovelToon
Pembalasan Andara

Pembalasan Andara

Status: tamat
Genre:Petualangan / Tamat / Selingkuh / Teen Angst / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:522.4k
Nilai: 5
Nama Author: nadyasiaulia

"Aku bukan orang baik buat kamu."


Diputuskan dengan sebuah sms dan dengan alasan superklasik, membuat Andara marah.

Buana Semesta, lelaki yang sudah membagi rasa dengannya selama hampir setahun belakangan tiba-tiba mengiriminya sms itu. Andara sebenarnya sudah tahu kalau peristiwa itu akan terjadi. Dia sudah prediksi kalau Buana akan mencampakkannya, tetapi bukan Andara jika bisa dibuang begitu saja.

Lelaki itu harus tahu siapa sebenarnya Andara Ratrie. Andara akan pastikan lelaki itu menyesal seumur hidup telah berurusan dengannya. Karena Andara akan menjadi mimpi buruk bagi Buana, meskipun cowok itu tidak sedang tertidur.

Banyak cara disusunnya agar Buana menyesal, termasuk pura-pura memiliki pacar baru dan terlihat bahagia.

Tetapi bagaimana jika akhirnya Buana malah terlihat cemburu dan tidak suka dengan pacar barunya?
Juga bagaimana jika Andara bermain hati dengan pacar pura-puranya itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nadyasiaulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Disclaiming

"Rindu adalah perihal yang susah untuk disangkal."

🔥🔥🔥

Jujur ke Natha mengenai perasaannya terhadap Kin agak membantu. Cewek itu memberitahu Andara beberapa hal mengenai Kin tanpa perlu ditanya. Andara jadi tahu kalau Kin itu dulu pernah punya band di SMA, jadi tahu kalau cowok itu juga lumayan tenar di sekolahnya dan jadi tahu kenapa Kin suka sekali lagu Mr. Brightside.

Konon, Kin pernah menyukai seorang cewek di sekolah mereka. Kata Natha, cewek itu manis dan lembut. Namun, cinta Kin hanya bertepuk sebelah tangan. Pengakuan Kin atas perasaannya ditolak oleh cewek itu, dan lebih parahnya ternyata cewek itu diam-diam sudah berpacaran dengan sepupu Kin. Lagu Mr. Brightside itu seperti original soundtrack Kin saat melihat cewek itu dibawa serta ke acara keluarga. Melihat cewek itu digandeng sepupunya, Kin terbakar cemburu. Kata Natha, Kin rasanya terbunuh di tempat ketika tidak sengaja melihat mereka berciuman. Mungkin karena lirik Mr. Brightside yang terasa pas, Kin jadi menyukai lagu itu.

Natha juga jadi semakin sering bercerita tentang Kin dan Andara menjadi semakin merindukan cowok itu. Sesekali antara Andara dan Kin masih berbalas pesan, membahas hal-hal remeh seperti foto Green Canyon yang diunggah Andara atau foto langit yang baru saja diunggah Kin. Namun Andara sadar akan posisinya, dia tidak berani membahas hal-hal yang lebih intim. Obrolan yang ada hanya sebatas obrolan antar teman. Andara tidak berani menanyakan apakah Kin sudah makan atau belum, menanyakan cowok itu tidur jam berapa semalam.

Arrrgh! Andara mengacak kepalanya

gemas. Kenapa jadi ribet gini, sih?!

Dia rindu Kin. Sungguh! Sesak sekali merindukan seseorang yang tidak bisa dilihat nyata. Saat ini, dia ingin sekali melihat muka smiling face dan mata sipit segaris Kin. Mungkin akan terlalu aneh jika Andara meminta video call, dia berharap cowok itu memajang mukanya di Instagram atau status WhatsApp. Jelas saja hal itu mustahil, Kin bukanlah cowok ganteng kelas pertama. Tidak tahu mengapa saat ini dia ingin Kin menjelma menjadi cowok narsis yang hobi mengunggah foto muka. Rindunya kelewat serius dan membuat Andara tidak konsisten lagi.

Kin cukup sibuk. Begitu yang Andara tahu dari cerita Kin. Perkuliahan Kin dijejali banyak tugas yang membuatnya harus mendekam lama-lama di perpustakaan. Dosennya hanya masuk sekitar 45 menit saja untuk menerangkan lalu memberi tugas. Itu dosen benar-benar tidak toleran, deh. Masa muridnya dikasih tugas melulu?! rutuk Andara. Kan kasihan kalau Kin kerepotan sambil lupa makan dan jarang tidur. Bukankah anak teknik identik dengan kantong mata tebal dan menghitam?

Andara menghela napas keras. Akhirnya setelah sekian lama menahan diri, hari ini dia mulai berselancar dan melihat-lihat akun yang berteman dengan Kin. Diikutinya akun Instagram Ririn dan akun beberapa orang yang pernah menandai Kin dalam sebuah foto dengan akun palsu. Bahkan Andara sampai mengaktifkan notifikasi apabila akun Kin mengunggah foto terbaru. Enggak, dia nggak bucin. Hanya sedang terkena dampak dari jatuh cinta.

"Lo nggak makan?" tanya Natha yang telah mengosongkan piring. Di hadapannya, Andara hanya minum segelas kopi.

"Nggak, kenyang."

Natha mengerutkan alis. Kenyang makan apa? Sejak tadi pagi mereka selalu bersama dan Andara belum ada makan nasi satu butir pun. "Sakti banget lo. Udah ganti jadi makanin bunga

kantil?" godanya. "Makan, nanti lo bisa sakit."

"Udah sakit, kok. Sakit karena makan kerinduan yang mendalam."

Bibir Natha mengumpat dengan cepat sembari tertawa. "Diam nggak lo di situ, gue mau ambil tombak!"

"Memang susah komunikasi sama manusia prasejarah. Dikit-dikit mau nombak," balas Andara meringis.

"Lo udah pedekate sejauh mana sama Kin?"

"Sejauh cinta kelapa; guenya cinta, dianya nggak kenapa-kenapa."

Tawa Natha semakin nyaring. "Gue ikut turun tangan, ya?"

"Nggak usah, nggak usah. Gue nggak mau," tolak Andara. "Kalaupun akhirnya dia ada ketertarikan

lebih ke gue, gue pengin itu atas kesadarannya sendiri bukan karena dikasih tahu lo atau disuruh-suruh lo. Ingat, ya! Jangan pernah lo suruh-suruh Kin buat ini itu kalau bukan dari inisiatifnya sendiri. Gue bakal tahu itu ide lo atau bukan."

Dikenalkan dengan Kin menurutnya sudah lebih dari cukup, Andara tidak mau meminta Natha untuk mendesak-desak Kin agar cowok itu notice akan dirinya. Rasa yang dipaksa-paksa nggak akan sukses. Lagi pula sepertinya Kin bukan tipe cowok yang suka diatur-atur. Tangan Andara menggulir Instagram Kin, ada satu foto baru yang menandai cowok itu. Foto Kin dengan seorang cewek. Mereka nggak sendiri sih, tapi ceweknya cuma satu di sana dan berdiri menempel dengan Kin.

"Nath, lo kenal nggak cewek ini?" Andara menunjukkan foto itu ke Natha.

Dengan enteng, Natha mengangguk dan menjelaskan. "Ini Diska. Cewek yang pernah gue ceritain sama lo. Cewek yang bikin Kin suka lagu Mr. Brightside."

***

Diska. Nama cewek itu berputar-putar di kepala Andara meski dia bersikap biasa saja. Persis seperti dugaan, Diska juga mirip Ririn. Sudah pasti cantik, anggun dengan rambut panjang dan gaya yang terlihat lembut. Baju berleher sabrina yang dipakai mempertontonkan bahunya yang indah. Kacamatanya menyiratkan kalau cewek itu anak baik-baik yang suka nongkrong di perpustakaan, dan senyumnya, satu kata ... manis.

Informasi dari Natha, cewek itu kuliah di Singapura. Bukankah Singapura ke Johor Bahru dekat? Satu jam bukan waktu yang lama bagi sebagian warga Jakarta. Tentu saja, meski melewati perbatasan negara, dari Singapura ke Johor Bahru atau sebaliknya tetap saja dekat menurut Andara. Apakah antara Kin dan Diska masih sering bertemu dan mengunjungi? Apakah Kin masih menyukai Diska? Sepertinya iya, Andara dapat melihat Kin tersenyum lepas di foto itu. Dan dia seperti tidak bisa terima, keberatan kalau Kin tersenyum sebegitu lepas tanpa dirinya.

Kin baik-baik saja. Tentu saja. Andara-lah yang keliru, dia terlalu memikirkan seseorang yang tidak memikirkan dirinya. Sekian lama dia seperti orang bodoh karena ditinggal Kin, nyatanya cowok itu bahagia-bahagia saja. Jatuh cinta sama orang memang sering kali membuat orang bodoh. Lebih parahnya lagi adalah orangnya sudah ke mana-mana, tetapi bodohnya menetap.

Tawaran menjadi host Reload dari Bang Anco minggu lalu diambil Andara. Diiringi lagu-lagu lama yang sedang diputarnya, Andara berpikir ulang. Selama ini, antara dia dan Kin kan memang tidak ada apa-apa. Dia saja yang makin lama makin membawa perlakuan Kin ke dalam perasaan, istilahnya baper. Padahal sekian lama Andara berteman dengan laki-laki semua baik-baik saja, tidak pernah melibatkan perasaan emosional. Kalaupun sayang, ya rasa sayang sebagai teman. Eh, tapi bukankah dia pernah melakukan kesalahan dengan menyukai teman sendiri? Contohnya Kaka dan Buana.

Bodohnya hakiki, memang! Andara memaki dirinya sendiri. Miris kenapa dia jatuh hati lagi sama teman dekat sendiri, dan situasi ini makin memperparahnya dengan deretan lagu-lagu yang sedang terputar. Lirik lagu-lagu pilihan Bang Anco itu seperti berkhianat, menikamnya pelan-pelan.

I walked across an empty land. I knew the pathway like the back of my hand. I felt the earth beneath my feet. Sat by the river, and it made me complete.

Oh, simple thing, where have you gone? I'm getting old, and I need something to rely on. So tell me when you're gonna let me in. I'm getting tired, and I need somewhere to begin.

Jika saat dia menyukai Buana, dia bisa menunjukkan perhatian. Berbeda dengan saat ini, antara dia dan Kin tidak bisa seperti itu. Pertama karena jarak, kedua karena mereka tidak sedekat itu, Kin tidak pernah menceritakan hal pribadi kepadanya. Selalu Andara yang cerita. Hal-hal yang biasa disembunyikannya entah mengapa jadi mudah diucapkan saat bersama Kin. Mengakui meledak di udara dan tenggelam di lautan sebagai alternatif kematian pun hanya pernah dilakukannya kepada Kin. Menceritakan apa yang dibuatnya kepada Nina dan Buana juga hanya diceritakannya kepada Kin. Cowok itu seperti punya alat yang membuat Andara bisa cerita bebas saja tanpa pernah berpikir kalau suatu saat dia akan jatuh hati kepada Kin. Kayaknya masih kecil dahulu dia nggak suka hisap lem deh, tapi kenapa tololnya sama DNA?

Andara mengacak-acak rambutnya kembali. Setelah closing Reload, dia hanya terlentang di karpet sambil memandang ponsel. Entah apa yang ada di pikiran, tiba-tiba dia ingin menegur

Kin dan melihat bagaimana jawaban cowok itu.

Andara Ratrie: Hi, Beb.

Saat ini pukul dua belas malam lewat, di Johor berarti sudah pukul satu malam. Entah Kin membalas atau sudah tidur, tetapi tak lama pesan balasan masuk.

Kin Dhananjaya: Hahaha. Apa nih panggil gue

Beb? Lo mabok?

Andara Ratrie: Padahal gue kangen. Jawabnya

begitu. Bebi nggak sayang lagi. ☹️

Kin Dhananjaya: Jijik. 😝

Jawaban Kin membuat Andara terdiam. Tidak menyangka akan dibalas seperti itu, Andara menggeleng-geleng. Memang seharusnya dia tidak boleh jatuh hati dengan Kin. Cowok itu cuma menganggapnya teman, tidak lebih.

Dia lalu mengantongi ponsel dan turun dari studio. Andara nggak mau tidur di studio meski dia juga tidak tahu bagaimana pulang tengah malam seperti ini. Sampai di bawah, ternyata di depan ruang bagian administrasi ada beberapa personil Best EO di sana.

"Eh, ada Andara. Buan, ada Andara, nih," goda salah satu dari mereka, membuat Andara membulatkan mata.

Dia menyapu pandangan ke sekitar. Benar saja, ada Marionette di sana. Sepertinya mereka baru kembali dari acara off air. "Apa sih lo. Kalian dari acara?" tanyanya santai. Ikut duduk di samping kru Best EO.

"Iya baru kelar tapi habis ini mau pergi lagi. Ikut, yuk," ajak Indra, bassis Marionette.

"Ngapain?"

"Pedihnya dilupain," balas Indra. "Hari ini kan ulang tahun Marionette. Lo juga pernah jadi bagian dari Marionette, Ra. Ikutlah gabung. Kalau Buan nggak ajak, gue yang ajak lo."

"Nggak, ah. Gue balik aja." Andara dapat melihat Buana diam saja di tempatnya, mengawasi dirinya dan yang lain.

"Ikut, aja, ikut. Biarin aja si Buana." Choky menariknya sambil tertawa-tawa. "Kayak apaan, sih, Ra? Jangan karena udah putus sama Buana terus musuhin kami."

"Siapa yang musuhin? Kayak anak-anak aja." Andara mengikuti tarikan Choky yang berakhir ke mobil cowok itu.

"Makanya, kuy, gabung."

Andara tidak punya alasan lagi untuk menolak. Pun ketika muka Buana terlihat tidak suka, dia masa bodoh. Toh, personil Marionette yang lain juga teman-temannya.

"Buan lo payah banget," bisik Indra saat mereka sudah sampai di sebuah kafe yang menyajikan live music. "Kalau sama dia, mau minum aja kena ceramah."

Andara tertawa pelan. Ya, Buana memang seperti itu, mau gimana lagi? Padahal minum di dunia entertainment juga sebagai ajang mempererat relasi juga pertemanan.

"Oi, Buan. Sini, jauh-jauh amat kayak musuhan," panggil Choky sambil menyiapkan segelas racikan Bacardi dan diarahkan ke Buana saat cowok itu mendekat. "Nih, habisin."

Jelas Buana menolak. Cowok itu bahkan melengos hendak berbalik pergi. "Eits, kalau nggak mau jangan ngambek, dong. Ra, lihat nih Buana lo cemen," tambah Indra.

Andara sempat bersitatap dengan Buana sebentar. Jika diledek-ledek seperti itu terus, Buana bisa saja meledak dan memecahkan semua yang ada di atas meja ini. "Kalau nggak mau jangan dipaksa kali, Ndra. Lo kayak baru kenal aja," tukas Andara.

"Karena gue udah lama kenal makanya gue ngajakin dia minum. Mabok sama kami juga nggak bakal dibuka aibnya di depan umum, sih."

"Buana lagi menjaga kualitas pita suara. Apaan sih kalian? Jangan maksa gitu, dong. Ya, nggak, Buan?" ledek yang lain.

"Yoi. Takut bener, Buan. Apaan banget, dah."

"Udah, gas, gas. Cicip dikit nggak bikin mabok kali, Buan." Gelas untuk Buana mulai digeser-geser mereka.

"Kalah lo, Andara aja expert masalah perminuman," balas yang lain tertawa.

Andara dapat melihat rahang Buana mengeras setelah kalimat terakhir. Cowok itu menarik gelas yang disodorkan dan hendak meneguk. Jelas aksi terpaksa, cuma karena tidak suka diejek.

Akan tetapi yang Andara tidak mengerti. Bagaimana tubuhnya bisa berjalan di luar akal sehat. Tangan miliknya tiba-tiba merampas gelas di tangan Buana dan meneguk cepat, menggantikan cowok itu. "Biar gue aja yang minum gantiin Buana."

"Ra...." tegur Buana pelan.

"Udah, nggak papa. Santai aja, Boy." Kotak rokok yang sedari tadi cuma dipandangi, kemudian diraihnya dan dia mulai merokok. Buana tidak suka melihatnya merokok dan meminum minuman keras, tetapi Andara tetap menghidupkan rokok dan meneguk sisa Bacardi di gelasnya.

Indra dan lainnya mulai tertawa sambil mengacungkan jempol ke Andara. "Demen gue yang begini. Ngeri! Sayang udah punya pacar."

"Apa maksud lo?" tanya Buana tersinggung.

"Weits. Bercanda My Man. Kok emosian sih lo?"

Andara hanya terkekeh dan meraih gelas kedua. Mendengarkan sesama anggota Marionette saling ejek dan serang terdengar seperti hiburan. Untuk menghadapi kenyataan kalau Kin hanyalah teman

butuh energi ekstra, juga mungkin butuh menghilangkan kesadaran. Sebab dalam sadar, Andara tidak bisa mendapatkan Kin.

"Ra? Masih sadar?" tanya Indra sembari tertawa-tawa.

"Aman, Bosque! Bersulang!"ajak Andara mengangkat gelas. Dia tidak peduli tatapan tajam Buana. Cowok itu cuma mantan, jadi apa yang dia perbuat tidak ada hak Buana untuk melarangnya.

Jika saat pacaran, Andara sampai sembunyi-sembunyi untuk dugem atau minum demi menjaga perasaan Buana. Kali ini, dia lepas bebas.

Bukannya Andara tidak mendengar decak Buana di sampingnya, sedari tadi. Namun, semua pikirannya yang dipenuhi Kin, ingin dibasuh hingga bersih. Ah, seandainya ada tempat untuk mencuci otak. Mungkin dia orang yang lebih dahulu mendaftar untuk melenyapkan nama-nama orang yang ingin dilupakan. Dia sudah menyiapkan daftar. Pertama, marga Sitorus, dia ingin melupakan itu. Diteguknya satu gelas sebagai alat hitung. Kedua, Kaka. Cowok itu beberapa kali masih coba menghubunginya. Dia lalu meneguk gelas kedua. Ketiga, orang yang ada di sebelahnya. Iya, Buana, nama cowok itu menjadi pengantar gelas ketiga dan gelas keempat ditujukannya untuk ....

"Setop!" Buana merampas gelasnya dan menarik Andara pergi dari sana dengan penuh amarah.

"Apa sih lo?!" Andara menyentak tangan Buana.

"Ayo pulang, Ra."

"Nggak mau! Kenapa sih?! Yang ngajak gue itu Choky, bukan lo," balasnya sengit. Buana nggak berhak dong mengusirnya, toh bukan cowok itu yang mengundangnya.

Buana mengembus napas gusar dan maju selangkah ke arah Andara. "Kamu mabok, Ra," bisiknya.

Andara memiringkan kepala, menatap Buana sinis. "Gue nggak mabok. Lo lihat gue." Dia mulai berjalan santai di depan Buana. "Lihat? Kalau gue mabok, mana bisa gue jalan tegak begini."

Tangan Buana mengcengkeram, menarik Andara ke arah parkiran. "Kita pulang."

Andara terkekeh mengikuti cekalan Buana. "Lo takut nggak kuat dicengin, ya? Atau takut nggak kuat iman?" sindirnya pedas. Cowok itu diam saja dan membimbingnya duduk di jok belakang motor.

Motor Buana hidup dan berjalan pelan. Sebelah tangan cowok itu menggenggam tangannya, membuat tubuh mereka merapat.

"Ciye, Buana cemen," goda Andara iseng. Setidaknya ejekan ini tidak dilontarkan di depan orang banyak seperti tadi. Bukan menjawab, Buana hanya mengetatkan genggamannya sampai ke pinggang, membuat dia memeluk cowok itu dari belakang. Andara dapat menghirup aroma laut yang dari dahulu dia sukai. Padahal sudah semalam ini, tetapi tubuh itu masih saja wangi. Dia terus mengejek sepanjang jalan tetapi hanya didiamkan Buana. Lelah karena tidak dibalas, akhirnya Andara merebahkan kepala di punggung tegap itu.

Dia hanya menonton jalanan yang terasa akrab. Halte-halte yang terang namun kosong karena sudah lewat tengah malam. Ojek-ojek pengkolan yang duduk berkumpul di warung tenda. Lampu kota yang berwarna kuning redup. Semua terasa akrab karena jalan ini dahulu adalah rutenya diantar pulang oleh Buana.

Setelah motor Buana berhenti di depan rumah, Andara turun sambil menggumamkan terima kasih. Dia berjalan pelan membuka pagar. Dengan sedikit menunduk, tangannya mulai meraba-raba, mencari kunci di tempat biasa, tetapi kunci yang dicari tidak ada.

"Aduh, mana sih?!" keluhnya sambil mengetuk dan mengintip jendela. Berharap ada Natha di dalam. Kepalanya sebenarnya cukup pusing sedari tadi. Namun, karena badannya dapat menoleransi alkohol, dia bisa mengendalikan perilaku selama di sana. Dia duduk di kursi teras dan menyandar guna mengumpulkan kekuatan lagi. Bisa-bisanya kehilangan kunci saat mau masuk rumah itu petaka.

Buana yang sedari tadi memandang Andara ikut turun dan mencari kunci. Cowok itu membantunya membuka pintu setelah kunci ditemukan. "Ini yang katanya nggak mabok?" tukas cowok itu dingin.

Andara terkekeh geli. Dia masuk ke rumah setelah membuka asal boots. "Thanks, Beb!"

"Aku bukan Kin, nggak usah panggil pakai Beb."

Badan Andara berguncang, menertawai Buana. Dia mengibas-kibas tangan di udara, memberi tanda tidak peduli dengan kalimatnya tadi. Saat Andara hendak merapatkan pintu, tangan Buana menghalangi dan mendorong pintu itu kembali.

Mata cowok itu mengamati, lalu maju memeluknya. "You saved my day. Aku kangen banget dipeluk kamu kayak tadi."

Andara memejamkan mata. Aroma laut yang menguar dari tubuh Buana terasa menenangkan. Pelukan cowok itu juga terasa hangat menyentuh hatinya yang getir setelah mendapati kenyataan tentang Kin.

Buana mengecup puncak kepalanya. "Apa cuma aku yang kangen kamu, Ra?" desisnya sambil mengusap pelan rambut Andara. "Hmmm?"

Andara meringis lagi. Dia kembali memamerkan tawa tetapi kali ini ada dua titik asin yang mengalir di pipinya. "Gue nggak kangen lo. Gue pengin bunuh lo," bisiknya terisak sambil memukul dada Buana. "Lo jahat. Tahu nggak lo?"

"Ra..." kemam Buana merengkuhnya.

"Lepas! Nggak usah peluk gue. Pulang sana!" pekiknya pelan agar tidak didengar tetangga.

Buana lalu keluar meninggalkannya. Andara dapat mendengar bunyi motor Buana mendekat. Cowok itu kembali masuk setelah memarkirkan motor di garasi. Buana kembali mengetatkan pelukan. Tangan Andara ditarik dan cowok itu memukul tubuhnya sendiri dengan tangan dia. "Kalau mau pukul, pukul aja sampai puas," ujar Buana lirih.

"Gue benci sama lo," ujar Andara sambil memukuli dada itu. Segala caci makinya lepas, dan Buana hanya mengiakan tanpa protes.

"Sebencinya juga kamu pernah cinta sama aku, kan?"

"Gue nggak pernah cinta sama lo," balasnya sambil menantang mata Buana.

Cowok itu terlihat menghela napas. "Segitu bencinya sampai meniadakan yang pernah ada?" tanya Buana menangkup pipinya dan mengusap air matanya. Mata Buana tampak murung. "Kamu mabok, Ra."

Buana berusaha memapah dia ke kamar dan ditepisnya. "Gue bisa sendiri. Lo lihat, Buan. Tanpa lo, gue tetap bahagia. Ba-ha-gia," tukas Andara sambil berjalan limbung ke arah kamar. Rum sialan! Dia bisa bertahan lama dengan wiski tetapi lemah jika berhadapan dengan rum.

"Ngomong kamu aja nggak beraturan," ujar Buana mengikutinya.

Dengkus samar keluar. "Gue mabok atau nggak juga bakalan tetap bilang yang sama," balasnya tertawa sengau.

"Kamu masih aja nggak berubah, ya."

"Jelas. Gue kan bukan Power Rangers," tukas Andara mengejek. Dia memasuki kamar dan melempar asal tas, merebahkan badan di atas kasur. Penat sekali rasanya hari ini dan dia ingin kembali menangis.

Setelah merasa Andara dalam keadaan baik-baik saja, Buana segera berbalik. "Ya udah, aku pulang dulu."

Dia keluar dari kamar Andara dan meneliti ruang tengah rumah itu. Natha belum pulang dan Andara sendirian. Ada rasa ragu meninggalkan Andara seorang diri tetapi cewek itu juga tidak mau ditemani. Sembari berdecak ia beranjak ke luar, hendak membuka pintu. Yang terjadi kemudian, punggungnya dipeluk seseorang. Buana dapat mendengar isak samar di antara sepasang tangan yang melingkari pinggangnya.

"Aku juga kangen peluk kamu kayak gini."

🔥🔥🔥

1
HaniHiko
Nemu lagi karya yg bagus senengnya pake bnget..tulisanmu keren Thor👍
Me mbaca
ikut mewek aku kak...hiks...
Me mbaca
wah kereeen ini novelnya
Me mbaca
wah kereeen ini novelnya
Imas Karmasih
mampir thor kayanya seru
Dialodila
weyyy gue nangisss iniiii, nyesek bangetttt😭😭😭
Ninik Roichanah
Benar benar manusia berbulu srigala si ocha iki
Arin Minty
Bagus bgt novelny...Semua tokohny bikin emosi ...😘
Rossana Ardian
Kapan ya ini dibukukan. Udah lama aku baca ini sampe tamat, mau baca ulang lagi.
Pocut
Ga jelas bgt si buana ni
Pocut
Naga2nya kim mulai naksir nih
Risma Wati
sumpah ini cerita bagus bangeeeeeettttt,sayang yg like sedikit yaa,tetep semangat buat authornya..di tunggu cerita2 laennya💪💪💪
miarty ayus
jujur aku ngos-ngosan banget baca ini. kerasa banget drama kehidupan sis Ara, sampai ga bisa baca banyak bab sekaligus (ada untungnya jg baca Andara telat, jadi udah selesai ditulis hehehe). tapi seperti tulisan2mu yang lain (Sabda dan Hablur), aku puassss banget bacanya. seru, cerdas, alurnya ga bisa ketebak.
keep on writing yaaa.. pasti bisa jadi one of the best Indonesian author deh, yaqiinn.. thank you for sharing this roller coaster story of Andara, Buana dan Kin :)
nadyasiaulia: Ih, sister. Bisaaaa ajuaaah. Hahahaha.
Makasih ya, sis. Komenmu menguatkan aku yang mager mengetik ini.

love love,

Si Tukang Roller Coaster
total 1 replies
Nurul Hidayah Msi Mencirim
aku suka cerita nya Thor ,tp ntah kenapa aku msh gak terima klu buana mati Thor,walaupun aku suka Andara jd sama kin.
Asti Anastasia
kin sama Rosa??? huekkkk
Asti Anastasia
q gak pernah ngebayangin Buana "pergi"
Asti Anastasia
di part ini q menangis...q seperti ikut merasakan apa yg Andara rasakan🥺🥺😭😭
🐝 Kim Jihan 🦋
novel terkeren dan ter the besttt 😘😘😘😘🥰🥰🥰🤩🤩🤩😍😍😍💜💜💜💜💐💐💐💐🤗🤗🤗
🐝 Kim Jihan 🦋
woww 17 tahun ba ciptain cerita begini.. sini dekk duduk sama Tante.. ehh mba aja dehh kuy kita ngopi dimana gt secara kita sama2 org Medan gt dek 🥰🤩
nadyasiaulia: Ampooon, Tante. Wkwkwkwk. Boong kok saya, boong. 🥺🙏
total 1 replies
🐝 Kim Jihan 🦋
ya lord pendakian ku hanya sampai dsini 😭 GK rela bgt udh end walau aku blm baca epilognya 😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!