Pesona Si Gadis Desa

Setelah kejadian tak terduga semalam, Gamian pun mulai memperlakukan istrinya dengan baik. Terkadang ada waktunya Gamian memaki, lalu kembali bersikap baik. Mengingat kejadian mengerikan itu, Gamian sekarang lebih pandai dalam memilih kata walau sebenarnya sama saja bagi Lana. Mengandung unsur penghinaan.

Hari ini Gamian ingin keluar. Ia sangat bosan berada di rumah, ia ingin pergi ke restorannya. Sudah lama sekali ia tak berkunjung ke restoran kesayangannya.

Dengan memakai pakaian casual, Gamian keluar dari kamar sembari bersiul. Turun dari tangga dengan suasana hati yang sedikit membaik. Di saat ia turun dari tangga, sudah ada Lana yang menyambutnya di bawah tangga. Gamian memutar bola mata malas melihat istrinya yang berdiri dengan satu cup eskrim.

"Suamiku, mau kemana?" tanya Lana menghalangi jalan Gamian.

"Keluar sebentar," jawab Gamian malas.

"Ikut," pinta Lana antusias.

"Ck, bisakah sehari saja kau tidak mengikuti ku? Aku bosan berbagi oksigen bersama mu,"keluh Gamian kesal.

"Tidak bisa, aku mau ikut kemana pun suamiku pergi." Ingin rasanya Gamian berteriak dan mengubur istrinya yang semakin bertingkah. Tapi, jika ia melakukan itu setan yang merasuki istrinya akan kembali dan pastinya akan lebih merepotkan dari istrinya sendiri.

"Jadi kalau aku pergi ke toilet untuk buang air besar pun kau mau ikut? Gila sekali otak mu itu," ketus Gamian.

"Iya, aku memang gila." Dengan senyuman sejuta Watt Lana merespon semua keluh kesah Gamian dengan jawaban yang menjengkelkan.

"Yasudah ganti baju mu sekarang. Aku tidak mau keluar dengan gadis gembel," ucap Gamian melanjutkan langkahnya menuju parkiran.

"Jangan membuat ku menunggu!" tegas Gamian dan di angguki Lana.

Beberapa menit kemudian, Lana datang dan menghampiri Gamian. Gadis itu dengan semangat menggandeng tangan Gamian tanpa memikirkan suaminya risih atau tidak.

"Ayo jalan-jalan nya," seru Lana.

"Siapa yang bilang jalan-jalan? Aku ini ingin bekerja,"sahut Gamian.

"Sama saja, kan kalau ke tempat kerja naik mobil dan mobil berjalan di jalan. Itu artinya jalan-jalan," ucap Lana tak mau kalah.

"Ah, terserah."

Gamian pun memilih masuk ke dalam mobil begitu juga dengan Gamian. Laki-laki itu kemudian melajukan mobilnya menuju restoran yang lumayan jauh dari rumah nya.

Di dalam mobil, Gamian sesekali melirik istrinya yang sibuk menatap pemandangan dari kaca mobil. Ia memperhatikan baju bahkan alas kaki yang Lana pakai.

Ia baru menyadari jika istrinya hanya memakai sandal bulu-bulu saja. Itukan sandal yang biasa ia gunakan untuk ke kamar mandi. Bedanya sendal Gamian berwarna hitam sedangkan milik Lana berwarna putih.

"Mengapa kau tidak memakai sepatu atau sendal yang lebih bagus, Lana?" tanya Gamian kesal. Lihat saja tampang istrinya, memakai kaos lengan pendek pink pudar, celana panjang putih dan rambut yang di kucir. Ia bahkan baru menyadari penampilan istrinya karena sangking kesalnya ia pada istrinya yang selalu mengekori nya.

"Tidak mau, mau yang ini saja." Dengan tampang tidak berdosa nya, Lana tersenyum ke arah Gamian. Senyuman yang manis mengalahkan manisnya gula tebu.

Daripada menanggapi istrinya yang terlalu cerewet, lebih baik ia diam hingga sampai pada tujuan. Berbicara dengan istrinya hanya akan menguras tenaga saja. Sangat menyusahkan.

Selang beberapa menit, mobil Gamian memasuki parkiran sebuah restoran seafood di area pantai. Restoran yang sangat besar dan juga mewah dan tentunya hanya akan di datangi oleh pejabat hingga pengusaha saja.

Melihat pemandangan laut, Lana begitu senang. Gadis itu ingin pergi mendekat ke bibir pantai, ini adalah pertama kalinya Lana ke pantai. Namun, Gamian langsung menarik tangan Lana.

"Jangan pernah pergi dari sisiku sedetik pun. Jika kau sampai tersesat, aku jamin aku tidak akan mencari mu! Camkan itu!" tegas Gamian dengan nada serius. Lana pun akhirnya mengubur dalam-dalam keinginan berjalan di bibir pantai. Ia pun hanya menurut mengikuti suaminya masuk ke dalam restoran.

"Selamat datang tuan muda, lama anda tidak berkunjung," sapa seorang manajer wanita dengan pakaian yang cantik nan elegan.

"Hm."

Manajer itu melirik gadis yang tak lain Lana yang berada di samping Gamian. Ia pun menerka-nerka, siapa gadis yang ada di samping bos nya. Mencoba mengingat slide demi slide masa lalu dan ia pun menemukan nya.

Bukankah dia istri tuan Gamian? Imut sekali dia, aku ingin mencubit pipinya. Batin manajer itu.

Melihat istrinya di perhatikan oleh sang manajer, Gamian lantas menarik tangan Lana menuju ruangannya.

"Bawakan masakan terbaik dan juga termahal untuk istriku," titah Gamian pada manajer nya.

Wanita itu langsung menunduk dan menjawab baik, secepat mungkin ia memerintahkan agar para pelayan menyiapkan makanan terbaik untuk istri tuan mereka.

Di sisi lain, Lana dan Gamian sudah sampai di ruang kerja Gamian. Gadis itu sangat suka dengan ruang kerja Gamian karena terdapat jendela besar yang pemandangan nya mengarah langsung ke laut.

Melihat istrinya sangat suka laut, Gamian tersenyum kecil. Ia lebih baik membiarkan istrinya seperti itu daripada cerewet dan membuat nya pusing.

"Suamiku, bolehkah setelah ini kita jalan-jalan ke sana?" tanya Lana sembari menunjuk bibir pantai. Baru saja di singgung cerewet, istrinya sudah membuka suara lagi.

"Aku sibuk," jawab Gamian. Padahal laki-laki itu hanya sedang memperhatikan layar laptopnya yang bergerak saja, selebihnya ia tak mau melakukan apa-apa.

"Hm, boleh lah." Lana mendekat ke arah Gamian, membujuk suaminya agar mau mengizinkan nya jalan-jalan di pinggir pantai.

"Tidak!"

Lana tak ingin berdiam diri saja. Ia ingin pergi ke pantai, muncullah ide jahil di benaknya. Ia akan mendapatkan apa yang ia mau, itulah pikirnya.

Lana menarik kursi Gamian lalu duduk di pangkuan suaminya. Hal itu membuat Gamian terkejut, apa istrinya kerasukan lagi?

"Ayo," rengek Lana sembari menunjuk wajah imutnya. Jika orang lain melihat wajah itu, tak akan ada yang menolak permintaan Lana. Namun, Gamian mencoba mengendalikan semua itu.

"Aku sibuk, Lana. Suamimu ini sibuk."

"Yasudah, izinkan aku jalan-jalan di sana sendiri," pinta Lana tak mau kalah.

"Kau tidak takut?" tanya Gamian.

"Aku akan berjalan di area sana saja supaya suamiku bisa melihat ku. Jika terjadi sesuatu aku akan melambaikan tangan nanti," saran Lana.

"Yasudah pergilah sana," ucap Gamian membuat Lana meloncat gembira. Gadis itu refleks mengecup pipi Gamian karena sangking senangnya.

"Terimakasih, suamiku." Setelah mengucapkan itu, Lana pergi meninggalkan suaminya yang masih mencoba mencerna situasi. Itu sangat tiba-tiba, pikirnya. Ini sudah kedua kalinya Lana berinisiatif mencium Gamian terlebih dahulu.

"Mungkin dia sedang kerasukan."

_

_

_

_

_

Wah, Gimana puasanya readers? Lancar?

Alhamdulillah kalau lancar❤️

Nah ada yang nanyak nih, untuk konflik gak ada yah Thor?

Konflik jelas ada bund, tapi belum saatnya. Author mau kasih kalian tertawa tertiwi dulu, lepas tuh barulah nanti sakit jantung, sakit hati, sakit mata, sakit hidung dan lain-lain 😅 wah berat nih🤣

Untuk konflik author tidak menggunakan pelakor, kalian tahu sendiri kan bahwa author anti pelakor. Jika pun ada pelakor, akan author basmi secepat-cepatnya 😷

Di tunggu aja yah konflik nya🤗🤗🤗

Jangan lupa like komen dan juga vote yah.

tbc.