NovelToon NovelToon
Aji Toba

Aji Toba

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Misteri / Epik Petualangan / Horror Thriller-Horror / TimeTravel / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:232
Nilai: 5
Nama Author: IG @nuellubis

Masih kelanjutan dari PETUALANGAN AJI DI MASA DEPAN.

Petualangan Aji kali ini lebih kelam. Tidak ada Pretty, dkk. Hanya dirinya, Sari (adiknya), bidadari nyentrik bernama Nawang Wulan, Tumijan, Wijaya, dan beberapa teman barunya seperti Bonar dan Batubara.

Petualangan yang lebih kelam. Agak-agak horor. Penuh unsur thriller. Sungguh tak bisa ditebak.

Bagaimanakah dengan nasib Pretty, dkk? Oh, tenang, mereka masih memiliki porsi di serial ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IG @nuellubis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ikatan Batin antara Saudara Kandung

Kita kembali dulu ke dusun dekat Kerajaan Majapahit. Kembali ke rumah dari adik bungsunya Aji. Namanya Lestari. Ia sudah menikah, tapi terpaksa. Dulu Lestari diperkosa oleh segerombolan bandit yang datang menyerbu dusun tersebut. Lalu, datanglah seorang anak dari saudagar kenalan ayahnya Aji. Pemuda itu datang dan menjadi pahlawan. Pernikahan itu akhirnya digelar.

Malam hari ini terasa dingin. Tak sekadar dingin, melainkan juga merinding. Lestari bangun seketika. Napasnya terengah-engah.

Suaminya Lestari, Suripto, ikut terbangun, dan bertanya, "Bermimpi itu lagi?"

Lestari hanya mengangguk. Ia coba mengatur aliran napasnya agar teratur lagi.

Sudah seminggu ini, Lestari bermimpi tentang Aji dan kakak perempuannya, Sari. Lestari bermimpi Aji sedang bersemedi, juga kakak sulungnya itu sedang bertarung melawan musuh-musuh yang tak biasa. Lestari pun bermimpi melihat Sari mengalami nasib yang ia alami beberapa tahun yang lalu, yaitu diperkosa.

Malam di dusun dekat Kerajaan Majapahit itu seperti diselimuti kabut yang tak terlihat. Dingin merayap bukan hanya di kulit, tetapi sampai ke tulang dan perasaan. Lestari duduk di bibir dipan bambu, kedua lututnya dipeluk erat. Lampu minyak di sudut ruangan bergoyang pelan tertiup angin malam yang entah dari mana asalnya.

“Bermimpi itu lagi?” tanya Suripto sekali lagi, suaranya lebih pelan sekarang. Ia menggeser tubuhnya mendekat, namun berhenti sejenak, seolah takut sentuhannya justru membuat luka lama Lestari terbuka kembali.

“Iya,” jawab Lestari lirih. “Tapi kali ini rasanya lebih jelas. Lebih… dekat. Seolah Mas Aji dan Mbak Sari berada di dekat aku malam ini.”

Suripto menarik napas panjang. Ia tahu, mimpi-mimpi itu tak pernah benar-benar pergi dari hidup istrinya. Pernikahan mereka, meski di mata orang-orang desa tampak sah dan terhormat, itu justru lahir dari peristiwa kelam yang tak bisa dihapus begitu saja. Ia datang sebagai penyelamat, tapi ia juga selalu sadar: ada bagian dari diri Lestari yang tetap tinggal di masa sebelum ia datang.

Di luar rumah, anjing-anjing desa melolong bersahutan. Suaranya memantul dari kebun pisang ke kebun bambu, seperti pesan yang dikirim oleh sesuatu yang tak kelihatan. Lestari mengusap lengannya sendiri. Bulu kuduknya berdiri.

“Aku melihat Mas Aji,” katanya akhirnya. “Ia duduk bersila di tempat yang asing. Air di sekelilingnya luas sekali, seperti danau, tapi bukan danau biasa. Ada cahaya dari bawah permukaannya.”

Suripto terdiam. Nama Aji jarang mereka sebut belakangan ini. Sejak kakak laki-laki Lestari itu pergi, membawa serta sebagian sejarah keluarga mereka, Aji menjadi seperti sosok yang hidup di antara doa dan kenangan.

“Kau juga melihat Mbak Sari?” tanya Suripto hati-hati.

Lestari mengangguk pelan. Matanya berkaca-kaca. “Ia terluka. Bukan hanya tubuhnya. Jiwanya seperti… baru saja terkoyak. Aku mengenali raut itu. Raut yang sama seperti yang kulihat di cermin bertahun-tahun lalu.”

Suripto mengepalkan tangan. Ada amarah yang menggelegak, tapi tak tahu harus diarahkan ke mana. Ia memeluk Lestari, kali ini tanpa ragu. Tubuh Lestari gemetar, namun ia membiarkan dirinya bersandar.

Di kejauhan, dari arah hutan kecil yang memisahkan dusun dengan jalan besar, terdengar suara gamelan samar. Tidak ada hajatan malam ini. Tak ada pula upacara istana. Namun bunyi itu ada. Bunyinya terdengar pelan dan ritmis, seperti irama napas bumi saja.

“Kau dengar?” bisik Lestari.

Suripto mengangguk. “Aku dengar.”

Mereka saling pandang. Ada sesuatu yang sedang bergerak di luar nalar, dan entah mengapa nama Aji dan Sari muncul bersamanya.

*****

Di waktu yang hampir bersamaan, di tempat yang jauh dari Majapahit, Aji kembali duduk bersila di hadapan Jaka Kerub. Napasnya sudah lebih teratur sekarang, tapi dadanya masih terasa sesak. Penglihatan itu belum pudar dari benaknya.

“Sari…” gumamnya.

Jaka Kerub menatap wajah Aji yang pucat.

“Ikatan darah sering kali melintasi air dan tanah,” kata Jaka Kerub terlihat wibawa. “Apa yang kau lihat bukan sekadar bayangan.”

“Aku tak bisa diam,” ujar Aji. “Seperti ada yang memanggilku.”

Jaka Kerub mengangguk pelan. “Dan ada yang menjawab. Bukan hanya kau, Aji. Jiwa adikmu yang paling bungsu itu… peka. Ia bermimpi karena ia ikut terbawa.”

*****

Kembali ke dusun Majapahit, Lestari akhirnya berhasil memejamkan mata, meski tidurnya gelisah. Dalam tidurnya, ia melihat dirinya berdiri di tepi sawah yang berubah menjadi hamparan air. Di seberang sana, Sari berdiri, rambutnya tergerai, wajahnya pucat namun matanya menyala penuh tekad. Di antara mereka, Aji berdiri membelakangi air, memegang sesuatu yang tak bisa Lestari lihat jelas.

“Mas Aji!” teriak Lestari dalam mimpi itu.

Aji menoleh. Senyumnya tipis. “Jaga rumah,” katanya. “dan, jaga jejak yang tersisa.”

Lestari terbangun dengan air mata mengalir. Subuh hampir tiba. Dari kejauhan, terdengar kokok ayam pertama. Dunia nyata perlahan kembali, namun perasaan ganjil itu tak hilang.

Suripto terbangun dan melihat wajah istrinya yang basah. Ia mengusap pipinya. “Apa pun yang terjadi,” katanya pelan, “kau tidak sendiri.”

Lestari menatap suaminya. Untuk pertama kalinya sejak mimpi-mimpi itu datang, ada secercah keteguhan di matanya. “Jika Mas Aji dan Mbak Sari sedang berjuang di tempat jauh,” ujarnya, “maka tugasku di sini adalah bertahan. Dan mengingat setiap jejak mereka dalam hidupku.”

Di luar, cahaya pagi mulai menyentuh tanah Majapahit. Namun bagi Lestari, hari itu bukan sekadar hari baru. Ia merasakan perubahan. Perubahan itu seperti langkah pertama menuju pertemuan tak terlihat antara masa lalu, masa kini, dan sesuatu yang akan segera menuntut keberanian mereka semua.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!