Area *** "Hanya semalam, kan, Tuan?" "Iya, kau tidak akan kenapa-napa karena aku mandul, Kau butuh uang dan aku butuh dirimu semalam!" "Anda yakin, Tuan?" "Aku jamin semuanya aman!" Malam yang terjadi antara dirinya dan sang Pemilik tempat dimana ia bekerja langsung mengubah hidupnya. Hazel Isabella Sora, seorang gadis cantik berusia 24 tahun terpaksa memberikan sesuatu yang berharga dalam hidupnya pada Sang Big boss karena membutuhkan uang demi membayar hutang milik mending kedua orang tuanya, Rexton Lysander Silas, pria matang dengan segala pesona dan tatapan matanya yang tajam bak predator mematikan. Tersenyum menyeringai saat mendapatkan mangsa yang dirinya incar. Perjanjian itu hanya untuk semalam. Namun, apa jadinya jika itu menjadi kegilaan berbahaya dari sang Boss yang tak mampu dirinya tolak dari seorang Rexton. Bagaimana hubungan keduanya? Benarkah hanya ada Hutang dan sebuah kesalahan? ikuti kisahnya di sini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ham_sya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 GBSDM
Jam menunjukkan pukul dua belas siang.
Hari ini Salju sudah tidak turun. Namun, dinginya masih terasa dan biasanya Salju akan kembali turun pada malam hari.
"Kak," panggilan itu membuat Hazel yang sedang memeriksa berkas mendongak.
"Din, ada apa?" tanya Hazel, dia akhirnya memilih berangkat ke kedai sebab ada beberapa hal yang harus di urus soal gajian yang akan ia lakukan pada satu-satunya pekerja yang ia miliki.
"Pesanannya sudah siap, apa akan di antar sekarang, Kak?" Dina bertanya pada Hazel tentang pesanan Burger Lyra yang harus di antar ke kampus.
"Iya, nanti biar Aku yang antar, Terima kasih ya, Din."
"Sama-sama, kalau begitu saya permisi, Kak!"
Dina keluar dari ruangan Hazel, dan setelah kepergian pegawainya. Hazel memutuskan untuk kembali sibuk dengan berkas-berkas di hadapannya.
Sedangkan di Kantor pusat LS Company, Rexton sedang ada meeting penting dengan beberapa orang yang bekerja di Devisi dan sang Papa juga hadir.
"Konstruksi ini harusnya sudah selesai satu minggu yang lalu, kenapa malah mundur dan berakhir ada tempat yang kontruksinya roboh? Ada yang bisa menjelaskan?" tanya Rexton, dia menatap mereka semua satu persatu.
"Tuan, kami menemukan adanya bahan yang tidak layak pakai. Namun, anggaran sama seperti bahan premium," jelas salah satu ketua Devisi.
"Lalu?" Rexton meminta penjelasan lebih lanjut.
Mereka semua membahas ini, proyek ini memang harusnya sudah selesai, dan para investor sudah meminta kejelasan. Sedangkan Rexton sendiri merasa bahwa ada sabotase pada bahan proyek bangunan perumahan ini.
"Kalau begitu selidiki, apa yang harus di lakukan maka lakukan. Saya ingin masalah ini selesai sebelum satu minggu!" ucapnya tegas. Rexton bangun dan memilih untuk keluar dari sana, karena menurut dia masalah ini harus dia sendiri yang tangani.
Kepergian Rexton di pandang oleh mereka semua, dan mereka hanya bisa pasrah saat harus lembur, sedangkan Gabriel selaku Daddy dari Rexton hanya bisa diam tanpa kata.
Mereka semua bubar, sedangkan Gabriel masih menetap di ruang meeting dia memeriksa beberapa berkas yang di bawa Asistennya itu dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya.
"Jason," panggil Cristian pada sang Asisten.
"Iya, Tuan, saya di sini!" jawab Jason.
Jason adalah Papi dari Harry, pria itu sudah bekerja bersama Gabriel sejak lulus kuliah dan sekarang sang Putra juga mengikuti jejaknya.
"Selidiki siapa orang yang berani bermain dengan LS company, dan pastikan mereka semua di bereskan secepat mungkin!" perintahnya.
Jason mengangguk, pria paruh baya yang sekarang sudah menginjak usia lebih dari setengah baya itu pamit untuk menjalankan perintah.
Jason sebenarnya sudah pensiun, hanya saja dia akan datang setiap kali ada pertemuan dengan orang penting karena tugasnya adalah mendampingi Gabriel.
Kepergian Jason di tatap dingin oleh Gabriel, pria itu akan menghancurkan siapa saja yang berani mengusik pekerjaan di perusahaan milik keluarganya.
Suara dering ponsel membuat Atensi Gabriel teralihkan, pria itu mengambil ponselnya dan senyum langsung terbit begitu melihat nama yang tertera di layar ponselnya.
"Iya, Honey, katakan apa yang kamu inginkan?" Gabriel berbicara romantis dan lembut pada sosok di sebrang sana.
"Dad, apa hari ini terlalu sibuk?" Gania bertanya dengan nada manja.
"Tidak sibuk jika itu untuk kamu, Honey, jadi apa yang bisa Daddy bantu?" Gabriel bertanya dengan nada tidak sabaran.
"Aku ada pertemuan dengan Ciara , apa Daddy bisa membawa Rexton ke Restoran?" minta Gania, dia berniat ingin mengenalkan sosok putri sahabatnya pada sang putra.
Gabriel langsung bungkam, dia bisa meminta siapapun untuk datang. Namun, meminta Rexton untuk datang dan meninggalkan kantor itu adalah pekerjaan yang sulit untuknya.
"Dad, apa bisa?" pertanyaan itu di ulang oleh Gania.
"Mom, bolehkah minta yang lain saja?" tukas Gabriel, dia benar-benar tidak sanggup menghadapi sikap dari sang Putra.
Walaupun Gabriel di kenal tegas dan kejam. Namun, sisi kejam itu ternyata menurun pada Rexton, bahkan kekejaman, ketegasan dan otoriternya Rexton lebih terkenal di kalangan para pembisnis.
"Mana bisa? Pokoknya jika Daddy tidak bisa membawa Rexton ke Restoran, Daddy nanti malam tidur di luar!" setelah mengatakan ancaman itu, panggilan berakhir begitu saja.
Gabriel benar-benar tercengang, dia menelan kasar salivanya saat menatap layar ponselnya yang menghitam, dan setelah itu mengeluh,"Nasib apa ini?"
Gabriel benar-benar tidak menyangka sang istri bisa mengancam dia seperti ini, padahal sebelumnya tidak pernah.
"Yang ingin di nikahkan Rexton, kenapa juga aku yang kena?" kesalnya, dia memijat pangkal hidungnya yang terasa berdenyut.
Mau tidak mau, dan bisa tidak bisa. Dia harus membawa Rexton ke Restoran agar sang Putra bisa bertemu dengan Ciara seorang gadis yang akan Gania jodohkan dengan Rexton. putri sahabatnya sendiri.
***
Jam menunjukkan pukul tiga sore waktu Eropa.
Salju masih turun secara perlahan, udara juga benar-benar masih dingin dan membuat orang-orang yang keluar rumah harus menggunakan pakaian tebal.
Hazel mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, dia hampir terlambat untuk mengantarkan Burger dan Pizza pesanan Lyra, karena kendala mual yang tiba-tiba mendera dirinya.
Hazel melewati beberapa kedai makanan dan buah, dia akhirnya memilih berhenti karena ada Buah yang menarik perhatiannya.
"Apa kamu mau buah anggur?" tanya Hazel, dia mengusap perutnya seolah mengajak anaknya bicara. Walaupun kehadirannya tanpa kesengajaan dan sebuah kelalaiannya. Namun, dia akan tetap mempertahankan anak itu karena sekarang hanya dialah keluarganya.
Hazel memutuskan untuk segera turun, jujur saja warna Anggur merah dan ungu itu membuat Cleo mendadak menginginkannya.
"Permisi, Nyonya!" sapa Hazel.
"Iya," jawab penjual buah itu.
"Anggur merah dan ungu itu dua pack ya, Nyonya!" minta Hazel dengan nada ramah.
Wanita penjual buah itu mengangguk, dia segera menyiapkan pesanan Hazel dengan cepat.
Hazel mengucapkan Terima kasih dan setelah membayar dia pamit dan segera berlalu dari sana.
Hazel masuk kedalam mobil, dia melepaskan penutup kepalanya dan segera menghidupkan penghangat mobil karena udara di luar benar-benar bisa membuat orang membeku.
Hazel membuka pack anggur itu dan dia menikmati buah itu sebelum melanjutkan perjalanan menuju Restoran tempat dimana Lyra mengajak bertemu. untuk mengambil pesanan sesuai janji, sebab kata Lyra Pizza dan Burger itu akan dirinya berikan ke salah satu panti asuhan yang biasa ia kunjungi.