NovelToon NovelToon
Dia Pelacur, Tapi Suamiku Murahan

Dia Pelacur, Tapi Suamiku Murahan

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Pelakor jahat / Suami Tak Berguna / Penyesalan Suami / Selingkuh / PSK
Popularitas:12k
Nilai: 5
Nama Author: Ame_Rain

(Based on True Story)

Lima belas tahun pernikahan yang tampak sempurna berubah menjadi neraka bagi Inara.

Suaminya, Hendra, pria yang dulu bersumpah takkan pernah menyakiti, justru berselingkuh dengan wanita yang berprofesi sebagai pelacur demi cinta murahan mereka.

Dunia Inara runtuh, tapi air matanya kering terlalu cepat. Ia sadar, pernikahan bukan sekadar tentang siapa yang paling cinta, tapi siapa yang paling kuat menanggung luka.

Bertahan atau pergi?
Dua-duanya sama-sama menyakitkan.

Namun di balik semua penderitaan itu, Inara perlahan menemukan satu hal yang bahkan pengkhianatan tak bisa hancurkan: harga dirinya.

Kisah ini bukan tentang siapa yang salah. Tapi siapa yang masih mampu bertahan setelah dihancurkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ame_Rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Antara Diam dan Mengungkap

Gara-gara melihat kejadian subuh tadi, pikiranku jadi tidak tenang. Aku tidak ingin suudzon, tapi sepertinya perempuan itu memang bukan Reni. Jika mereka melakukan hal terlarang seperti berzina di rumah itu, bukankah itu bukan hal yang baik untuk didiamkan? apalagi ada yang bilang bahwa, "Jika ada yang berzina, 40 rumah akan terkena sial". Meski aku tidak tahu itu hadist yang shahih atau bukan.

Aku terus kepikiran tentang hal itu bahkan saat mengerjakan pekerjaan rumah. Reni itu adalah tetanggaku yang termuda. Karena rumah kami berhadapan, dia jadi lebih dekat denganku ketimbang tetangga lainnya. Bisa dibilang, dia sudah seperti adik sendiri bagiku. Itulah sebabnya dia lebih nyaman menceritakan masalahnya padaku dan aku pun jadi tidak tenang jika benar Reno itu berselingkuh.

Entah kebetulan atau kami punya ikatan batin, Reni tiba-tiba mengirimiku pesan WA.

[Mbak, aku kayaknya enggak bisa pulang ke rumah untuk sementara waktu. Titip uang buat Ratu, boleh? Mbak ada rekening?]

Ratu, putrinya Reno dan Reni yang berusia 5 tahun. Sesuai kata-katanya kemarin, Reni akan menitipkan putrinya pada sang Ibu mertua selama dia bekerja. Tapi kalau Reni semalam pulang semalam, seharusnya dia bisa menitipkan uang untuk Ratu secara langsung pada Ibu mertuanya atau padaku pagi ini, tidak perlu melalui transfer. Apa mungkin, dia... semalam memang tidak pulang?

[Kenapa kamu enggak titip ke Ibu mertuamu atau ke Mbak pagi ini sebelum kerja, Ren?]

Sengaja aku memancing jawabannya, karena tak mungkin aku langsung mengatakan apa yang ku lihat subuh ini, kan? Setidaknya aku harus yakin dulu jika yang aku lihat benar-benar bukan Reni.

Aku menunggu-nunggu cemas saat melihat tanda bahwa dia sedang mengetik.

[Aku semalam keluar dari rumah sekitar jam 11 malam, Mbak. Kami kelahi lagi. Jadi sepertinya aku mau tinggal di mess dulu untuk sementara waktu buat menenangkan diri.]

NAH!

Benar dugaanku berarti. Yang subuh tadi keluar dari rumah mereka bukan Reni, tapi perempuan lain.

Gila, ya. Enggak Mas Hendra, enggak Reno. Laki-laki sama saja ternyata. Bedanya Mas Hendra pura-pura baik selama berselingkuh, sedangkan Reno benar-benar berusaha mengusir istrinya dari rumah mereka sendiri.

Aduh, aku jadi bingung. Masalahnya aku tahu betul saat perempuan itu keluar dari rumah mereka subuh ini. Kalau aku diam saja, bukankah sama saja antara aku dan teman-temannya Mas Hendra yang berusaha menutupi perselingkuhan temannya?

Tapi kalau aku mengatakan hal itu pada Reni, apakah aku akan jadi terlalu ikut campur dengan masalah orang lain?

[Gimana, Mbak? Ada rekening?]

Pesan dari Reni kembali masuk. Aku menghela napas kasar. Beginilah, sepertinya aku memang tidak bisa diam saja saat mengetahui hal-hal tidak benar di depan mataku seperti ini.

[Iya ada, Ren. Biar Mbak kirimkan nomornya.]

Akupun mengirim nomor rekening milikku guna mempermudah Reni mengirimkan uang untuk membeli susu atau jajan anaknya. Karena meski sudah umur segitu, putrinya memang masih menyusu.

[Oke, Mbak. Terima kasih.]

Aku menarik napas dulu, baru mulai menarikan jariku diatas layar ponsel. Tidak akan ada cara untuk putar balik setelah aku memberitahukan ini padanya, tapi... baiklah. Aku akan memberitahunya.

[Ren, sebenarnya ada yang mau Mbak kasih tahu.]

[Mbak juga sebenernya enggak tahu pasti, tapi kayaknya Mbak enggak bisa diam aja. Mbak tahu banget rasanya dikhianati bagaimana.]

Ikon tanda mengetik muncul. Aku berhenti mengetik sejenak untuk melihat balasan dari Reni.

[Maksudnya, Mbak?]

Aku menarik napas panjang, mencoba menghilangkan perasaan takut yang mengganjal di hati. Kemudian, barulah aku lanjut mengetik lagi.

[Mbak kebangun sebelum Subuh hari ini. Terus, Mbak enggak sengaja dengar suara motor yang didorong. Mbak penasaran, jadi Mbak ngintip ke luar jendela. Dan disana ada suami kamu, Ren.]

[Dia... bersama perempuan lain.]

Aku diam sejenak, menunggu respon dari Reni. Padahal dia masih online, tapi dia tak langsung menjawab. Padahal, tadi saja dia langsung mengetik balasan saat aku mengiriminya pesan.

Aku tahu dan paham, dia pasti syok.

Sama seperti saat aku pertama kali mengetahui perselingkuhan Mas Hendra. Aku bahkan hampir pingsan saat Joko menjabarkan keseluruhan rahasia yang suamiku sembunyikan.

Apalagi Reni.

Suaminya mulai berubah, kasar, bahkan tak memberi uang nafkah untuknya dan anak mereka. Lalu saat dia memilih bekerja pun, dia mencari masalah agar Reni keluar dari rumah malam-malam. Dan, lihatlah. Ternyata dia langsung membawa perempuan lain ke rumah mereka setelah Reni pergi.

[Sejak kapan dia membawa perempuan lain ke rumah kami, Mbak?]

Dia akhirnya membalas. Syukurlah, setidaknya dia tidak pingsan.

Karena usianya masih muda, Reni memang sering keluar rumah saat siang. Main ke rumah teman atau apa, aku kurang paham. Karena itulah dia bertanya---mungkin penasaran apa suaminya pernah membawa perempuan itu di hari lainnya saat dia sedang tidak ada di rumah.

[Mbak kurang tahu, Ren. Yang Mbak tahu ya shubuh ini, karena Mbak lihat sendiri.]

Lagipula sebenarnya Reno pergi bekerja saat siang. Reni pergi main, itu hanya saat suaminya tidak berada di rumah. Jadi, dimana tepatnya dia bertemu perempuan ini, aku kurang tahu. Karena baru subuh ini aku melihat mereka bersama.

Bahkan jika benar pun mereka pernah datang ke rumah itu saat siang, aku tak tahu juga. Karena tak mungkin aku mengetahui apa-apa saja yang terjadi di rumahnya meski kami berseberangan.

[Reno ini ya... enggak ngerti lagi aku. Pantas akhir-akhir ini dia marah-marah terus. Ternyata karena dia punya perempuan lain.]

[Terimakasih, Mbak. Karena udah ngasih tahu. Jangan bilang siapa-siapa dulu tentang ini, ya. Jangan kasih tahu Ibu mertuaku juga. Aku pingin cari tahu siapa perempuan itu sebenarnya.]

[Oke, aman. Tapi kamu hati-hati, ya. Jangan sampai membahayakan diri kamu sendiri. Ingat, kamu punya Ratu yang harus kamu pikirkan.]

[Iya, Mbak. Makasih banyak atas segalanya.]

Aku merasa lega, setidaknya aku tidak menutupi apa yang kulihat dengan mata kepalaku sendiri. Meski... entahlah. Aku jadi khawatir. Sudah kubilang Reni itu seperti adikku sendiri. Jadi aku tidak mau jika sampai dia kenapa-kenapa.

Tapi Reni itu memang bukan tipe perempuan yang diam saja jika suaminya aneh-aneh. Lihat, begitu suaminya bilang akan memutus nafkah untuknya dan anaknya, dia langsung cari kerja. Dia tidak hanya diam dan berdrama seperti menangis meraung atau berharap belas kasihan. Dia lebih memilih untuk mencari jalan keluarnya sendiri.

Jadi tanpaku pun, aku yakin Reni akan tahu dengan sendirinya kelakuan suaminya itu. Aku hanya mempercepat agar semuanya lekas terbuka.

Kamu perempuan yang kuat, Reni.

"Semoga Allah melindungimu, Ren." Doaku tulus.

***

Pernah nggak ada di posisi seperti Inara? Dilema… mau diam takut salah, mau ngomong takut menyakiti. Menurut kalian, langkah Inara buat jujur ke Reni ini sudah tepat belum? Atau harusnya dia diam saja dan biarkan waktu yang membongkar semuanya?

Tulis pendapat kalian ya, siapa tahu sudut pandang kalian bisa jadi pelajaran buat Inara — atau bahkan buat aku sebagai penulis. ❤️

See you tomorrow!

1
rokhatii
tak kirain masih muda🤭🤭
rokhatii
dukunnya kuat ternyata yaa
kim elly
hayu kita bun*h si hendra
kim elly
ya selingkuh mau ngapain lagi coba 🤣🤣
kim elly
aigo ini sumpah nggak ada yang waras 🤣
Ameee: Memang stress semua Kak, Authornya pun sama 🤣
total 1 replies
Rezqhi Amalia
sengaja Banget ya ngejelekin Inara biar Hendra kagum dan berpikir bahwa wah si Dewi yg paling ngertiin aku. gedeg banget
Rezqhi Amalia
mulai deh jdi kompor
Rezqhi Amalia
nggk gtu juga kali🥹. mungkin Inara jarang buka sosmed
sunflow
bagus.. jgn goyah.. mungkin awalnya anak2 blm bisa menerima perpisahan orang tuanya. namun semakin dewasa mereka akan mengerti bahwa kita sebagai wanita bukan ingin mengalah. Namun hanya ingin menjadi kewarasan kita
sunflow
pria memang gtu.. giliran ditinggal istri sah gulung2 nangis. setelah dimaafkan pasti berulah lagi
Mutia Kim🍑
Kmu pembohong
Mutia Kim🍑
makanya cari lingkungan pertemanan yg baik
Anggrek Handayani
Hih... Kak jijik sekali. Sebenarnya itu kenapa?
Anggrek Handayani: Iya. Maksudnya awalnya kenapa?
total 2 replies
Anggrek Handayani
Kasih sayang seorang nenek pada cucu pertamanya./Drool//Drool/
Anggrek Handayani
Bunda jangan mengalihkan pembicaraan dong! Ini kan gara-gara suaminya Bunda. Bunda pura-pura nggak tahu!😡😡
Anggrek Handayani
Memang sifatnya anak pertama gitu, Bun.
Anggrek Handayani
Kok tanya, Bun? Seharusnya Bunda sudah tahu lah!
rokhatii
Dewi madam nya kali ya🤣🤣
rokhatii
alesan aja hen
Rahma Rain
huhh.. laki2 kok gini amat ya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!