Kepercayaan Aleesya terhadap orang yang paling ia andalkan hancur begitu saja, membuatnya nyaris kehilangan arah.
Namun saat air matanya jatuh di tempat yang gelap, Victor datang diam-diam... menjadi pelindung, meskipun hal itu tak pernah ia rencanakan. Dalam pikiran Victor, ia tak tahu kapan hatinya mulai berpihak. Yang ia tahu, Aleesya tak seharusnya menangis sendirian.
Di saat masa lalu kelam mulai terbongkar, bersamaan dengan bahaya yang kembali mengintai, mampukah cinta mereka menjadi perisai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CutyprincesSs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
Sementara itu, di kediaman keluarga Scott, suasana justru berbanding terbalik. Udara di ruang tamu terasa hangat dan tenang, jauh dari kekacauan yang baru saja terjadi di restoran tadi. Rossa terlihat sedang melakukan video call bersama Inggrid sambil duduk di ruang tamu, sedangkan Nathan tidak terlihat di rumah karena tadi pagi baru saja berangkat kembali ke luar kota untuk menghadiri makan siang dengan investornya.
"Kau baik-baik saja kan, Grid?" tanya Rossa mengulas senyum dibalas anggukan singkat oleh ibu Aleesya itu. "Syukur Rossa. Meskipun aku masih harus membantu Ferdinan mengurus kebun kami. Kau tahu? Hama-hama itu sangat membuat kami rugi, untuk itulah aku dan dia sedikit lama disini. Bagaimana kabar putriku?"
Rossa mengangguk mendengar perkataan sahabatnya, "Aku mengerti. Putrimu baik-baik saja, dia selalu bersama Victor-" ucapan Rossa terhenti saat ia menengok pintu masuk, melihat putranya tengah memeluk Aleesya yang menangis. "Em Inggrid, maaf sepertinya aku harus menutup teleponnya. Muridku datang." lanjutnya dengan sedikit gugup menatap layar ponsel. "Ah iya. Take your time, Ros. See you." panggilan pun terputus.
Rossa meletakkan ponselnya di meja lalu menghampiri Victor dengan langkah cepat dan ikut menuntun Aleesya. "Ada apa ini? Mengapa kau menangis, Nak?" Rossa mengusap air mata Aleesya dan membawanya duduk di sofa, sementara Victor berdiri dengan kedua tangan di pinggang. Ia menatap sedih Aleesya.
"Kami memergoki pacar Aleesya selingkuh, Ibu. Yang lebih parahnya lagi, Maxime menghamili selingkuhannya." Victor berjongkok di depan Aleesya. Rossa menautkan alis, menatap putra dan putri sahabatnya bergantian. "Tante... seburuk apa perlakuanku terhadap Maxime hingga dia tega melakukan semuanya?" Aleesya menatap Rossa dengan mata yang merah diiringi isakan yang masih ada, Rossa segera menarik wanita muda itu ke dalam pelukannya sambil mengusap lembut rambutnya.
"Kamu tidak melakukan kesalahan apapun, cantik. Dia pria bodoh yang tidak tahu diri. Sudah sayang... kau tidak harus menangisi pria berengsek seperti dia. Airmata mu mahal, dia akan mendapat balasan." Aleesya mengangguk sambil mengatur napas, ia sedikit merasa tenang. "Dan kau... sudah kau putuskan mereka?" tanya Rossa masih memeluk Aleesya. Victor mengangguk dan mengambil duduk di sofa tunggal.
"Sudah, Ibu. Besok aku ke Nuxvar tidak membawa wanita lain, cukup Aleesya seperti biasa." jawabnya mengangguk singkat. "Good boy. Ayah membiarkanmu kali ini. Jika kau berulah lagi, ibu tidak bisa menjamin, Nuxvar tetap berada di bawa namamu." Rossa melepas pelukan Aleesya, mengambil satu tangannya untuk di pegang. "Girl, tadi ibumu menelepon dan menanyakan kabarmu. Oh ya... lalu bagaimana pekerjaanmu?"
"Besok Victor akan mengantarku ke kantor, Tan. Aku akan mengundurkan diri." jawab Aleesya berusaha mengulas senyum. "Astaga, kau bisa tersenyum meskipun hatimu terluka. Aleesya... jangan pernah merasa sendirian. Ada kami untukmu, hm? Kalian sudah makan? Ayo kita makan malam bersama. Ayah Victor juga akan datang sebentar lagi." ujar Rossa menatap Victor dan Aleesya bergantian, "Ayo." Victor memegang tangan Aleesya dan berjalan bersama ke dapur.
Untuk pertama kalinya setelah malam yang panjang, Aleesya merasa aman. Ada tangan yang menggenggamnya, ada rumah yang menerimanya.
Nuxvar adalah sebuah pulau pribadi, hadiah prestisius dari Nathan kepada Victor karena ia berhasil memenangkan tender besar. Pulau itu terletak di pinggiran kota, sekitar tiga jam perjalanan darat dan dilanjutkan dengan penyebrangan laut. Di pulau itu terdapat vila, pantai pribadi, yacht dan sebuah restoran.
Tiap akhir bulan, Victor selalu kesana bersama teman-temannya. Ia bahkan kadang membawa Bianca, sementara Aleesya selalu mengawasi pria itu tentunya atas perintah Rossa. Teman-teman Victor tak lain adalah teman masa sekolahnya, termasuk Aleesya. Mereka sudah saling mengenal sejak masa sekolah, dan kini menjadi eksekutif muda sukses serta selalu berfoya-foya dengan gaya hidup serupa Victor.
Ada Farel, Noah, Keysha, Mila, dan Billy. Mereka berbeda dalam cara bicara, tapi satu hal sama: uang bukan masalah. "Tak usah membawa banyak baju! Kita beli saja di mal. Noah mengajakku bertemu." ucap Victor melihat Aleesya mengemasi barang-barangnya. "Tumben sekali si anak manja itu mengajakmu bertemu? Apa bisnisnya macet?" Aleesya menggelengkan kepala sambil menutup koper. “Aku heran, permintaan senjata tajam malah semakin tinggi belakangan ini.”
Matahari kian naik, namun pagi ini dua orang itu terlihat santai karena Victor juga sebelumnya lembur untuk mengambil libur hari ini agar bisa mengantar Aleesya ke Lenz Property.
---
Mobil Victor melaju di antara kerumunan kendaraan yang berlalu-lalang namun lalu lintasnya cukup lengang. Ia sedikit menambah kecepatan mobilnya tapi Aleesya tidak keberatan sama sekali.
Aleesya menatap jalanan dari jendelanya, rautan wajahnya sudah terlihat segar, meski hatinya baru saja remuk kemarin.
"Bagaimana pekerjaanmu? Ah... apakah bisnis gelapmu itu masih ramai?" tanyanya memecah keheningan. Ia sempat melirik kaca spion atas, memastikan riasannya masih rapi.
Victor melihat Aleesya dari kaca spion atas lalu kembali fokus melihat ke jalanan, "Dunia itu terlalu berbahaya dan liar, Sya. Jika kau tak mampu mengontrol diri, ucapkan selamat tinggal pada hal-hal yang kau pegang teguh. Arus di sana terlalu kuat. Bahkan jika kau ingin keluar, rival bisnismu akan mengincarmu sampai mati. Sangat berisiko membiarkan mantan pebisnis dunia gelap hidup tenang."
Aleesya sedikit merinding mendengar penjelasan itu meskipun ia tahu sahabatnya ini sudah berkecimpung disana sejak awal umur duapuluhan, itupun didikan dari ayahnya sendiri. "Karena itu aku tak mau menanam modal di sana, cukup kau saja. Mengerikan! Tapi Noah cukup hebat, bisa jadi bandar senjata tanpa tercium siapa pun. Di luar bisnisnya hanya kontruksi, namun siapa yang menyangka?" Wanita itu mengangkat kedua bahunya, obrolan itu tak terasa membawa mereka hampir sampai tujuan.
Victor tersenyum tipis, merasa terhibur oleh topik yang dibicarakan Aleesya, ia hanya mengangguk sebagai respon ucapan wanita di sampingnya. "Oh ya, jam berapa dia mengajakmu bertemu?" imbuhnya menegakkan badan. "Makan siang nanti. Ayo keluar... aku sudah tak sabar ingin menghajar Maxime lagi kalau dia masih macam-macam padamu."
Aleesya mengangguk, melepas seatbelt dan mengikuti Victor keluar dari mobil. Area parkir tampak rapi, dengan deretan kendaraan serta papan bertuliskan "Parkir Area Lenz Property"
"Tahun ini aku menjadi pengangguran..." ucap Aleesya terkekeh mencoba mencairkan suasana saat mereka melangkah ke dalam gedung kantor. "Kalau kau mau, kau bisa bekerja di kantorku." ujar Victor singkat tanpa melihat Aleesya, "Akan aku pikirkan." balasnya pelan.
***
Maaf beberapa hari gak update, lagi sakit 🙏🏼