CEO DAN GADIS TULALIT

Zara tidak bisa berpikir saat ini. Air matanya terus mengalir sambil mengusap perutnya yang masih rata. Kini dirinya sudah berada di bandara tujuan Turki. Ia ingin mengunjungi keluarga ayahnya dan mungkin akan mengambil kuliah di sana.

"Yah, lebih baik aku pergi. Tidak ada lagi tempatku dihati si munafik. Kebaikannya yang ia tawarkan hanya semu. Aku hanya diperalat untuk mencapai tujuannya. Dia tidak menginginkan anakku. Jadi untuk apa hidup bersama dengan si munafik itu. Dasar bodoh..!" Zara menjitak kepalanya sendiri.

Tidak lama kemudian pesawatnya berangkat. Ia sudah mengirim isi rekaman itu ke suaminya lalu membuang ponselnya di sampah sebelum masuk ke dalam pesawat.

Sementara itu Zain yang baru saja menyelesaikan meeting nya membuka ponselnya. Ia tersenyum melihat ada pesan masuk dari Zara. Namun senyum itu langsung terbenam manakala ia mendengar suaranya sendiri di rekaman suara itu. Betapa kagetnya Zain karena ia tidak menyadari jika gerutu nya waktu itu menjadi bumerang nya saat ini.

"Zara." Zain mencoba hubungi nomor Zara namun nomor itu sudah tidak aktif lagi. Zain menghubungi asisten rumah tangganya namun mereka tidak mengetahui ke mana perginya Zara karena Zara keluar rumah menggunakan taksi online tanpa membawa apapun kecuali tas tangannya.

"Ya Allah, ke mana Zara? Apakah dia pergi ke suatu tempat? Bagaimana caraku menemukannya? Apakah aku tunggu saja kepulangan nya?" Zain terlihat frustrasi. Ia memilih pulang ke rumahnya. Namun perasaannya benar-benar tidak enak saat ini.

Ribuan kebaikannya selama dua tahun ini pada Zara terhapus dengan satu kesalahannya yang membunuh perasaan gadis itu padanya.

"Maafkan aku sayang...! Andai saja kamu mau mendengarkan penjelasanku mungkin kamu akan paham situasi ku saat itu," batin Zain yang sangat merindukan istrinya saat ini.

Tiba di rumah mewah itu Zain segera berlari menuju kamarnya. Dia yakin Zara pasti meninggalkan pesan untuknya. Dan benar saja Zain menemukan secarik kertas yang tergeletak di atas bantal yang biasa ditiduri istrinya.

"Assalamualaikum suamiku. Terimakasih untuk segalanya yang selama ini kamu berikan padaku. Aku sangat percaya padamu dan jatuh cinta berkali-kali padamu untuk setiap harinya. Kamu membuat aku tampak lemah agar aku selalu bergantung padamu.

Aku pikir aku adalah wanita paling bahagia dicintai pria tampan sepertimu. Namun aku salah. Aku tertipu. Aku hanya tambang emas bagimu atas kepentingan mu. Dua tahun ini aku hanya hidup dalam mimpi dan tidak benar-benar nyata. Aku bodoh... Sangat bodoh. Gadis tulalit.

Mana mungkin kamu ingin memiliki keturunan dari rahimku? Yah sudahlah tidak apa. Aku akan membebaskanmu Zain. Aku sudah menyerahkan surat kuasa pada paman Gunawan untuk menggugat cerai dirimu. Jangan mencariku karena aku tidak akan pernah lagi muncul dalam hidupmu. Sekali terimakasih atas cintamu walaupun itu adalah hanya cinta palsu," tulis Zara diakhir kalimatnya membuat Zain sangat geram.

"Dasar bodoh....! Kamu tahu bagaimana aku telah melewati hari bersamamu penuh dengan cinta tulus namun hanya ini penilaian mu yang dangkal padaku tentang cintaku dan pengorbanan ku untukmu?" Zain tidak bisa menangis karena hatinya sangat sakit mendapatkan tuduhan dari istrinya yang menusuk hatinya walaupun tidak berdarah namun sakitnya tidak bisa lagi ia ungkapkan dengan kata.

"Aku harus menemukanmu Zara. Kamu harus mendengarkan aku atau aku akan mati membawa kebenaran cintaku padamu hah?" geram Zain ingin membenturkan kepalanya di dinding.

...----------------...

Ketika tiba di Turki Zara beralih ke negara lain melalui tranportasi laut yaitu kapal pesiar. Namun Zara lupa jika dirinya saat ini sedang hamil muda dan mengalami mual.

"Nona, apakah anda baik-baik saja?" tanya seorang wanita muda pada Zara yang sedang berada di restoran.

"Aku sedang hamil. Aku mual mencium aroma makanan ini," ucap Zara.

"Tunggu sebentar, aku akan menanyakan pelayan untuk memanggil dokter yang bertugas di kapal ini untuk memeriksa keadaanmu. Siapa namamu nona?" tanya wanita itu.

"Zara."

"Aku Sena.

Keduanya saling berkenalan lalu sesaat kemudian Sena berbicara dengan pelayan restoran tersebut.

"Apakah nona masih kuat berjalan?" tanya pelayan itu namun Zara menggeleng lemah. Untuk melangkah saja tubuhnya sangat lemah apalagi berjalan.

"Baik saya akan hubungi dokter untuk menjemput anda di sini," pelayan sibuk menghubungi dokter terkait dan tidak lama kemudian seorang perawat membawa kursi roda untuk Zara menuju klinik di kapal itu. Sena ikut menemani Zara.

"Apakah anda bepergian sendirian saja nona?" tanya dokter dan Zara mengangguk tanpa menjelaskan apapun. Melihat sikap Zara yang dingin membuat ketiga wanita yang ada dihadapannya bisa menebak jika gadis berjilbab itu sedang mengalami masalah pribadi. Mereka pun tidak ingin kepo tentang kehidupan Zara.

Tidak lama kemudian Zara diantar ke kamarnya. Kebetulan kamar Sena bersebelahan dengan kamar Zara.

"Apakah kamu mau aku temanin kamu di sini Zara? Kita bisa saling ngobrol tentang beberapa hal agar terhibur," ucap Sena. Zara seakan enggan untuk ditemani karena hatinya cukup lelah.

"Maaf Sena. Aku ingin istrahat agar janinku tidak bermasalah seperti yang disarankan dokter tadi," tolak Zara.

"Baiklah. Kalau ada apa-apa jangan sungkan untuk hubungi aku Zara...!" Sena menyebutkan nomor ponselnya dan Zara mencatatnya.

Keduanya berpisah dan memilih istrahat di kamar masing-masing. Sementara itu Zain menemui pengacara Gunawan di ruang kerjanya.

"Anda pasti mengetahui keberadaan Zara bukan?" tekan Zain pada pengacara Gunawan.

"Jadi rupanya kamu belum kenal bagaimana sifat istrimu dengan baik. Zara itu memiliki hati yang sangat lembut. Dia akan memberikan hidupnya para orang yang sangat baik padanya atau sangat mencintainya. Namun jangan sekali-kali menyakitinya karena batinnya tidak cukup kuat untuk menerima sebuah kebohongan apalagi pengkhianatan," sahut Gunawan.

"Baiklah. Jika istriku menghubungiku katakan padanya kalau aku tidak akan menceraikan nya dan seluruh aset perusahaanku sendiri akan aku alihkan atas namanya. Dengan begitu dia akan tahu bahwa cintaku lebih besar padanya daripada diriku sendiri," ucap Zain terlihat gusar lalu keluar dari ruang kerjanya Gunawan sambil mengatur nafasnya.

Tiga hari tanpa melihat Zara membuat hidupnya kacau dan matanya sulit terpejam dimalam hari. Akibatnya lingkaran bawah matanya terlihat hitam dengan jambang tipis memenuhi wajah tampannya.

"Ya Allah. Tolong pertemukan aku dengan istriku...! Aku ingin minta maaf kepadanya dan meyakinkan nya kalau aku sangat mencintainya," ucap Zain sambil menatap wajah Zara di wallpaper ponselnya.

Nayla yang melihat keadaan bosnya tampak kasihan pada Zain yang benar-benar menderita. Gadis itu juga menunggu dihubungi Zara namun Zara belum juga menghubunginya.

"Baiklah. Mungkin aku bisa menghubunginya lewat email. Kenapa bodoh sekali aku ini," Nayla yang sempat mengambil foto Zain tadi langsung mengirim isi email beserta foto tampang Zain yang menyedihkan.

"Apakah kamu ingin ada wanita lain masuk ke dalam kehidupan suamimu yang baik hati itu untuk menggantikan posisimu, Zara?" tulis Nayla menakuti Zara dengan kalimat sederhana itu.