NovelToon NovelToon
From Hell To Absolute

From Hell To Absolute

Status: sedang berlangsung
Genre:Crazy Rich/Konglomerat / Epik Petualangan / Perperangan
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Radapedaxa

Ia dulu adalah Hunter Rank-S terkuat Korea, pemimpin guild legendaris yang menaklukkan raid paling berbahaya, Ter Chaos. Mereka berhasil membantai seluruh Demon Lord, tapi gate keluar tak pernah muncul—ditutup oleh pengkhianatan dari luar.

Terkurung di neraka asing ribuan tahun, satu per satu rekannya gugur. Kini, hanya dia yang kembali… membawa kekuatan yang lahir dari kegelapan dan cahaya.

Dunia mengira ia sudah mati. Namun kembalinya Sang Hunter hanya berarti satu hal: bangkitnya kekuatan absolut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

Crane berdiri kaku, tubuhnya bergetar hebat, sementara tatapannya terpaku pada sosok yang berdiri dengan tenang di hadapannya. Jinwoo, pria dengan aura yang tidak bisa dijelaskan oleh kata-kata, berdiri di sana dengan ekspresi datar, seolah dunia di sekitarnya hanyalah latar yang tak penting.

Crane meraung, mencoba menyembunyikan rasa takut yang perlahan merayapi dadanya.

“Siapa kau! Berani-beraninya kau ikut campur dalam urusan kami! Apakah kau tidak tahu siapa kami, hah!?”

Suara Crane menggema, penuh kemarahan yang dipaksakan, namun Jinwoo hanya tersenyum tipis.

“Kenapa kalian selalu saja menggertak orang lemah dengan jabatan yang kalian miliki? Apakah itu terasa… menyenangkan?” Nada Jinwoo terdengar lembut, namun dingin seperti pisau yang menusuk tulang.

Crane mengepalkan tangannya. “Kami melakukan ini karena kami bisa! Dan kau sebaiknya enyah sekarang sebelum aku kehilangan kesabaran. Pergilah, dan aku akan menganggap kejadian ini tak pernah ada.”

Jinwoo mengangkat alis, lalu tertawa rendah. Suara tawanya bergema di antara reruntuhan, membuat bulu kuduk Crane meremang.

“Terakhir kali aku membiarkan seseorang seperti dirimu hidup… aku sudah memvonisnya mati bahkan sebelum dia tahu dirinya sudah mati.”

Crane menggertakkan giginya keras-keras. “Apa maksudmu, bajingan!?”

Wajah Jinwoo menjadi gelap, aura membunuhnya mulai merembes keluar seperti badai yang tak terbendung.

“Kalian berani memutuskan harapan seorang kakak,” katanya perlahan, setiap kata terasa seperti belati yang menusuk hati Crane.

“Kalian merusak rumah sakit ini, satu-satunya tempat terakhir di mana pasien berharap untuk hidup. Kalian memaksa para pasien yang lemah untuk pergi, menciptakan kekacauan, dan membunuh orang-orang tak bersalah. Kau tahu berapa banyak nyawa yang hilang karena ulah kalian?”

Crane tertawa getir, meskipun suaranya terdengar goyah. “Jangan sok suci! Kau pikir dirimu seorang dewa yang baik hati, hah!?”

Jinwoo mendongak sedikit, matanya berkilat. “Kalau aku memang dewa…” ia berhenti sejenak, suaranya berubah menjadi sangat rendah, “…apa yang akan kau lakukan?”

Crane meraung marah, membuang semua ketakutannya dalam satu teriakan. Aura psikisnya meledak keluar, membentuk jarum-jarum besar yang berputar di sekelilingnya. Dengan kecepatan kilat, dia melesat menuju Jinwoo, jarum psikisnya meluncur untuk menusuk jantung lawannya.

Namun Jinwoo tidak bergerak.

Ding!

Jarum itu berhenti… ditahan oleh satu jari Jinwoo. Tak ada darah, tak ada luka. Hanya tatapan tenang yang menusuk lebih dalam daripada senjata apa pun.

Crane terbelalak. “Ba-Bagaimana mungkin—!?”

Jinwoo menggeleng pelan. “Dibandingkan dengan wanita pirang di salon itu…” ia menatap jarum yang sekarang bengkok seperti mainan murahan, “…kekuatan psikismu tak layak dibicarakan.”

Crane langsung melompat mundur, keringat dingin membasahi pelipisnya. Ia memandang jarumnya yang tak lagi berguna, lalu kembali ke Jinwoo dengan rasa ngeri yang tak bisa dia sembunyikan.

“S-siapa kau sebenarnya!? Apa maumu!?”

Jinwoo menunduk sedikit, lalu berkata dingin, “Bukankah kalian yang mencariku?”

Kata-kata itu membuat Crane membeku. Apakah Dia… benar-benar targetnya? Tapi kenapa… tidak ada info bahwa dia sekuat ini!? Ketakutan menggantikan amarahnya.

Jinwoo berjalan perlahan, setiap langkahnya terasa berat bagi Crane.

“Apakah yang menyuruhmu itu… tuanmu, Kevin? Sepertinya waktu itu aku terlalu lembut padanya.”

Nama itu membuat mata Crane melebar. Tidak ada lagi keraguan. Sosok di depannya bukan sekadar masalah, ini adalah bencana yang bahkan Leonard sendiri tak sanggup bayangkan.

Namun sebelum Crane bisa bergerak, tangan kanan Jinwoo mulai diselimuti aura merah dan emas yang berputar seperti galaksi mini. Udara di sekitarnya bergetar, tanah retak, dan suara seperti auman naga terdengar samar.

“Aku akan mewakili emosi seorang kakak yang ingin melindungi adiknya…” suara Jinwoo bergema seperti mantra kuno, “…lewat tinju ini.”

Ketakutan yang selama ini Crane tekan pecah dalam sekejap. Dia berbalik dan berlari secepat mungkin, berniat melarikan diri.

“T-Tidak! Aku harus kabur! Ini bukan lawan yang bisa kuhadapi!”

Namun Jinwoo hanya menunduk sedikit dan berbisik rendah,

“Divine Martial Art, First Form…”

Aura merah-emas meledak, membutakan mata siapa pun yang melihat.

“…Star Breaker.”

Dalam sekejap, Jinwoo menghilang. Saat Crane menyadari, Jinwoo sudah berada tepat di depannya.

“Ti-Tidak—!”

BOOM!!!

Tinju Jinwoo menghantam wajah Crane. Suara ledakan mengguncang seluruh area, menciptakan jalur kehancuran sepanjang puluhan meter. Bangunan di sekitar runtuh seperti mainan, tanah terbelah, dan suara kaca pecah memenuhi udara. Saat debu mereda, hanya tubuh bagian bawah Crane yang tersisa, berdiri tak berdaya sebelum akhirnya roboh ke tanah. Tubuh bagian atasnya… lenyap.

Jinwoo menarik napas pelan, memandangi kehancuran yang ia ciptakan.

“Lemah sekali…” ucapnya dingin.

“Hunter zaman sekarang… baru menggunakan tangan kosong saja sudah seperti ini. Jika aku memakai pedang, mungkin satu benua akan terbelah menjadi dua.”

Langkah berat terdengar dari arah rumah sakit. Dari dalam, Bulldog muncul, tubuhnya dipenuhi otot yang bergetar karena amarah. Di tangannya, ia menyeret tiga tubuh penuh luka: Mark, Chris, dan Daniel. Mereka tampak tak berdaya, darah membasahi pakaian mereka.

Bulldog menatap Jinwoo dengan mata yang menyala penuh kebencian.

“Woi, siapa kau!? Kenapa ada anjing seperti kau di sini!?” teriaknya.

Ia melihat ke sekeliling, mencari tanda-tanda Crane. “Di mana rekanku!? Dan di mana anak kecil itu!?”

Jinwoo tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap Mark dan yang lainnya, lalu menurunkan pandangan ke sebuah benda yang ia pegang. Saat Bulldog memperhatikan lebih dekat, wajahnya memucat.

Itu adalah potongan kaki Crane.

Jinwoo mengangkatnya sedikit. “Sepertinya ini… milik temanmu?”

Bulldog terdiam, jantungnya berdetak liar. Crane… sudah mati!? Tidak mungkin. Mereka telah bekerja bersama selama bertahun-tahun, dan Crane selalu lebih unggul dalam strategi dan kekuatan psikis.

Namun aura yang memancar dari Jinwoo membuat semua penyangkalan Bulldog runtuh. Dia tahu… orang di depannya ini bukan manusia biasa.

Bulldog mundur selangkah, lalu berteriak putus asa kepada pasukan yang datang bersamanya.

“Tembak dia! Hancurkan dia sekarang juga!”

Suara senjata api menggema. Hujan peluru yang dilapisi mana menghujani Jinwoo dari segala arah. Ledakan demi ledakan terjadi, membuat tanah di sekitarnya seperti medan perang.

Namun ketika asap mereda, Jinwoo masih berdiri di tempat yang sama, tanpa luka sedikit pun. Peluru-peluru itu memantul, seakan ada perisai tak kasat mata yang melindunginya.

Jinwoo melirik sejenak pada peluru yang terjatuh di tanah, lalu berkata dengan nada acuh.

“Oh? Peluru yang dilapisi mana… boleh juga. Tapi…” ia mengangkat tangan, menepis satu peluru yang melayang di udara.

“…itu tidak berguna bagiku.”

Ia mulai melangkah maju. Setiap langkahnya seperti palu godam yang menghantam dada para pasukan. Ketakutan merambat di wajah mereka, namun mereka tetap menembak, berharap keajaiban terjadi.

Bulldog panik. Ia tidak pernah merasakan ancaman sebesar ini.

“Apa dia… monster!?”

Aura merah-emas kembali menyelimuti tangan Jinwoo. Kali ini lebih terkendali, namun kekuatannya tetap mengguncang bumi. Jinwoo menoleh sekilas pada Mark dan lainnya yang tak sadarkan diri.

“Aku harus mengurangi kekuatannya…” gumamnya. “Jika tidak, mereka akan terkena dampaknya.”

Ia mengangkat tinjunya, matanya bersinar seperti bintang.

“Divine Martial Art, First Form…”

Bulldog meraung, mencoba menutupi ketakutannya dengan teriakan. “Teknik apa itu, bajingan!”

Namun Jinwoo hanya tersenyum dingin, lalu berbisik…

“…Star Breaker.”

Dan dunia sekitarnya meledak.

1
Rudik Irawan
nanggung banget
RDXA: hehe/Blackmoon/
total 1 replies
Rudik Irawan
up terus Thor
Ilham bayu Saputr
mantap
Ilham bayu Saputr
crazy up thor
RDXA: insyaallah, terimakasih atas dukungannya 💪
total 1 replies
Rudik Irawan
sangat menarik
Rudik Irawan
lanjutan
mxxc
lanjut bg
Rudik Irawan
lanjutkan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!