Di khianati adik tiri dan pacar nya, Airin langsung memilih seorang Pria secara acak hari itu. Tanpa ia tahu, Pria itu adalah seorang narapidana yang sedang menghadiri sebuah acara penting. Airin pun terjebak. Ia tak bisa menghindar dan terpaksa menikah dengan laki-laki itu.
Bagaimana kah kehidupan Airin setelah menikah dengan seorang narapidana? Akan kah ia bertahan atau kah ia harus menyerah?
Selamat membaca. Jangan lupa tinggalkan komentar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Hahahahha
Semua yang ada di sana tertawa saat Meta mengatakan hal itu. Bagaimana mungkin mereka Tidka tertawa. Di dunia yang sudah modern ini, masih saja ada wanita sebo-doh Meta.
Dan juga, ia adalah seorang istri dari pimpinan sebuah perusahaan. Entah dosa apa yang dilakukan oleh Arman di masa lalu, sehingga mendapatkan istri seperti Meta.
Bahkan saat ini, semua orang menatap ke arah mereka. Para pegawai lainnya pun tak sengaja mendengar hal itu.
Pasti lah mereka menahan tawa karena tak ingin di pecat. Sedangkan Meta, ia hanya bengong dan masih bingung kenapa orang-orang malah menertawakan diri nya.
"Kalian! kenapa kalian malah tertawa? Apa kalian menertawakan aku? Awas kalian, ya. Akan aku pecat." Ucap Meta masih dengan angkuh nya.
Ia sama sekali tidak tahu jika semua yang terjadi karena tingkah laku nya yang memalukan itu.
Sejak kecil, ia sudah sangat di manja oleh Ibu nya. Bahkan ketika ada tugas, Airin yang selalu mengerjakan PR nya Meta.
Semua nilai-nilai Meta yang di peroleh ketika sekolah, bukan lah nilai nya. Meta dan Ibu nya juga bekerja sama dengan salah satu oknum di sekolah. Supaya Meta bisa mendapatkan nilai bagus.
Maka dari itu, Meta memiliki otak yang kosong. Tak ada satu pun yang lengket di dalam kepala nya.
Ketika ia sudah dewasa, ia pun lebih memilih untuk melakukan hal yang tidak penting. Menghabiskan uang keluarga nya. Jalan-jalan dan menggosip. Itu lah hobi nya. Tak ada satu pun yang bermanfaat.
Jadi, jangan heran jika Meta itu begitu aneh dan sedikit miring kepala nya. Ia hanya mengandalkan kecantikan dan tu-buh nya untuk membuat laki-laki tergila-gila pada nya..
"Meta, apa kamu bisa diam sekarang?"
"Tapi sayang. Mereka itu berani sekali menertawakan aku. Kamu harus pecat mereka semua."
"Kalau mereka ku pecat, lalu siapa yang akan bekerja di sini?"
"Ya aku dong. Aku bisa lebih baik dari Airin. Sayang, kamu jangan takut. Aku bahkan bisa membuat perusahaan ini lebih baik dari perusahaan nya Om napi kamu itu."
"Meta. Diam."
"Sayaaang. Kok kamu nyuruh aku diam."
"Me-Ta!"
Suara bentakan Arman membuat Meta terkejut. Ia tak percaya Arman membentak nya sekuat itu. Arman juga memegang tangan nya dengan erat lalu membawa nya ke sebuah ruangan.
Setelah mereka berada di ruangan itu, pintu pun di kunci oleh Arman dari dalam.
"Sayang. Apa karena kamu lagi pengen, maka nya kamu mau ajak aku ke ruangan kosong begini? kenapa kita nggak main di ruangan mu saja. Di sana kan dingin dan tidak pengap seperti di sini."
Meta mulai merayu dan mengira jika Arman sedang ingin diri nya. Meta sama sekali tak tahu jika Arman saat ini sudah sangat marah.
Plak.
Plak.
Plak.
"Apa kamu masih belum sadar juga, Meta?"
"Sayang. Kamu menampar ku? Tapi kenapa?"
"Meta! Oh Tuhan. Mengapa aku bisa menikah dengan wanita sebo-doh diri mu. Bahkan kepintaran milik Airin sebesar kuman pun tak ada pada diri mu."
"Sayang. Kenapa kamu jadi seperti ini."
"Jadi, kamu masih belum tahu salah mu dimana?"
Arman pun langsung menjam-bak rambut Meta dan menyuruh nya menatap proposal-proposal itu.
"Ini kan proposal buatan ku." Ucap Meta sambil menahan perih.
"Apa benar ini milik mu? Dari mana kamu mendapatkan nya?"
"Itu. Aku meminta tolong pada salah satu bawahan mu. Dan mereka membawa ini. Ya aku salin saja semua nya."
"Meta. Mereka memberikan ini sebagai contoh. Bukan untuk di tiru. Bahkan titik koma aja bisa sama. Apa kamu tidak tahu, hal seperti ini juga bisa melanggar hukum. kamu bisa di penjara."
"Tidak! Aku tidak mau di penjara. Sayang. Tolong aku. Aku sama sekali tidak tahu apapun. Tolong aku."
Meta terus memohon dan Arman menjadi tidak tega. Meta memang paling bisa memasang wajah sedih.
"Meta. Aku sangat mencintaimu. Tapi mengapa kamu melakukan hal ini? Apa kamu tahu, kami sudah melakukan hal yang melanggar hukum. Proposal-proposal itu milik orang lain dan tidak boleh sama."
Arman pun menjelaskan pada Meta. Jika apa yang ia lakukan pada proposal itu adalah hal yang tidak boleh lagi dilakukan di kemudian hari.
"Sayang. Aku mengerti. Aku janji tidak akan melakukan nya lagi. Aku mohon jangan bawa aku ke kantor polisi."
"Baiklah. Jika begitu, diam di sini baik-baik dan renung kan apa kesalahan mu. Jika kamu sudah mengerti, maka kamu boleh keluar."
Arman langsung mengurus Meta di dalam ruangan tersebut sendirian. Ia pun langsung pergi untuk membereskan masalah yang telah di buat wanita itu.
"Ternyata, sebo-doh itu wanita pilihan mu." Ucap Mama nya Arman.
"Ma, wajar saja Meta tidak tahu hal seperti itu. Ia di manja sejak kecil. Tak seperti Airin yang sudah terbiasa."
"Maka nya, kamu jadi bo-doh juga seperti istri mu itu. Kebodohan nya telah menular pada mu. Untung saja kalian belum resmi. Ingat ya, Arman. Mama dan Papa tidak mau kalian resmi. Kalian bisa menikah, tapi tidak boleh di resmikan."
"Tapi, Ma."
"Arman. Jangan membantah Mama mu. Nanti kami akan mencari calon yang tepat untuk jadi menantu di keluarga kita. Ia harus lah wanita yang pintar dan kaya. Arman, tanpa kekayaan dan kekuasaan, kita akan terus di injak-injak. Ingat itu."
"Baik, Pa. Arman nurut."
Kali ini, Arman terpaksa menuruti keinginan orang tua nya. Semakin hari, ia semakin melihat prilaku aneh Meta.
Ia pun mulai bosan pada Meta yang sangat bo-doh itu. Hanya karena da-ging tumbuh yang ada di tu-buh nya, yang tak bisa ia kendalikan, ia mengkhianati Airin.
Arman pun masuk kembali ke ruangan nya. Masalah proposal sudah di bereskan oleh Mama dan Papa nya.
Ia pun duduk kembali di kursi sambil memijit keningnya. Satu pesan masuk ke ponsel nya dan ia baru melihat nya sekarang.
"Aku tahu, apa yang kau lakukan saat itu."
Pesan di ponsel itu membuat tubuh Arman bergetar. Ia pun kembali membalas pesan tersebut.
"Salah sambung."
"Tidak mungkin salah. Kau adalah Arman. Si pelaku kejahatan sebenarnya. Tunggu lah. Iblis akan datang menjemput mu."
Brak..
Arman tanpa sadar melempar ponsel nya. Ia sama sekali tidak tahu siapa yang telah mengirimkan pesan itu padanya .
Padahal saat itu, ia yakin sekali jika tak ada saksi mata. Pekerjaan nya juga sudah di bereskan.
Entah siapa yang telah meneror Arman secara tiba-tiba dan tak tahu waktu itu...
dlu pembacamu bnyk lho kk dr nopel pertama mu itu ayok kk smgt dong
ohh airin rontok.sudah rasa malu mua kek mana pun dia suami mu lho wkwkwk
mkne kau liaht dlu baik2 siapa lawan mu kali ini gooo
nahh kann ayo nyonya lina
kek di ibutiri ku agen kusgus keren
saiki rasak no wae
teus nikmati wae hasil.pilihan mu ya kann
wkwkk
benerw bodoh macam itu pun jadi sekertaris ohh ya ampum jadi apa coba nnti
akal.licik sudah berjalan
ohh demi harta smpe mengorbN kan sodara
wow keren dehh