Hidup Audy runtuh ketika pengkhianatan dalam rumah tangganya terbongkar. Di tengah luka yang menganga, kariernya justru menuntutnya berdiri tegak memimpin proyek terbesar perusahaan. Saat semua terasa mustahil, hadir Dion—direktur dingin yang perlahan menaruh hati padanya, menjadi sandaran di balik badai. Dari reruntuhan hati dan tekanan ambisi, Audy menemukan dirinya kembali—bukan sekadar perempuan yang dikhianati, melainkan sosok yang tahu bagaimana melawan, dan berhak dicintai lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seraphine E, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Mobil Chandra melaju di jalanan Jakarta yang lengang malam itu. Lampu-lampu jalan berpendar samar di kaca mobilnya yang buram. Tangannya menggenggam setir dengan kaku, matanya kosong. Dia sama sekali tidak tahu ke mana harus pergi. Bandung? Ke rumah Ibunya? Ah, jangan. Yang ada nanti malah makin runyam.
Chandra akhirnya menarik napas panjang, lalu menekan nomor yang sudah begitu familiar di ponselnya. Jenny.
Sambungan terangkat setelah beberapa kali berdering.
“Hallo? Malam-malam gini, ada apa, Mas?” suara Jenny terdengar agak malas, tapi tetap dibuat manja.
“Jen… aku… aku butuh tempat tinggal sementara. Aku diusir dari rumah sama Audy, jadi kayaknya aku bakalan tinggal di apartemen kamu buat sementara. Bisa kan?” tanya Chandra, suaranya nyaris memohon.
Jenny terdiam sejenak, Dia adalah seorang selebgram dengan ratusan ribu follower yang mengaguminya, kalau dia tiba-tiba ketahuan tinggal seatap dengan… suami kakak tirinya sendiri. Skandal semacam itu bisa menghancurkan citranya dalam sekejap.
Beberapa waktu lalu saja Jenny sudah khawatir ada yang tahu saat Chandra menginap ditempatnya, lalu sekarang Chandra mau tinggal disini lagi? Yang mungkin saja dengan waktu yang lebih lama?
Belum lagi kalau Chandra tahu apartemen yang dia tinggali ternyata bukan miliknya sepenuhnya, tapi hanya apartemen yang dia sewa bulanan, dan saat ini sedang menunggak.
“Mas, kamu tau sendiri kan, bukannya aku nggak mau kamu tinggal disini. Tapi aku juga harus hati-hati, kalau ada yang liat aku tinggal sama suami kakak tiri aku, kan bisa berabe. Kemarin aja aku hampir ketauan salah satu akun gosip” jawab Jenny akhirnya, suaranya dibuat penuh alasan.
Chandra mendesah berat. “Cuma sementara aja kok Jenn, sampai aku nemu tempat baru. Kalau kamu setuju, Mas akan kenalin kamu sama produser film. Kamu kan pengen main film, terus mas juga akan kasih kamu uang belanja"
Jenny menggigit bibirnya. Kepalanya dipenuhi pikiran lain, mungkin kalau dia membiarkan Chandra tinggal, mungkin bisa jadi peluang baginya untuk menutupi kekurangan uang sewa yang sudah membuatnya pusing beberapa hari terakhir.
“Hmm…” Jenny pura-pura berpikir lama. “Yaudah deh, tapi aku mau kamu transfer aku sekarang ya, 50 juta.”
Wajah Chandra yang tadinya tegang mulai sedikit lega. “Iya, iya, gampang. Aku transfer kamu sekarang.”
Jenny tersenyum kecil di balik ponselnya. Bagus. Setidaknya sekarang aku nggak perlu bingung sama biaya sewa 3 bulan kedepan.
...***...
Chandra akhirnya tiba di apartemen Jenny. Ruangan wangi parfum mahal dan dekorasi yang terlihat mewah—meski sebenarnya hanya hasil pinjaman interior dari pihak penyewa. Jenny berusaha menampilkan seolah-olah semua itu memang miliknya, seolah dia adalah wanita mandiri, pekerja keras, sukses dengan gaya hidup glamor.
Di sofa, Chandra menjatuhkan tubuhnya, wajah lelah, mata merah karena amarah dan keputusasaan.
“Jen, Bener yang kamu bilang. Audy kayaknya punya pria lain di belakang aku.” ucap Chandra, dengan nada getir.
Jenny mengangkat alisnya, berusaha menahan tawa sinis.
“Mas yakin?” tanya Jenny, pura-pura prihatin.
“Iya. Aku lihat sendiri tadi siang… dia makan siang bareng sama bosnya. Mesra banget, Jen. Aku nggak tahan lihatnya.”
Jenny berpura-pura terkejut, padahal dalam hatinya ada rasa puas mendengar keretakan itu semakin lebar. Dia duduk, menyilangkan kaki, lalu menatap Chandra dengan tatapan licik.
“Tuh kan mas, apa kubilang. Bener kan kalau mbak Audy selingkuh. Nggak bisa kamu biarin ini mas. Sekarang rencana kamu apa?” suara Jenny terdengar lembut, tapi ada racun tersembunyi. “Kamu mau expose dia gitu? Atau gimana?" tanya Jenny
Chandra menoleh, menatap Jenny dengan ragu. “Aku nggak terima Jenn, dia udah nginjek harga diri aku sebagai suaminya. Menurut kamu aku harus gimana?”
Jenny tersenyum samar, matanya berkilat penuh intrik. “Mas, bentar lagi kan perusahaan mas mau ada gathering kan buat perayaan project baru. Kenapa nggak kita undang mbak Audy aja, terus kita bikin dia malu didepan umum. Biar dia menyesal mas, kita bikin dia viral.”
Chandra terdiam, dadanya bergemuruh. Antara bimbang dan tergoda. Tapi egonya sudah terlanjur terluka dan haus balas dendam.
Jenny bersandar santai di sofa, matanya menatap Chandra dengan penuh keyakinan. “Kamu tenang aja, Mas. Aku bakal bantu kamu… asal kamu juga bantu aku.”
"Ceritain dulu rencana kamu, baru aku bisa mutusin" kata Chandra akhirnya.
...***...
Jenny duduk bersila di sofa sambil memainkan ponselnya. Sesekali dia menatap foto-foto di layar—foto candid Audy dan Dion di restoran siang tadi, yang sempat diambil Chandra sebelum pertengkaran terjadi.
“Kita bisa pakai foto ini mas.” kata Jenny sambil menyodorkan ponsel ke Chandra. Senyumnya tipis, penuh kemenangan. “Kalau aku upload ini di story atau feed, kasih caption yang sedikit nyindir… wuihh, pasti bakalan viral dalam hitungan jam.”
Chandra meraih ponsel itu dengan ragu, menatap layar. Foto itu memang ambigu—Audy dan Dion terlihat duduk berdua, Yunita tidak ada karena saat itu masih di toilet. Dari angle yang sempit, siapapun bisa percaya kalau mereka sedang kencan berdua.
Jenny melanjutkan dengan suara yang dibuat penuh semangat.
“Kamu tau kan, follower aku banyak banget. Begitu aku kasih clue, netizen bakal kepo, gosip bakalan makin melebar. Apalagi pria ini kan direkturnya sendiri. Dari perusahaan besar dan terkenal. Kalau ketahuan deket sama wanita bersuami? Selesai. Nama Audy bakalan hancur, nama pria ini juga bakalan ikut kena. Audy pasti juga bakalan dipecat. Sementara kita?” Jenny mengedikkan bahu santai. “Kita tinggal nonton aja.”
Chandra terdiam. Tangannya mengepal di atas lutut. Ada rasa puas membayangkan Audy dipermalukan, harga dirinya yang baginya sudah diinjak oleh Audy, bisa terbalaskan.
Tapi di sisi lain, ketakutan menyeruak. Dia ingat betul tatapan Audy saat menyerahkan bukti foto perselingkuhannya. Audy bukan lagi perempuan yang bisa diremehkan. Apalagi dia sudah tahu perselingkuhannya dengan Jenny.
“Jen…” Chandra akhirnya berujar pelan. “Apa nggak jadi masalah nanti, power kamu nggak cukup gede ngelawan Direktur perusahaan sebesar itu.”
Wajah Jenny langsung berubah masam. Ia menghentakkan ponselnya ke sofa. “Mas, serius? Kamu takut? Udah kayak gini loh. Pengecut banget sih!”
Chandra menunduk, gigi terkatup rapat. “Bukannya gitu Jenn, tapi jangan sampai kita gegabah.”
Hening sejenak. Jenny menatap Chandra tajam, kesal bukan main. Dia ingin membalas, ingin mewujudkan rencana itu menjadi kenyataan. Tapi melihat wajah Chandra yang terkesan ragu-ragu, dia akhirnya menarik napas kasar.
“Oke, fine. Kita nggak usah upload. Biar aja.” Suaranya terdengar ketus, jengkel.
Chandra menghela napas lega. Dia tidak sadar, di balik wajah Jenny yang tampak menyerah, matanya berkilat licik.
Jenny mengambil kembali ponselnya, menyimpan foto-foto itu di folder tersembunyi. Dalam hati dia bergumam, Kalau Chandra nggak punya nyali, biar aku yang maju. Nggak perlu gosip di medsos. Aku bisa pakai foto-foto ini buat tekan Audy langsung. Dengan posisi aku sebagai selebgram, aku bisa blackmailed dia buat penuhin mau aku, termasuk ngasih aku duit.
Jenny lalu tersenyum samar, menyamarkan pikirannya. Dia menepuk lutut Chandra manja, seolah menutup pembicaraan.
“Yaudah, Mas. Nggak usah dibahas lagi. Kita istirahat aja.”
Chandra hanya mengangguk, yang terjadi selanjutnya adalah, mereka mulai memadu kasih. Seolah lupa dengan apa yang baru saja mereka diskusikan.
"Liat aja mbak, aku bakalan rebut suami kamu" batin Jenny ditengah nafasnya yang memburu mengimbangi permainan Chandra yang menguras tenaganya malam itu.
...****************...