NovelToon NovelToon
TRANSMIGRASI : AKU JADI NYAI

TRANSMIGRASI : AKU JADI NYAI

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Transmigrasi / Era Kolonial / Nyai
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Dhanvi Hrieya

Sekar tak pernah menyangka, pertengkaran di hutan demi meneliti tanaman langka berakhir petaka. Ia terpeleset dan kepala belakangnya terbentur batu, tubuhnya terperosok jatuh ke dalam sumur tua yang gelap dan berlumut. Saat membuka mata, ia bukan lagi berada di zamannya—melainkan di tengah era kolonial Belanda. Namun, nasibnya jauh dari kata baik. Sekar justru terbangun sebagai Nyai—gundik seorang petinggi Belanda kejam—yang memiliki nama sama persis dengan dirinya di dunia nyata. Dalam novel yang pernah ia baca, tokoh ini hanya punya satu takdir: disiksa, dipermalukan, dan akhirnya dibunuh oleh istri sah. Panik dan ketakutan mencekik pikirannya. Setiap detik terasa seperti hitungan mundur menuju kematian. Bagaimana caranya Sekar mengubah alur cerita? Apakah ia akan selamat dari kematian?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhanvi Hrieya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 19. PERENCANAAN

Perahu kecil milik pedagang pribumi tampak sibuk hilir-mudik mengangkut hasil bumi. Dari kejauhan, lonceng gereja berdentang pelan, seolah menandai dimulainya kehidupan kota. Di sepanjang jalan yang lebar dengan deretan pohon asam, tampak kereta kuda para pejabat Belanda melintas, roda-rodanya berderit di atas jalan berbatu. Sementara itu, pedagang kaki lima pribumi sudah membuka tikar, menjajakan kue basah dan buah tropis yang segar. Bau kopi yang baru diseduh dari warung kecil bercampur dengan aroma roti mentega dari rumah-rumah besar bergaya Eropa, menebarkan wangi yang menggoda penciuman.

Anak-anak kecil berlarian tanpa alas kaki, tertawa riang di tepi jalan, sementara para ibu menenteng bakul menuju pasar pagi. Di beranda rumah besar berlantai tinggi, para nyonya duduk dengan gaun putih tipis, menyeruput teh hangat sambil mengamati hiruk pikuk Batavia yang mulai bangun. Burung-burung gereja berterbangan riang, menambah semarak kehidupan kota yang perlahan terlihat begitu hidup.

Sekar merasa sangat bersemangat hari ini, meskipun sempat dibuat pusing sepuluh menit yang lalu oleh permintaan Johan. Kartika yang duduk di samping Sekar mengamati Sekar dari ekor matanya, lingkaran hitam di kedua matanya terlihat jelas. Ia tidak bisa tidur dengan baik tadi malam, dan harus bangun pagi untuk menjemput Sekar. Perlahan kereta kuda berhenti di pinggir trotoar jalan, keduanya turun setelah membayar.

"Kita mau kemana sekarang?" tanya Sekar menoleh ke arah Kartika.

Kartika membawa pandangan matanya ke arah depan, ada beberapa bangunan besar di depan mereka. Di sinilah pusat pemerintahan berada, Kartika tak tahu harus kemana lebih dahulu.

"Nyai mau mencari pekerjaan seperti apa?" tanya Kartika, "kalau Nyai bisa membaca dan menulis. Kita mungkin bisa langsung menuju ke gedung pencetakan koran di sana."

Kartika menunjuk ke arah gedung tak jauh dari mereka berdua berdiri, Sekar membawa atensinya langsung ke arah yang ditunjuk oleh Kartika.

"Pekerjaan di sana cukup mudah, meskipun gajinya mungkin tidak begitu tinggi. Tapi cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kurasa jika Nyai yang melamar pekerjaan ini, gajinya mungkin akan sama seperti pekerja lama di sana," sambung Kartika.

Ia mulai memancing Sekar, menunjuk ke arah percetakan koran. Ada beberapa mata-mata yang diselundupkan bekerja di sana, ada banyak informasi baru yang akan diperoleh jika bekerja di sana. Jika memang Sekar adalah mata-mata, maka ia pasti juga memiliki minat yang tinggi untuk bergabung di sana.

"..., apakah ada yang lain? Aku tidak bisa mengunakan mesin ketik. Meskipun aku bisa membaca dan menulis," tolak Sekar setelah terdiam cukup lama.

Sekar berasal dari era modern, ia tak pernah mengunakan mesin ketik jadul. Apalagi salah ketikan harus diulang dengan kertas baru, Sekar tak ingin mematahkan jari-jarinya bekerja di sana.

"Oh, di sana tidak hanya ada pekerjaan mengetik saja. Ada banyak pekerjaan. Kalau Nyai mau, aku akan mengatur agar Nyai bisa bekerja yang lebih ringan lagi. Itu tidak akan masalah, bukan?" Kartika mengulas senyum ceria.

Di dalam hati ia mulai bertanya-tanya kenapa Sekar tampak tidak ingin bekerja di sana, lantas jika wanita di sampingnya ini tak ingin berada di sana apakah ambisi Sekar lebih besar lagi. Bergabung dengan gedung pemerintah, dia mungkin bisa dengan mudah masuk ke sana hanya karena status yang dia miliki. Duduk di kursi dan makan gaji buta, hanya karena dia adalah gundik jendral tinggi.

"Aku berasal dari desa, terbiasa menangani tanaman. Eee..., maksudku itu adalah Departemen Pertanian, Perdagangan, dan Perindustrian. Ya, semacam itu," kata Sekar menjelaskan apa yang ingin ia lamar.

'Ternyata dia ingin mengatur hasil pertanian yang dibawa ke luar negeri.' Kartika mengangguk paham. "Ada, ayo ikut aku. Aku akan membawamu ke sana untuk bertanya."

Keduanya melangkah menelusuri jalan, cukup jauh dari jalan utama. Keduanya harus berbalik arah, mencari kembali kereta kuda. Mengingat gedung yang mereka cari tak jauh dari pelabuhan. Kartika mengeluh dalam hati, meskipun tak suka menemani Sekar ia harus tetap melakukannya.

...***...

Peluh menetes di dahi Samudra, telapak tangannya mengusap kasar keringat yang mendiami dahinya. Meneguk air minum dari cangkir enamel hingga tandas, tubuh bagian atasnya polos tanpa sehelai benang. Memperlihatkan bahu lebar kokoh, kedua otot lengan kerasnya, sixpack di perut, dan beberapa bekas luka di beberapa tempat. Latihan pagi yang sering ia lakukan untuk memperkuat fisik, cangkir enamel di tangan diletakkan di atas meja.

Deru ombak mengalun samar, ia melirik ke atas meja. Menatap pistol di atas sana, tampaknya Samudra harus berlatih lebih keras lagi dalam menembak. Menjadi penembak jitu, yang siap melepaskan timah panas menghujam jantung para penjajah.

Derap langkah kaki dari arah samping rumah terdengar, dari suaranya saja ia sudah tahu siapa yang kini datang menghampirinya. Raden semakin lama semakin dekat dengan Samudra, ia berhenti di depan Samudra.

"Jendral," sapanya dengan hormat, "ini informasi dana yang sudah terkumpulkan. Serta laporan uang keluar untuk keluarga prajurit yang gugur, semuanya sudah dibayar sesuai dengan instruksi Jendral. Silakan dicek kembali, apakah ada yang salah."

Berkas-berkas diserahkan pada Samudra, pria itu menerimanya dengan sigap. Duduk di kursi panjang, dengan mata tajam yang tampak fokus pada kertas-kertas yang telah mencatat berapa saja uang yang telah masuk serta uang yang dikeluarkan.

"Tidak ada masalah," ujar Samudra, ia menutup kembali berkas di tangannya. "Apakah ada kemajuan tentang penyeludupan senjata api yang sudah kita bicarakan?" tanya Samudra.

Raden menggeleng, "Sulit, mengingat mereka mencatat seberapa banyak senjata api yang diimpor dari negara mereka ke sini. Bahkan untuk membeli saja sangat sulit, sepertinya kita harus mencari cara lain untuk pasokan senjata api, Jendral. Membeli pada pedagang asing yang datang."

Samudra tak langsung menjawab ia terdiam, menatap lurus ke hamparan pohon kelapa di depan sana.

"Itu lebih berisiko lagi, Raden. Jika kita melakukan itu sangat mudah dilacak, mengingat setiap pedangan asing yang masuk ke sini selalu mencatat apa-apa saja yang mereka bawa. Jika benda itu hilang tanpa nama pembeli, sudah dapat dipastikan itu tidak akan bisa dilakukan. Pedagang asing pun juga tak ingin mati mengenaskan di negara kita ini," sahut Samudra lirih.

Raden mengangguk, dan berkata, "Bagaimana jika kita menggerakkan pemuda merah lagi, kali ini kudengar dari salah satu orang kepercayaanku. Kapal mereka akan berlabuh kurang lebih dalam waktu lima bulan. Membawa senjata api, dengan beberapa tipe. Membawa mobil, beberapa barang lainnya. Kita akan merampok saat itu diangkut ke dalam kereta kuda. Bagaimana menurut Jendral?"

"Mari kita pikirkan lebih matang lagi, pemuda merah mungkin siap mati. Tapi, sekarang jumlah mereka sudah sangat jauh berkurang," tolak Samudra dengan usulan Raden.

Bersambung....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!