NovelToon NovelToon
Santriwati Tengil Untuk Gus Zindan

Santriwati Tengil Untuk Gus Zindan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Riyaya Ntaap

menceritakan kisah cinta antara seorang santriwati dengan seorang Gus yang berawal dari permusuhan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riyaya Ntaap, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lamaran?

**

" Terimakasih banyak ya nak Zindan, karena udah nganterin diva tadi malam. " Nadira tersenyum senang, ia sengaja mengucapkan kalimat terimakasih setelah sarapan pagi saja, agar mereka memiliki topik obrolan sebentar sebelum Zindan pulang.

Zindan mengangguk pelan, is melirik pada diva sekilas, sehingga diva langsung melengos ketika tahu bahwa Gus Zindan meliriknya.

" Sama sama, Tante. "

Nadira masih tetap tersenyum, " ayo di makan cemilannya, kalau memang masih ada urusan ya nanti aja perginya. Eh kalian memangnya berapa hari acaranya? " Nadira menatap Gus Zindan dan Gus alip secara bergantian.

" Kira kira semingguan, Tante. "

" Oh kalo gitu kalian tinggal di rumah Tante aja, dari pada nginap di hotel, kan lumayan duitnya bisa di tabung. "

" Memangnya ga nyusahin Tante? "

" Ya nyusahin lah, gitu aja pake nanya. " Sahut diva yang langsung mendapat pukulan di lengannya, tentu saja pelakunya adalah Nadira.

Nadira menatap tajam, membuat diva langsung menyengir kuda. Ia jadi kesal sendiri dengan keberadaan Gus Zindan dan Gus Alip di rumahnya. Sedari tadi mama nya terus saja berfokus pada kedua tamu itu, hingga mengabaikannya.

" Ma, diva izin keluar bentar ya. " Diva reflek mengambil ponselnya yang sempat ia letakkan di atas meja yang berada tepat di depannya, sebagai pembatas antara dirinya dan Gus Zindan.

Nadira mendongakkan kepalanya untuk melihat diva yang sudah berdiri, raut wajahnya langsung berubah seperti sangat tidak bersahabat. Begini lah diva, ia tidak akan betah berada di rumah, ada saja yang akan di lakukan nya.

" Mau kemana ha? " Nadira mengintimidasi diva, sebelum memberikan izin.

Sebagai seorang ibu, Nadira tentunya tidak ingin putrinya kenapa kenapa di luaran sana, apalagi diva ini termasuk anak yang aktif, di tambah lagi saat ini Nadira merasa bahwa diva belum sembuh total.

" Mau ketemu sama lingga bentar. " Jawabnya dengan enteng.

Azka yang tadinya sibuk dengan laptopnya, lantas mendongak juga, menatap adiknya.

" Ngapain? Gak, gadak! Ga boleh! " Perintahnya tak terbantahkan. Azka tidak ingin nantinya sang adik kembali menangisi sosok pria yang sudah menjadi suami wanita lain.

" Mau bayar utang bang, kemaren minjem duit dia soalnya. " Jawab diva beralasan.

" Nanti biar Abang yang jumpai dia, berapa hutang kamu? "

" Ah ga usah repot repot, diva bisa sendiri kok. Okee dadaaaa assalamualaikum. " Diva langsung meraih tangan mama nya dan menciumnya, kemudian lari ngacir begitu saja meninggalkan rumah.

Andai tidak ada Zindan dan Alip, Nadira pasti sudah berteriak memanggil diva agar tidak pergi. Namun ia perlu menjaga image di depan orang asing yang bukan bagian keluarganya.

" Azka, mau kemana? " Tanya Nadira. Ia bingung melihat Azka yang tiba tiba saja menutup laptopnya dan bangkit dari duduknya.

" Azka mau ngikutin diva, ma. Nanti kalo lingga buat diva nangis, tinggal Azka hantam dia. " Jawabnya tampak serius. " Bro, gw pergi dulu. Itu adek semata wayang takutnya kenape kenape. " Katanya pada Zindan dan Alip.

Gus Zindan dan Gus Alip hanya bisa mengangguk saja, mereka berdua tidak tau apa-apa dan alangkah baiknya tidak terlalu ikut campur pada urusan keluarga diva.

" Aduhhhh, Tante jadi ga enak sama kalian. " Nadira meremas tangannya, ia merasa begitu tidak enak hati pada kedua tamunya karena kedua anaknya yang pergi.

Zindan tersenyum simpul. " Kami yang jadi segan sama Tante. " Celetuknya yang ikut ikutan merasa tidak enak hati.

Suara tawa ringan pun terdengar, baik Nadira maupun Gus Zindan, mereka sama sama tertawa. Bukan karena ada yang lucu, tapi karena mereka berdua sama sama merasa segan dan sedikit canggung.

" Oh iya, ada yang mau Zindan bilang ke Tante. "

Tiba tiba saja Zindan tampak begitu serius, membuat Nadira pun langsung duduk tegak, mendengarkan apa yang hendak di sampaikan oleh Gus Zindan dengan tampang yang begitu serius.

Tidak hanya Nadira, Alip pun jadi ikut ikutan terlihat begitu serius, padahal ia tidak tau hal apa yang akan di sampaikan Zindan pada ibunya diva.

" Zindan izin mau menikahi diva ya... Tante "

" APA?? " Seru Nadira dengan suara yang keras. Ia begitu syok, mendengar pernyataan Gus Zindan yang tiba tiba saja menyampaikan keinginannya untuk menikahi putri nya.

" Menyala Abangkuhhh " gumam Gus Alip di dalam hati.

Nadira mengedipkan matanya berulang kali, ia masih berusaha mencerna perkataan Gus Zindan. Sesaat keheningan menyelimuti, membuat Gus Zindan meremas tangannya menunggu jawaban Nadira.

Takut, canggung, dan malu. Itulah yang Gus Zindan rasakan sekarang. Ia takut kalau ternyata Nadira tidak mengizinkannya untuk menikahi diva, jika sampai itu terjadi maka ia pasti akan sangat canggung saat itu juga, dan kecanggungan itu pasti di barengi dengan rasa malunya.

" Ini tante ga salah denger? "

Zindan menggelengkan kepalanya pelan, ia menggigit bibirnya sendiri untuk meredamkan rasa canggungnya.

" Apa yang membuat kamu tiba tiba saja ingin menikahi diva, zindan? " Tanya Nadira. Penasaran, tentu saja itu yang ada di relung hatinya.

Menikah bukanlah perkara yang mudah, apalagi ia sudah pernah gagal dalam pernikahan, tentunya ia tidak ingin putrinya mengalami hal yang sama. Apalagi diva baru saja di tinggal nikah oleh orang yang dia cintai.

" Ada banyak jawaban untuk satu pertanyaan Tante. Tapi yang paling utama adalah karena Zindan pernah bersentuhan dengan diva..... " Gus Zindan menjeda kalimatnya.

Nadira sendiri tampak tidak paham dengan maksud perkataan Zindan, menyentuh dalam hal apa ini yang di maksud?

" sentuhan yang Zindan maksud itu karena Zindan pernah ga sengaja megang tangan diva, gendong diva, ya intinya sentuhan yang itu Tante, bukan yang lain. " Klarifikasi Gus Zindan secara langsung.

Melihat gelagat Nadira sebelumnya, membuat Gus Zindan langsung mengerti bahwa mungkin saja ucapannya yang begitu ambigu di awal, membuat Nadira berfikir yang tidak tidak

" Oh gitu toh, Tante pikir tadi anu.... "

Zindan menyengir kuda, benar dugaannya.

**

" Utang diva berapa? " Diva berkacak pinggang, gaya nya yang hendak membayar hutang tidak terlihat seperti orang yang memiliki utang pada umumnya.

Mendapati pertanyaan demikian, lingga mengerutkan keningnya kebingungan. Ia tidak merasa pernah meminjamkan uang pada diva sekalipun, lantas apa yang di maksud oleh diva.

" Utang apa dek? "

" Ya utang diva lah. Dari semua barang dan makanan yang pernah Abang kasih. Totalin cepet, udah gatel ni tangan mau bayar. " Ujarnya dengan begitu songongnya.

" Abang ga pernah ngerasa itu hutang, Abang ngasih ke kamu itu ikhlas dek. "

" Nyenyenye, cepet ah. Diva ga mau punya ingatan pernah di nafkahi sama suami orang. "

" Tapi kan pas Abang ngasih semua itu, Abang belum jadi suami siapapun dek. "

" Ga perduli, cepet totalin. "

Lingga menggelengkan kepalanya tidak percaya melihat sikap diva padanya yang langsung berubah drastis. Sorot mata lingga langsung berubah menjadi senduh, ada sesuatu di dalam hatinya yang begitu menyakitkan seperti di hantam sebuah batu besar.

Ia tidak pernah menyangka bahwa diva akan bersikap sampai seperti ini kepadanya. Lingga tau bahwa perubahan sikap diva padanya memang karena salahnya sendiri, tapi ia juga tidak berdaya sama sekali.

" Dek.... "

" Apaan? Cepet ah ga punya banyak waktu ni inces. "

Lingga menggigit ujung bibirnya, ingin rasanya ia memarahi dirinya sendiri yang sudah begitu bodoh, kini ia kehilangan gadisnya. Kehilangan sosok gadis yang selalu excited tentang dirinya. Diva tak lagi seperti diva yang ia kenal dulu.

Sekarang terdapat banyak perubahan dari gadis itu. Sorot matanya yang tidak lagi teduh melainkan hanya ketegasan yang terlihat disana, sifatnya tidak lagi ramah lemah lembut melainkan sudah begitu to the point dan tegas. Lingga sama sekali tidak menyukai perubahan sikap diva ini kepadanya, walaupun ia tau jelas bahwa dia yang salah.

" Div, dengerin Abang.... Abang punya alasan tersendiri kenapa Abang harus nikah sama indah. " Lingga hendak meraih tangan diva, dan menjelaskan segalanya, berharap diva luluh dan mau mengerti akan kesulitannya.

" Apa sih bang? Apalagi yang perlu diva ketahui? Mau Sampek berbusa pun mulut Abang ngejelasin, itu ga akan ngerubah fakta kalo Abang udah jadi suami orang! " Sarkas diva, matanya penuh dengan kilatan emosi. Emosi yang sudah ia pendam dari semalam.

" Tapi Abang beneran terpaksa, div. Abang ga ada rasa sama sekali ke dia. "

" Haa terus? Dengan Abang bilang gitu, apa itu bakalan ngerubah fakta kalo Abang udah nikah sama dia? "

Lingga mengusap wajahnya dengan kasar, tak terasa air matanya luruh begitu saja. Lihatlah, hanya diva lah satu satunya perempuan yang bisa membuatnya menangis selain ibunya.

Melihat lingga yang sudah menitikkan air matanya, diva pun tak kuasa menahan tangisnya lagi. Sikap kuat dan tegasnya hanya kepura-puraan semata karena tidak ingin di pandang lemah oleh lingga.

Dan kini, diva pun ikut menangis. Ia mendongakkan kepalanya, berusaha untuk menahan diri agar tidak menangis lebih kencang lagi dan memaki maki lingga.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!