Elangga Sky Raymond Wesley, seorang Badboy Tengil yang memiliki tubuh Hot. Dia adalah pemimpin geng motor Black Demon, yang selalu membuat onar di SMA Bintang Alam, masuk bk sudah langganan baginya.
Bagaikan air dan minyak yang tidak pernah bersatu, Elang dan papanya tidak pernah akur karena sebuah masalah. Papanya sudah muak dengan kenakalannya, hingga tiba-tiba menjodohkannya dengan seseorang.
Adzkia Kanaya Smith, anak baru di SMA Bintang Alam. Penampilannya yang culun ternyata menyimpan segudang rahasia. Tujuannya pindah sekolah karena ingin balas dendam pada seseorang. Dan takdir seakan berpihak padanya, ia di nikahkan dengan pria yang di incarnya.
"Ini akan menyenangkan," gumamnya sambil tersenyum smirk.
~HAPPY READING~
UP SEHARI 2X
PUKUL: 00.00 & 01.00
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon risma ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 19
"Kia, ayo dong! Bantu gue bujuk papa! Gue gak mau naik bis lagi!" Elang terus saja membujuk istrinya agar mau membantunya.
"Lepas dulu ih, aku lagi masak!"
Sedari tadi laki-laki itu terus memeluk tubuhnya dari belakang dan meletakkan dagunya di atas pundak. Entahlah semakin hari Elang semakin posesif. Mungkin ia sudah mulai menyukainya? Bisa di lihat dari tingkahnya, mungkin iya.
"Gak mau, sebelum lo jawab!"
"Tubuh lo wangi," Elang mendusel-duselkan wajahnya pada leher istrinya.
Posisi seperti ini membuatnya nyaman. Sepertinya Elang berubah pikiran, ia ingin mempertahankan pernikahan ini. Karena impiannya dari dulu menikah sekali seumur hidup. Ternyata nikah muda tak semenyeramkan yang ia bayangkan. Bertemu dengan pasangan yang cocok, membuatnya nyaman.
"Geli ih! Iya-iya nanti aku bantu bujuk papa kamu!"
"Anak pinter," ucapnya sambil tersenyum dan mengacak-acak rambutnya.
Kia menghela nafas panjang, akhirnya laki-laki itu melepaskan pelukannya. Elang berlalu pergi menuju sofa dan merebahkan tubuhnya di sana sambil bermain ponsel. Seperti biasa, hari libur adalah hari untuk bermalas-malasan.
"Elang, ayo makan dulu!" panggilnya setelah makanan selesai di hidangkan.
"Bentar, lo duluan aja!" sahutnya masih asik bermain game bersama teman-temannya.
Karena sudah sangat lapar selesai beres-beres. Kia pun memilih makan duluan. Ia menyantap makanannya sambil sesekali menatap ponselnya.
Beberapa menit berlalu, Kia sudah selesai makan. Dan Elang masih dalam posisinya. Asik bermain game sambil sesekali mengumpat kasar.
"Lo pada dimana?! Bantu gue, bangs4t!"
"Ayo makan dulu," ucap Kia sambil memberikan sepiring nasi padanya.
Elang melirik sekilas, "Suapin," pintanya dengan nada sedikit manja masih fokus pada game.
"Anj1ng, itu beneran Elang?!"
"Gue gak salah denger kan?! Lo sama siapa?!"
Mampus, Elang melupakan mikropon game nya yang masih menyala. Ia menarik istrinya untuk duduk di sampingnya dan menyuapinya. Tak lupa mengkode untuk tidak bersuara.
"Kepo lo pada!"
"Anjay si bos udah punya pawang! Spil cewenya boleh kali! Siapa tau cantik, kan bisa gue embat!" canda Juan di seberang sana.
Mendengar itu membuat Elang sedikit kesal, walaupun tahu temannya itu hanya bercanda. Tapi, mengingat kedekatan Juan dan istrinya di sekolah. Ia tidak akan membiarkan, Elang tahu tatapan Juan bener-bener suka. Bukan sekedar hanya menggodanya saja.
"Sayangg, suapin ..." Elang dengan sengaja malah bersikap manja, membuat Kia melototkan matanya. Begitupun dengan teman-temannya yang benar-benar terkejut.
"Gile, merinding gue!"
"Lo gak kesambet kan?!"
Sedangkan Kia yang berada di sampingnya mencubit lengannya gemas.
"Aw!"
"Sakit sayang, jangan di cubit! Kalau mau main nanti aja, lagi mabar dulu!" Kia semakin melototkan matanya mendengar ucapannya yang makin menjadi-jadi.
"Wah apanya yang di cubit tuh!"
"Parah lo, gue laporin ke pak ustadz nih!"
"Bocil mending diem!" sahut Elang tak sadar diri.
"Lo juga masih kecil anjing!
Elang tak menghiraukan, ia menerima suapan dari istrinya. Dan tiba-tiba terlintas ide jail. Wajahnya mendekat pada wajah Kia. Dan ....
"Muach!"
Kia terdiam mematung saat merasakan benda lembab suaminya menempel di pipinya. Ya, Elang menciumnya bahkan dengan sengaja menimbulkan bunyi sangat nyaring.
"ELANG BAB1!"
"LO BIKIN GUE IRI!"
'Udah halal mah bebas!'
...***...
"Papa apa kabar?" tanya Kia sambil tersenyum.
Saat ini mereka berdua sedang berada di rumah papanya. Elang meminta istrinya untuk membujuk papanya sekarang, mungpung hari libur. Dan dari tadi hanya ada keheningan di antara mereka, Elang hanya diam memainkan ponselnya.
"Baik, kamu sendiri gimana?" balas Leon sambil tersenyum tipis.
"Aku juga baik, Pa. Ini aku bawain buah-buahan."
"Makasih, padahal gak usah repot-repot."
"Ada perlu apa?" tanyanya to the point, melihat menantunya hanya diam seperti ingin mengatakan sesuatu.
"Uang bekel kalian gak cukup?" sontak Kia menggeleng.
"Bukan, Pa. Kita ke sini mau ambil motor Elang. Sekarang naik bis susah, penuh terus. Kita jadi suka kesiangan," jawab Kia.
"Elang udah berubah kok, Pa. Dia sekarang rajin. Gak pernah bolos lagi," lanjutnya sambil tersenyum tipis melirik suaminya.
"Padahal bagusan naik bis, lebih aman juga. Anak sekarang pada banyak gaya, anak sd juga banyak yang sok jago bawa motor sendiri."
"Kalau gak mau balikin gak usah banyak bacot! Ayo balik!" Elang menarik lengan istrinya untuk pergi dari sana. Sangat kesal karena sudah dua minggu motornya di tahan oleh pria tua itu.
"Ini, baperan kamu!" Leonel melemparkan kunci motornya yang langsung di tangkap oleh Elang.
"Makasih, Pa," Kia tersenyum tipis dengan tangan masih di genggam suaminya.
"Sama-sama, Papa percaya sama kamu."
Elang langsung menariknya begitu bergegas pergi, tanpa pamit.
Setelah dari rumah Papanya. Elang mengajak Kia jalan-jalan mengelilingi keindahan kota Bogor, di sore hari. Menggunakan motor kesayangannya yang akhirnya kembali lagi.
"Mau mampir beli jajan gak?"
"Mampir ke minimarket aja, aku mau beli snack," jawab Kia yang di angguki oleh Elang.
Tak lama ia menghentikan motornya di depan sebuah minimarket.
"Gue juga ikut, pengen beli sesuatu," ucap Elang ikut turun dan menyusul istrinya yang berjalan masuk.
Setelah sampai di dalam, Elang dan Kia mulai memilih barang yang ingin mereka beli.
"Beliin cuci muka sama sikat gigi gue dong," titahnya yang di angguki oleh Kia.
"Beli sabun juga yang banyak. Perasaan cepet banget abis," pintanya lagi.
"Yaiyalah cepet abis, orang kamu bolongin mulu. Biar apa coba," sahut Kia pelan sambil memutar bola matanya.
Elang mengusap-usap tengkuknya yang tidak gatal, sambil menyengir.
'Tinggal sama dia bikin gue tegang terus. Apalagi kalau dia pake baju tidur pendek, mana tipis lagi. Ternyata memang aduhai.'
Kia kembali berjalan, meninggalkan suaminya yang malah terdiam.
Bruk!
Karena berjalan sambil milih-milih tanpa melihat ke depan, membuatnya tak sengaja menabrak seseorang hingga membuatnya terjatuh.
"Kia! Lo gapapa?" tanya Elang langsung menghampirinya.
"Lo kalau jalan liat-liat dong!" tegur Elang pada pria di hadapan mereka, sambil membatu istrinya berdiri.
"Harusnya lo yang--- Lo?!"
"Bhaskara?!"
Ya, pria di depannya adalah Bhaskara. Ia menatap Elang sinis, lalu beralih memperhatikan Kia. Matanya memicing menatapnya dengan penuh intimidasi. Wajahnya terlihat tak asing, mirip seseorang.
"Lo Naya, kan?" tanyanya masih memperhatikan.