Aku tak pernah percaya pada cinta pandangan pertama, apalagi dari arah yang tidak kusadari.
Tapi ketika seseorang berjuang mendekatiku dengan cara yang tidak biasa, dunia mulai berubah.
Tatapan yang dulu tak kuingat, kini hadir dalam bentuk perjuangan yang nyaris mustahil untuk diabaikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xzava, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
“Lu nginep lagi?” tanya Yura sambil melirik Hana yang sedang membuka sepatunya di depan pintu.
“Tentu,” jawab Hana santai. “Di rumah ada tante gue. Males banget ditanyain ini itu, belum lagi kalau mulai ngatur-ngatur, kayak donatur aja.”
Yura tertawa kecil. “Ngapain sih dia nginep di rumah lo?”
“Gak tau, mungkin mau minjem duit kali,” balas Hana dengan wajah masam. “Udahlah, gak usah dibahas. Gue udah cukup stres hari ini.”
Yura mengangguk paham. Tanpa banyak kata lagi, mereka masuk ke dalam rumah.
Sesampainya di ruang tengah, keduanya langsung menjatuhkan diri ke sofa. Lelah mengajar seharian membuat tubuh mereka benar-benar kehabisan energi. Tanpa banyak bicara, dalam hitungan menit mereka sudah terlelap.
Namun tak lama kemudian, suara bel rumah memecah keheningan.
“Siapa sih?” gumam Yura, setengah sadar. Dengan mata masih sepet dan langkah berat, ia berjalan ke arah jendela untuk mengintip. Tapi karena pandangannya masih buram, Yura memutuskan membuka pintu saja.
“Cari siapa?” tanyanya setengah mengantuk, sambil menyipitkan mata.
Di depan pagar berdiri seorang perempuan paruh baya, tersenyum ramah sambil membawa tiga bungkus kotakan makanan.
“Pemilik rumah ya?” tanya si ibu.
“Iya Bu. Ada yang bisa saya bantu?” Yura mulai sadar dan berdiri tegak, bersikap sopan.
“Anak saya habis syukuran rumah Nak. Rumahnya itu,” jawab sang ibu sambil menunjuk rumah di seberang rumah Yura. Ia menyerahkan tiga kotakan makanan ke tangan Yura.
“Wah, terima kasih banyak Bu. Tapi saya di sini cuma berdua aja Bu,” ujar Yura sungkan, takut kalau dianggap rakus atau salah paham.
“Gak apa-apa Nak. Diambil aja, dimakan ya. Rezeki itu harus dibagi,” ujar sang ibu sambil tersenyum hangat.
“Terima kasih banyak Bu. Semoga rezeki Ibu dan keluarga makin lancar,” ucap Yura tulus sebelum sang ibu berpamitan dan berjalan pulang.
Saat masuk kembali ke dalam rumah, Yura melirik ke arah rumah si ibu tadi. Ia memicingkan mata, berpikir dalam hati.
“Anaknya cewek atau cowok, ya? Seumuran gak ya?”
Yura menggeleng cepat, sadar pikirannya mulai melantur.
“Aneh-aneh banget sih lo Yur,” gumamnya sendiri.
Ia pun masuk ke dalam dan berjalan ke arah sofa tempat Hana masih tertidur pulas.
“Han, bangun. Bersih-bersih dulu sebelum malam,” kata Yura sambil menepuk pelan bahu sahabatnya.
Hana menggeliat pelan, lalu membuka matanya. “Udah malem ya?”
“Belum. Tapi kalau gak mandi sekarang, nanti makin males,” ujar Yura sambil meletakkan kotakan di meja. "Bangun sekarang, yang ada lo bakalan terlelap lagi kalau gue tinggal."
Hana hanya mengangguk pelan, dan keduanya pun bersiap untuk membersihkan diri. Malam itu mereka habiskan dengan makan kotakan pemberian ibu tadi, sambil ngobrol ringan sampai akhirnya tertidur lagi, kali ini lebih nyenyak.
...****************...
"Hana, bangun," panggil Yura sambil menggoyang-goyangkan bahu sahabatnya untuk kesekian kalinya.
"Hmmm..." gumam Hana pelan, nyaris tak terdengar.
"Gitu-gitu mulu. Hana, ini udah jam berapa! Gue ada jadwal ngajar pagi loh. Bangun gak lo?" ucap Yura mulai kesal karena usahanya tak juga membuahkan hasil.
"Iya, iya... gue udah bangun," balas Hana dengan suara serak, namun masih dalam posisi berbaring dan mata tertutup.
"Dari tadi juga bilangnya gitu, tapi kenyataannya tetap ngorok!" omel Yura sambil melipat tangan di dada. "Terserah lah, gue berangkat duluan."
Mendengar ucapan itu, Hana sontak membuka mata lebar-lebar dan langsung duduk tegak. Ia tahu benar, kalau Yura bilang berangkat duluan, maka dia benar-benar akan pergi tanpa menunggu.
"Oke! Gue mandi dulu," ucap Hana cepat sambil berdiri dan berlari kecil menuju kamar mandi.
Yura hanya menggeleng sambil menarik napas panjang.
"Coba dari tadi lo bangun, sekarang kita udah bisa jalan berdua. Nih malah bikin drama pagi-pagi," gerutunya sambil menyiapkan tas dan botol minum.
Tak lama kemudian, suara gemericik air terdengar dari kamar mandi, menandakan Hana sedang mandi dengan kecepatan kilat, takut ditinggal oleh sahabatnya itu.
...****************...
"Good morning everyone," sapa Hana ceria sambil melangkah masuk ke ruangan.
"Good morning good morning lo," sahut Yura dengan nada kesal, masih menyimpan sisa kekesalan dari pagi tadi.
"Kenapa sih Yur? Masih pagi udah ngomel aja," celetuk Febi sambil mengangkat alis. "Kemarin Hana, sekarang lo. Ada apa sih kalian berdua?"
"Tau nih anak, padahal baru juga sampai," ucap Hana berpura-pura tak bersalah.
"Yang pasti sih, salahnya di lo Han," timpal Aldin dengan nada menggoda.
"Pasti banget," sahut Febi sambil tertawa kecil.
"Tau aja lo Din. Dia tuh kalau tidur kayak kebo, susah banget dibangunin," ujar Yura sambil melirik Hana, lalu tertawa.
Tawa pun pecah di dalam ruangan. Bahkan Hana yang jadi sasaran ejekan ikut tertawa, karena memang apa yang dikatakan Yura tidak sepenuhnya salah.
Namun suasana hangat itu seketika terhenti saat terdengar suara ketukan pintu.
Tok tok tok...
Semua langsung menoleh ke arah pintu. Febi, yang kebetulan berdiri paling dekat, segera membukanya.
"Cari siapa?" tanyanya ramah saat melihat seorang siswa berdiri di luar.
"Kakak-kakak dipanggil Bu Tina, disuruh ke ruang guru," jawab siswa itu sopan.
"Oke, makasih ya," ucap Febi sambil tersenyum.
Karena mereka juga akan segera keluar, Febi membiarkan pintu tetap terbuka.
"Bu Tina manggil kita ke ruang guru," katanya sambil menoleh ke teman-temannya.
"Emang kenapa?" tanya Hana penasaran.
"Gak tahu juga," jawab Febi sambil mengangkat bahu.
Tepat saat itu, bel masuk berbunyi.
"Gue ngajar, wakilin gue ya," ucap Yura cepat-cepat sambil mengambil bahan ajar dan langsung melangkah ke kelas.
"Gue juga ngajar," Aldin pun menyusul sambil membawa buku catatan.
"Gue juga, duluan guys!" seru Rizki yang juga ikut bergegas keluar.
"Yaudah Han, ayo kita ke ruang guru," ajak Febi.
"Ayo lah," balas Hana sambil ikut melangkah.
Sesampainya di ruang guru, mereka langsung menghampiri Bu Tina yang sedang berbincang dengan salah satu guru.
"Oh, kalian ya. Sini, sini," ucap Bu Tina sambil melambai kecil begitu melihat kedatangan mereka. "Yang lain pada ngajar?" tanya Bu Tina basa-basi.
"Iya Bu, lagi ada jadwal mereka," jawab Febi.
"Oh ya sudah."
"Ada apa, Bu?" tanya Hana sopan.
"Siang nanti kita ke rumah anak saudaranya Pak Kepsek. Ada acara syukuran. Nanti kita berangkat bareng-bareng ya," jelas Bu Tina.
"Baik Bu," jawab Hana dan Febi bersamaan.
"Sampaikan juga ke teman-teman kalian yang lain," pinta Bu Tina.
"Siap Bu. Terima kasih," ucap Febi ramah.
"Oke, lanjutkan kegiatan kalian," kata Bu Tina sambil tersenyum.
"Baik Bu. Mari," pamit Hana, mereka pun meninggalkan ruang guru dan bergegas ke ruangan mereka.