Satu kesalahan ku yang sangat aku sekali dalam kehidupan ini. Yaitu memaafkan sebuah pengkhianatan. Pengkhianatan yang akhirnya membawa ku jatuh menjadi wanita yang hidup pada masa lalu karena sakitnya sebuah pengkhianatan.
Suami ku adalah dalang dari rasa sakit ini. Dengan alasan anak aku mencoba untuk bertahan. Namun pada akhirnya aku tak sanggup lagi hidup dalam bayang-bayang rasa sakit dikhianati,dan diam-diam aku membuat sebuah keputusan besar yang tak pernah disadari oleh suami ku.
Ingin tahu keputusan besar apa yang akan diambil ? hai readers tercinta,silahkan membaca kelengkapan alur cerita ini sampai selesai ya ? Aku yakin kalian pasti akan terhibur. Selamat membaca 😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kinly Secret, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11 Mas Dani Cemburu
Pagi harinya seperti biasa aku bangun sebelum putri kecil ku terbangun. Segera aku membuatkan sarapan bagi keluarga kecil ku dan tak lupa kakak ipar ku yang masih menginap di rumah kami hingga saat ini. Entah kapan pria itu pulang kembali di rumahnya.
Tak lama kemudian ketika sarapan telah siap,Mas Dani datang dengan pakaian kantornya yang telah rapi aku setrika. Ia terlihat semakin tampan. Namun tak membuatku merasa senang karena telah mengetahui belangnya. jika wanita lain pasti akan langsung terjatuh di pelukan nya karena terjerat oleh bujuk rayunya. Aku justru merasa muak dengan wajah tampannya yang terlihat pura-pura baik yang aslinya sangat jahat tak berperasaan.
"Makasih ya sayang. Kamu memang istri yang baik." Puji Mas Dani yang menurut ku terdengar aneh karena tak biasanya ia memuji ku. Ah,aku baru tahu. Pria yang sedang berbohong dan memiliki wanita idaman lain di luar akan semakin mesra pada pasangan aslinya agar tak ketahuan belangnya. Ia tak tahu saja,bahwa istrinya ini tak tergoda dengan pujiannya yang asal tak sesuai dengan isi hatinya.
Aku diam dan tak merespon perkataannya dan langsung duduk menikmati sarapan ku. Aku harus segera mengisi perut ku karena sebentar lagi aku harus mengurus Kinara setelah ia bangun.
"Masih marah dengan kejadian semalam ?" Tanya Mas Dani tanpa merasa bersalah sambil menikmati sarapannya.
Aku tersenyum manis dan menatap matanya penuh kebencian yang tak ku tunjukkan.
"Nggak,aku hanya ingin segera menghabiskan sarapan ku karena sebentar lagi hari mengurus putri kita." Sengaja ku tekan kalimat putri kita agar ia sadar bahwa dirinya telah memiliki anak.
"Oh,tapi jangan buru-buru. Nanti tersedak." jawabnya penuh perhatian. Rasanya aku ingin muntah saja dengan kalimat yang baru saja diucapkan oleh suami ku itu. Aku melihatnya seperti telah berubah menjadi sosok yang tak kenal. Pagi ini tiba-tiba saja menjadi lebay dan membuat ku geli dengan perhatiannya yang penuh basa-basi tak penting.
"Udah biasa. Tak usah merisaukan aku. Biasakan diri mulai dari sekarang." Sengaja ku lontarkan perkataan yang ambigu,agar sedikit membuatnya berpikir.
"Maksudnya ?" Tanya nya lagi sambil menghentikan kunyahannya.
"Aku sudah selesai!" potong Ku dan langsung berlalu menuju wastafel.
"Sayang,kamu kenapa sih ? Kamu masih marah ? Aku minta maaf." Teriak Mas Dani pada ku yang berlalu masuk ke kamar.
Tak ku hiraukan ucapannya dan terus masuk ke kamar ingin melihat apakah putri sudah bangun atau belum. Dan ternyata putri kecil ku masih tertidur nyenyak. Berarti aku masih memiliki banyak waktu untuk melakukan pekerjaan yang lain.
...----------------...
Malam harinya Mas Dani sedang bermain bersama Kinara di ruang tengah. Aku sedang asik berbicara via video call bersama kakak sulungku yang berada jauh di seberang kota. Kakak perempuan ku satu-satunya yang selalu aku rindukan. Dialah saudara yang selalu menjadi tempat ku berkeluh kesah menceritakan apa yang aku alami.
Kakak perempuan ku namanya Dira. Sifatnya ceplas-ceplos dan terkadang suka bercanda hingga membuat orang lain merasa tersinggung jika tak memahami karakternya.
Di saat sedang asik berbincang hal-hal ringan,tiba-tiba saja kak Dira mengganti topik.
"Key,kamu masih ingatkan sama si Rafael mantan mu waktu SMA ?" Tanya kak Dira yang tak menduga jika Mas Dani sedang mendengar. Sekilas ku lirik Mas Dani,ia terlihat biasa saja dan tetap asik meladeni keinginan putrinya yang menginginkannya untuk meniup balon air.
"Iya Masih kak. Kenapa ?" Tanya ku yang memang tak bisa dipungkiri merasa penasaran kenapa tiba-tiba kak Dira membahas mantan ku itu.
"Waktu pesta di rumah Pak RT bertemu dengannya. Eh,tau nggak,Dia bertanya kamu sekarang di mana dan gimana kabar mu."
"Oya ? Emangnya dia kenal kakak ?" Aku terus bertanya tanpa sadar.
"Kenal lah. Kakaknya kan tetanggaan sama Pak RT. Ugh,ternyata dia makin tampan dan sukses. Aku aja yang udah tua gini jatuh cinta padanya." Cerita kak Dira penuh semangat.
"Nggak ah. Dia nggak setampan itu." Kilah ku tak ingin membuat suami ku sakit hati. Biar bagaimanapun aku masih memiliki hati dan tak tega menyakitinya. Salah satu kelemahan ku.
"Dasar kamu key. Mungkin dulu nggak begitu tampan. Sekarang ia sangat tampan. apalagi jika dilihat langsung. Pokonya keren deh." Lagi-lagi kak Dira tak mau kalah dengan sanggahan ku.
"Eh,sudah dulu ya Key,kakak mau keluar dulu. Nanti lagi telponnya." Akhirnya Kak Dira mengakhiri perbincangan kami. Aku pun kembali berselancar di media sosial.
"Sini handpone kamu!" Tiba-tiba saja Mas Dani sudah di depan ku dan merampas handpone dari tangan ku.
"Kenapa sih Mas ?" Tanya ku tak terima dengan perlakuan yang ku dapatkan.
"Siapa Rafael itu ? Mantan kamu ? Senang ya karena ditanyain ?" Terlihat suami ku itu tampak kesal dan kembali menyerahkan handpone ku.
"Emang kenapa Mas ? Kan dia yang nanyain aku. Kenapa kamu marah ?" Balas ku tak mau kalah. Enak saja dirinya marah-marah. Sedang kan dia boleh duduk berdempetan dengan mantannya. Nah, sekarang tanpa aku balas karma mulai datang menghampirinya.
"Berhenti menghubungi kak Dira. Aku nggak suka." Larang Mas Dani yang menurut ku sangat aneh.
"Loh,kok gitu. Kak Dira itu saudara ku Mas. Ya nggak bisa gitulah. Kamu kalau cemburu jangan sampai memisahkan tali persaudaraan kami." Protes ku tak terima dengan permintaan anehnya.
"Alasan saudara. Padahal ingin mencari tahu mantan mu itu. Awas saja jika nanti kulihat kamu menghubungi kakakmu itu lagi." Ancamnya sambil berjalan masuk ke dalam kamar. Karena cemburu ia tak lagi menghiraukan putrinya yang sedang menunggunya untuk meniup balon.
"Dasar aneh. Baru hal seperti ini saja sudah membuat mu cemburu. Bagaimana jika sampai diri ku bersama pria lain. Bisa-bisa bunuh diri kali ya ?" Pikirku sambil tertawa pelan.
Karena waktu telah menunjukkan pukul tujuh malam,aku pun mengajak Kinara putri ku untuk ikut masuk ke dalam kamar.
Di kamar ku lihat Mas Dani tampak uring-uringan. Sibuk bermain handpone dan tak perduli ketika aku datang. Namun aku tak perduli. Biarkan saja ia merasakan ketika perasaannya tak dihargai. Mungkin saja ia akan menjadi sadar dan berubah. sebuah pikiran yang tak terlalu aku harapkan. Toh aku pun sudah sangat bosan dan lelah memberinya kesempatan serta lelah untuk berharap. Lebih baik berusaha terbiasa dan pada akhirnya hal tersebut tak lagi menjadi sesuatu yang diharapkan.
Dan akhirnya dalam diam kami pun tertidur. Tak ada saling sapa. Beruntung putri ku yang kelelahan sehabis bermain tak rewel dan langsung tertidur. Hal ini semakin memudahkan ku untuk ikut tertidur pulas.