Farid tidak menyangka jika ia akan bertemu dengan jodohnya yang tidak pernah ia sangka. 32 tahun membujang bukan tanpa alasan. Ia pernah sangat mencintai seseorang namun ia ia dikhianati hingga dirinya terluka dan sulit untuk percaya lagi kepada seorang perempuan. Namun pada suatu saat ada seseorang yang dapat mengetuk hatinya. Siapakah dia? Tentu saja dia yang akan menjadi jodohnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hubby
Setelah melewati perjuangan yang sangat panjang, Farid pun berhasil membobol tembok pertahanan Siena meski masih separuh. Siena yang hanya bisa pasrah dalam sakitnya yang sementara, meneteskan air mata. Farid pun menghentikan kegiatannya karena tidak tega melihat istri kecilnya kesakitan. Ia tidak ingin dicap sebagai suami predator. Farid mengecup kening Siena.
"Maaf sayang. Maaf sudah menyakitimu."
Namun di luar dugaan Farid, Siena justru memeluknya dengan erat. Gejolak Farid bangun kembali saat dia daging itu nempel di dada Farid.
"Sayang, jangan begini. Aku tidak mau membuatmu.... "
Belum juga Farid melanjutkan kata-katanya, namun Siena sudah berani membungkam mulut Farid dengan bibirnya. Mendapat serangan dadakan, tentu membuat Farid semakin bergairah. Sepertinya tepatnya sudah bulat.
"Lanjutkan, hubby." Bisik Siena. Jiwa mudanya sangat penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Ah demi apa pun Farid serasa melayang mendengar panggilan istrinya kepadanya.
Mendapatkan lampu hijau dari istri kecilnya membuat Farid semakin semangat. Gawang yang sudah terbuka akhirnya gol juga. Dengan pasti Farid memainkannya walau pelan. Hingga akhirnya keduanya mencapai kenikmatan yang hakiki. Bersamaan dengan itu air mata Siena mengalir deras.Farid pun membaca do'a dan mengusap perut istrinya dengan lembut.
"Sayang maaf.... " Farid mengusap air mata Siena dengan kedua tangannya.
"K-kamu menyesal? "
Siena menggelengkan kepala.
"Aku takut... " Jawab Siena lirih.
"Takut kenapa? "
"Takut kamu tinggalin. "
Farid mengulum senyum. Ah rasanya ia cukup puas mendengar jawaban istri kecilnya. Sontak Farid memeluknya dengan erat.
"Jauhkan pikiran negatif mu itu. Kamu satu-satunya wanita yang akan menjadi istriku seumur hidupku."
Cup...
Farid mengecup keningnya, lalu mendekapnya lagi. Setelah itu, ia membawa istrinya ke kamar mandi. Bahkan ia mengajak istrinya mandi bersama. Meski sebenarnya Siena masih merasa malu, namun sikap Farid membuatnya nyaman. Selesai bersuci, Farid mengajak istrinya untuk melakukan shalat hajat dengan harapan hajat mereka akan segera terkabul. Farid membimbing istrinya untuk membaca niat dan do'a. Setelah sekesai shalat dan berdo'a, mereka kembali tidur karena Shubuh masih kurang satu jam lagi. Namun saat memejamkan mata Siena masih memikirkan sesuatu.
"Siena... sebaik itu suamimu. Apa kamu masih meragukannya. Siena, hanya wanita bodoh yang akan menyia-nyiakannya. Apa lagi kalian sudah.... ah bikin keingat terus kan?"
Keesokan harinya.
Farid dan Siena baru selesai shalat Shubuh. Mereka hampir saja kesiangan karena telat bangun. Jam 5.30 mereka baru bangun. Mungkin efek mengantuk dan lelah. Setelah melepas mukenahnya, Siena buru-buru memakai jilbab instan dan hendak keluar kamar.
"Eh eh... mau ke mana?"
"Mau ke bawah. Nanti ummi nyariin. Masa' iya menantunya enak-enak tidur di rumah mertua." Jawab Siena dengan polosnya.
Hal tersebut membuat Farid tersenyum. Ternyata istri kecilnya itu cukup berpikiran dewasa.
"Sini dulu!"
"Ada apa?"
Farid membantu mengancingkan baku istrinya yang tidak sengaja terbuka. Siena terkejut, ia menahan tangan suaminya, karena ia salah paham.
"Tenang saja, aku nggak akan minta nambah sekarang kok." Lirih Farid.
Hal tersebut membuat Siena malu. Pipinya bersemu merah karena ucapan suaminya.
"Eh eh tunggu dulu!'
Farid menarik tangan Siena hingga dia jatuh ke pangkuannya.
"Apa lagi sih?"
"Ehem... mana panggilan yang semalam? Aku ingin mendengarnya. " Goda Farid.
"Panggilan apa?" Siena pura-pura lupa.
"Apa mau aku kasih hukuman, hem?"
"Eh eh... tidak. hubby.... "
"Ah dia menggemaskan sekali. Ingin sekali memakannya lagi. Tapi aku takut dimarahi Ummi karena tidak memberi jeda istriku."
"Ayo cepat lepaskan! Aku mau ke dapur."
"Memangnya kamu bisa masak?"
"Hehe... kan mau belajar."
"Oh ya, belajar untuk siapa?"
"Ya Allah, suamiku ini mulai rewel." Batinnya.
"Ya sudah sana turun, tapi kasih aku vitamin dulu. "
"Di mana vitaminnya?"
Farid mengulum senyum mendapat pertanyaan polos dari istrinya.
"Vitamin ini, maksudku. " Farid menunjuk bibirnya.
Siena menghela nafas panjang. Namun ia harus menurutinya. Kalau tidak, maka suaminya itu akan tetap menahannya.
Cup...
"Sudah... bye... "
Buru-buru Siena turun dari pangkuan suaminya dan keluar dari kamar. Farid hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah istrinya. Siena benar-benar membawa warna baru dalam hidupnya. Bukan hanya tantangan dalam membimbingnya, tapi Farid punya sesuatu yang bisa digoda. Ia yang terlihat pasif dan dingin bagi keluarga dan orang-orang sekitarnya, dalam sekejap berubah menjadi lelaki yang aktif dan menyenangkan.
Siena baru salah sampai di dapur. Dan benar saja, di sana sudah ada mertua perempuannya dengan kedua asisten rumah tangga.
"Selamat pagi, Ummi... "
"Eh menantu ummi sudah bangun. Pagi juga sayang... bagaimana tidurmu?"
"Alhamdulillah nyenyak ummi."
Ummi mengulum senyum.
Padahal ummi bisa melihat lingkar hitam di area mata Siena yang menandakan menantunya itu kurang tidur semalam. Ummi yakin putranya itu sudah membuat menantunya kelelahan.
"Ummi masak apa?"
"Masak udang saos tiram sama sup iga. Ini sudah hampir selesai."
"Maaf Siena telat, ummi."
"Ah nggak pa-pa kok. Kalau kamu mau belajar bisa lain waktu kok. Sekarang lihatin saja dulu ya."
"Iya ummi. "
"Kalau punya mertua sebaik ummi, pasti betah meski tinggal selamanya dengannya, hehe... "
Jam 7.30 waktunya sarapan. Siena kembali ke kamar untuk memanggil suaminya. Farid yang baru saja selesai menelpon Jadi pun, segera turun dan bergabung di meja makan. Mereka, sarapan bersama. Ummi dan Abi melihat wajah Farid yang cerah ceria. Ia yang biasanya jarang tersenyum, kini selalu tersenyum.
"Sayang, aku mau yang itu." Ujar Farid menunjuk udang.
Fauza yang baru pertama kali mendengar abangnya berlaku romantis pun terkejut, sehingga timbul rasa ingin menggodanya.
"Aduh duh tayang tayang.... "
"Faiza.... !!" Tegur Ummi.
"Hehe... maaf, habis gemas sama abang dan Mbak Siena, ummi."
Farid dan Siena hanya mengulum senyum. Mereka pun melanjutkan sarapan. Setelah selesai sarapan, Farid mengajak Siena ke hotel. Ia ingin memperkenalkan pemilik baru hotel kepada para karyawannya. Siena pun bersiap-siap. Ia memakai gamis longgar warna coklat susu yang dipilihkan ummi kemarin. Seumur hidup baru kali ini Siena memakai gamis. Ia merasa kurang percaya diri. Namun Farid meyakinkannya. Setelah sekesai memoles sedikit wajahnya, Siena pun memakai tasnya.
"Sudah siap?"
"Siap."
Namun Farid justru menghapus lipstik Siena dengan bibirnya.
"Eh eh... tuh kan jadi kehapus. "
"Sengaja." Bawah Farid ketus.
Ternyata ia tidak ingin istrinya memakai lipstik dengan warna yang mencolok. Siena pun kembali memamakai lipstik dengan warna yang nude. Farid memberi jempol keoadanya, yang artinya itu cocok untuknya. Setelah itu, mereka pamit kepada Ummi dan Abi.
"Kami berangkat dulu."
"Iya, Hati-hati."
Mereja mencium punggung tangan keduanya.
Bersambung....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hayo kenapa Siena mual terus saat naik pesawat apa sudah ada tanda2 Hamidun? ataukah memang beneran sakit lambung? 🤔🤔😇😇😇🤫
Abang Farid makin posesif sama sang isteri yg masih imut nan cantik, meskipun pakai hijab ternyata pesonanya bisa membius rekan bisnisnya di negeri gingseng ini??🤩🤩🤩🤩🤫🤫
lanjut author