NovelToon NovelToon
Romansa Masa SMA

Romansa Masa SMA

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Diam-Diam Cinta / Bad Boy
Popularitas:8.1k
Nilai: 5
Nama Author: Rasti yulia

Aku tidak pernah menyangka jika pertemuanku dengan seorang laki-laki yang aku anggap menyebalkan akan menjadi awal bagiku merasakan sebuah sensasi rasa asing yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya.

Lelaki menyebalkan yang hampir setiap hari menjadi teman cek-cok justru menjadi sosok lelaki yang berkeliaran dalam pikiran dan juga hati.

Perasaan apa ini? Apakah perasaan benci yang aku miliki telah berubah menjadi rasa cinta ketika banyak hari yang kita lewati bersama? Ataukah hanya sekedar perasaan sesaat yang menghampiri di masa-masa SMA?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rasti yulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RMS 19. Dia, Perempuan yang Berbeda

PoV Sakha

Motor yang aku kemudikan melaju membelah keramaian kota Jogja di siang hari ini. Hari ini lagi-lagi aku tidak mengikuti pendalaman materi karena ingin segera pulang ke rumah.

Aku sesekali mendesis. Kurasakan perih yang begitu terasa di sudut bibir. Ada sedikit luka di sana akibat tamparan dari Amel.

Aku tidak menyangka jika perempuan itu memiliki keberanian untuk menamparku. Aku kira dia adalah perempuan lemah, yang bisa ditindas oleh siapapun tapi pada kenyataannya dia adalah sosok perempuan yang berani untuk berada di atas prinsipnya.

Lima belas menit berada di jalanan, akhirnya aku tiba di halaman rumah. Ku masukkan motor ke dalam garasi, dan aku bergegas masuk ke dalam rumah.

"Kamu tidak ikut pendalaman materi lagi?"

Suara nyaring nenek Meri menghentikan langkah kakiku. Aku yang baru akan menaiki anak tangga untuk menuju kamar, terpaksa harus aku urungkan niatku.

"Iya Nek. Kepalaku pusing. Aku ingin cepat-cepat istirahat."

Nenek Meri yang sebelumnya duduk di kursi ruang tamu, kulihat mulai beranjak dari posisi duduknya. Beliau melangkahkan kakinya menuju ke arahku. Kini posisi kami saling berhadapan dalam jarak yang begitu dekat.

"Habis berkelahi sama siapa kamu? Kenapa bibirmu luka seperti ini?" Nenek Meri semakin intens menatapku. "Ini lagi, pipimu juga kenapa bengkak? Bikin ulah apa kamu di sekolah sampai seperti ini?"

"Aku gak berkelahi Nek. Gak tahu ini kena apa, tiba-tiba saja begini," dustaku.

"Jangan berbohong, Sakha. Ini jelas-jelas luka karena ditampar. Berkelahi dengan siapa kamu?"

Maksud hati ingin menyembunyikan perihal luka di bibir, tapi ternyata nenek Meri lebih dulu memergoki. Saat ini aku pastikan tidak akan ada celah untuk berbohong.

Aku membuang napas sedikit kasar. Kali ini aku benar-benar tidak bisa untuk membohongi nenek Meri.

"Tadi cuma salah paham, Nek."

"Salah paham dengan siapa, Sakha?" tanya nenek Meri dengan penuh penekanan.

Aku menggaruk tengkukku yang tiada gatal. Kali ini aku takut akan bagaimana respon nenek Meri jika tahu bahwa aku bertengkar dengan Amel yang notabene begitu di sayang oleh nenekku. Meskipun dia bukan cucu kandungnya.

"Anu Nek, itu..."

"Anu itu, anu itu. Yang jelas Sakha! Berkelahi sama siapa kamu?" cecar nenek Meri semakin tidak sabar.

"Sama Amel, Nek!"

"Apa? Sama Amel? Hiiiiiihhhh, kamu ini keterlaluan ya Kha. Bisa-bisanya kamu berkelahi dengan Amel? Kamu banci? Beraninya melawan perempuan?"

"Aaauhhhh sakit, sakit, Nek. Ampun!!"

Aku memekik kesakitan kala pahaku dicubit kuat-kuat oleh nenek Meri. Dari ekspresinya, nenek Meri seakan begitu gemas melihat tingkahku yang berkelahi dengan Amel.

"Tidak ada ampun bagimu Kha. Kamu ini laki-laki, kenapa ngajak kelahi seorang perempuan? Kamu gak punya nyali?"

Nenek Meri semakin kalap mencubit pahaku. Aku hanya bisa meringis kala merasakan rasa nyeri yang sudah mulai menjalar sampai ke otakku.

"Bukan berkelahi Nek. Hanya salah paham saja," ucapku yang seketika menghentikan serangan nenek Meri.

Nenek Meri sedikit menggeser tubuhnya. Beliau mulai mengatur napas agar bisa sedikit lebih tenang dan kalem dalam menghadapi perkara ini.

"Salah paham tentang apa?" tanya nenek Meri mulai untuk menginterogasi. Persis seperti seorang anggota penyidik di kepolisian.

"Emmmmm, anu Nek, itu..."

"Anu itu, anu itu lagi. Jawab yang jelas, Sakha? Apa kamu mau Nenek cubit lagi?"

Habislah aku. Kali ini aku sungguh tidak bisa berkilah dan berlari dari jeratan interogasi nenek Meri. Aku yakin setelah beliau mendengar ceritaku, beliau pasti akan bertambah murka.

"A-Aku ngata-ngatain Amel cewek gak bener, Nek. Aku menuduh dia menjual tubuhnya kepada laki-laki untuk bisa mengerjakan tugas geografi."

"Apa? Kamu ngata-ngatain Amel seperti itu?" tanya nenek Meri dengan nada tinggi layaknya orang yang kehabisan rasa sabar.

"I-iya Nek!"

Ckiiiittttttt...

"Aaaaaaawhhhh, sakit Nek! Ampun!!!" teriakku kala nenek Meri kembali mencubitku.

"Nenek gak peduli Kha. Cubitan dari nenek ini tidaklah sebanding dengan sakit hatinya Amel mendengarkan tuduhanmu. Mulutmu sungguh busuk Sakha. Lidahmu begitu tajam sampai melukai hati anak perempuan yang baik seperti Amel. Siapa yang mengajarimu, hah?"

Nenek Meri semakin meledak-ledak karena amarah yang menguasai raga. Kepalaku menunduk dalam dengan sisa-sisa penyesalan yang muncul di akhir. Aku sungguh takut kalau amarah nenek Meri ini berdampak pada kesehatan jantungnya.

"A-Aku minta maaf, Nek. Aku minta maaf!"

Nenek Meri mengakhiri cubitannya. Beliau kembali menghela napas dalam untuk mengatur emosinya.

"Kamu sudah minta maaf kepada Amel?"

Aku menggeleng pelan. "B-Belum Nek."

"Keterlaluan kamu!" seru nenek Meri. "Nenek tidak mau tahu, pokoknya malam ini kamu harus mendatangi rumah Amel untuk meminta maaf!" sambungnya pula.

Aku terhenyak. "Tapi Nek?"

"Tidak ada tapi-tapian. Nanti malam kita ke sana, biar nenek lihat bahwa kamu sudah mendapatkan maaf dari Amel."

Tak bisa dinegosiasikan lagi nenek Meri membuat sebuah ultimatum yang harus aku patuhi. Tak ingin melihat nenek Meri bertambah murka lagi, akupun hanya menganggukkan kepala, mematuhi perintah nenek.

Nenek Meri kembali duduk di kursi ruang tengah. Sedangkan aku memilih untuk bergegas menaiki anak tangga, menuju kamar.

Kelempar tas sekolahku ke sembarang arah. Aku berdiri di depan cermin dan kulihat bayanganku yang terpantul di sana. Ada luka kecil yang ada di sudut bibir yang sudah mulai mengering. Bahkan pipiku juga sedikit memerah yang merupakan jejak yang ditinggalkan oleh Amel.

"Ternyata dia perempuan yang berbeda. Tidak seperti kebanyakan perempuan di luar sana," ucapku lirih sembari mengusap sudut bibir.

***

"Nenek sungguh tidak habis pikir kamu bisa mengatakan hal itu kepada Amel, Kha. Amel itu anak baik. Bahkan dulu dia sering bantuin Nenek berkebun."

Dingin udara malam kian menusuk tulang. Disertai dengan hembusan angin yang sedikit kencang membuat siapa saja memilih untuk berdiam diri di rumah. Jika mereka memilih untuk berdiam diri di rumah, berbeda dengan aku yang saat ini harus bertandang ke rumah Amel. Ya, aku harus menepati janjiku untuk meminta maaf secara langsung kepada perempuan itu.

"Itu hanya ucapan spontan saja Nek. Jadi, sejatinya aku tidak sungguh-sungguh mengatakan hal itu."

Nenek Meri yang sebelumnya fokus melihat ke arah depan, kini beliau geser pandangannya ke arahku, dan....

"Aaaaahhhh, sakit Nek!!!"

Aku memekik kesakitan saat nenek Meri menjewer telingaku. Entah salah apa lagi aku ini sampai-sampai apa yang aku ucapkan selalu salah di mata nenek Meri.

"Itu namanya pikiran dan juga hatimu kotor. Ucapan adalah cerminan dari hati dan pikiran. Jika kamu mengatakan hal demikian, bisa kamu simpulkan kan apa artinya?"

"I-iya Nek, aku salah."

"Haaahh ... Aku tidak bisa membayangkan bagaimana sakitnya hati kedua orang tua Amel jika mengetahui putri yang mereka sayangi dikata-katain seperti itu oleh orang yang belum lama ia kenal. Jelas, itu akan melukai hati mereka, Kha."

Hembusan napas kasar terdengar keluar dari bibir nenek Meri. Setelah menjewer telingaku, beliau kembali fokus menatap ke arah depan. Dan ucapan nenek Meri inilah yang membuat hatiku sedikit tersentil.

Benar apa yang dikatakan Nenek. Orang tua Amel pasti akan sakit hati setelah mengetahui ada orang yang mengatai anak perempuannya dengan kata-kata yang kurang pantas. Ya Tuhan, kenapa baru sekarang aku menyadarinya? Apakah hati dan juga otakku ini begitu busuk sampai apa yang keluar dari mulutku juga sesuatu yang busuk pula. Entah, mereka akan memaafkanku atau tidak.

Setelah menyusuri jalanan gelap yang diterangi oleh lampu-lampu jalan, pada akhirnya mobil yang aku kemudikan tiba di sebuah rumah yang cukup megah. Rumah dengan dua lantai dengan desain Skandinavia yang terlihat begitu modern.

Aku mematikan mesin mobil dan bermaksud untuk segera turun. Namun ketika aku akan membuka pintu tiba-tiba suara vespa yang berasal dari belakang menghentikan aktivitasku.

Vespa warna merah itu berhenti tepat di depan mobilku dan kulihat Amel turun dari Vespa yang dikemudikan oleh lelaki yang sama persis aku lihat saat berada di kedai es krim tempo hari.

.

.

.

1
Lia Yulia
pingin q getok nih si Sakha...
novi²⁵
uhuuuuy... klo dah kenal lbh dekat lalu mau apa lagi Kha? 😂
novi²³
judulnya udah mulai jatuh cinta 🤣🤣
novi²⁴
aseeeekkkkk... udah mulai PDKT nih.. dan sepertinya bakal jatuh cinta tuh Sakha
novi²⁴
ternyata kamu tahu balas budi ya kha 😂 kukira gk tau terima kasih. bagus deh klo gitu
novi²³
abis ngantar pulang lalu mau ngajak kemana Kha?? 🤣 pepet terussss
Fumiko Sora
ayeyeeeyeee... mau kamu ajak kemana tuh Amel, Kha? 😂😂😂 ati2.. jgn ngebut
Rasti Yulia
selamat membaca kakak-kakak semua☺
Citra
lanjut thoor
Fumiko Sora
aseeeekkkk... getar2 cinta dah mulai merasuki Sakha🤣🤣🤣
Rasti Yulia
selamat membaca kakak-kakak semua☺
novi²⁶
acieeee cieeeee si Sakha udah mulai berani yah.. Ini sih fiks, dari benci jd cinta😆😆😆
novi²⁶
tuh kan, apa aku bilang? Sakha dah mulai tertarik sama Amel😂 semangat berjuang Kha
novi²⁶
kamu emang baik Mel, aku yakin Sakha bakal nyesel udh ngata-ngatain yg buruk ke kamu
novi²⁶
nah loh br sadar kan lu Kha klo Amel mmg sosok perempuan yg berbeda
novi²⁶
bagus Mel, orang itu emg gk pnya tata krama.. klo perlu, kamu injek tuh kakinya
novi²⁶
issshhhhh keterlaluan bgt sih tuh Sakha.. klo bicara jgn ngawur dong
mama Al
aku mampir kak Rasti
Rasti Yulia: makasih kak Mel😆
total 1 replies
mama Al
takdirmu di tangan othor
mama Al
Weh berantem terus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!