Rara Artanegara yang dahulu dikenal cukup cantik namun sejak mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai seorang sekretaris PT. GINCU karena permintaan suaminya, Pramana Handoko, bentuk tubuhnya berubah menjadi tak terawat dan cukup berisi. Padahal sebelum menikah ia begitu langsing bak gitar Spanyol.
Pernikahan yang sudah dijalani selama lima tahun, awalnya begitu bahagia namun berakhir dengan luka dan nestapa pada Rara. Sang ibu mertua yang selalu menuntut cucu padanya. Sering berlaku tak adil dan kejam. Begitu juga adik iparnya.
Bak jatuh tertimpa tangga. Dikhianati saat hamil dan kehilangan bayinya. Terusir dari rumah hingga menjadi gelandangan dan dicerai secara tidak terhormat.
"Aku bersumpah akan membuat kalian semua menyesal telah mengenalku dan kalian akan menangis darah nantinya. Hingga bersujud di kakiku!" ucap Rara penuh kebencian.
Pembalasan seperti apa yang akan Rara lakukan? Simak kisahnya💋
DILARANG PLAGIAT🔥
Update Chapter : Setiap hari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 - Trik Licik Anita
Rara berhenti setelah berlari kecil menjauhi unit apartemen Anita. Ia menarik nafasnya sejenak. Lalu bergegas dirinya pergi meninggalkan gedung apartemen tersebut dengan menaiki taksi guna pulang ke rumah ibu mertuanya.
Sedangkan Anita saat akan menekan kontak Pram di ponselnya, mendadak ada telepon masuk dari pihak rumah sakit. Lalu ia mengurungkan niatnya untuk menghubungi Pram dan mengangkat telepon dari rumah sakit terdahulu.
"Halo," ucap Anita mengangkat telepon dari rumah sakit.
"Dengan Nyonya Anita?" tanya seorang wanita yang berprofesi sebagai dokter spesialis kandungan di seberang sana.
"Iya benar, Dok. Ada apa?" tanya Anita to the point.
"Begini Nyonya Anita. Saya Dokter Risa yang memeriksa Anda kemarin. Ada hal penting yang ingin saya sampaikan mengenai hasil pemeriksaan Anda di rumah sakit kami," ucap Dokter Risa dengan sopan.
"Ya, saya sudah menerima amplop dari pihak rumah sakit di apartemen saya kemarin. Terima kasih sudah mau mengirimnya ke sini. Kebetulan yang lalu saya tidak bisa menunggu hasil pemeriksaan laboratorium hingga selesai di rumah sakit, karena ada keperluan lain yang mendesak. Sehingga saya menyuruh petugas rumah sakit untuk mengantarkan hasilnya ke apartemen saya. Besok saya berencana ke rumah sakit sama suami saya untuk USG. Memangnya ada apa ya, Dok?" tanya Anita.
"Sebelumnya, saya mohon maaf sekali Nyonya Anita atas kesalahan kami. Hasil laboratorium Nyonya Anita tertukar dengan pasien lain," cicit sang dokter.
"Apa! Bagaimana bisa?" teriak Anita yang terkejut.
"Sekali lagi kami mohon maaf atas kesalahan tersebut. Sebenarnya Anda tidak hamil melainkan Nyonya terkena Endometriosis. Hal ini yang menyebabkan Nyonya dilanda pusing akhir-akhir ini dan datang bulan Anda sering tidak teratur. Bahkan sangat terlambat jauh dari tanggal biasanya. Hingga saat ini pun Anda masih belum datang bulan. Padahal sudah lewat empat bulan. Stadium endometriosis Anda cukup tinggi dan beresiko. Jalan satu-satunya Nyonya Anita harus segera melakukan Histerektomi atau operasi pengangkatan rahim. Kami mohon maaf atas kesalahan tertukarnya hasil laboratorium Nyonya. Saya sarankan besok Nyonya Anita bisa segera datang ke sini bersama suami untuk konsultasi lebih lanjut agar segera dilakukan tindakan penjadwalan operasi histerektomi," tutur Dokter Risa.
Deg...
Seketika tubuh Anita lemas dan terduduk di lantai. Matanya berkaca-kaca. Harapan dirinya membuat Pram segera menikahinya karena telah hadir calon jabang bayi dalam kandungannya, akhirnya sirna.
Kenyataan dirinya hamil, ternyata palsu. Dikarenakan kesalahan dari pihak rumah sakit hingga tertukarnya hasil laboratorium miliknya.
"Ini tidak mungkin. Aku tidak mau jadi wanita mandul. Rara yang mandul bukan aku! Pram tidak boleh kembali pada Rara. Apapun caranya. Pram tidak boleh sampai tahu bahwa aku mandul tak punya rahim," batin Anita bergemuruh hebat mendengar fakta mengejutkan untuknya.
Akhirnya Anita mengancam pihak rumah sakit atas keteledoran yang dilakukan. Dia meminta sedikit kerja sama dengan pihak rumah sakit agar tidak membocorkan hal ini pada sang suami. Jika sampai terjadi, maka dirinya akan menuntut ganti rugi pada pihak rumah sakit atas kesalahan pemeriksaan medisnya.
Alhasil Dokter Risa pun menerima permintaan Anita tersebut dengan terpaksa. Terlebih dirinya juga masih lima tahun menjadi dokter di sana. Ia tidak mau dipecat begitu saja dan karirnya sebagai dokter hancur berantakan.
Setelah Anita menyampaikan rencananya pada Dokter Risa, akhirnya telepon tersebut pun terputus.
Anita segera ke kamarnya guna mengambil obat merah. Lalu meneteskan pada bagian atas pa-haanya. Seolah-olah dirinya keguguran. Ia sengaja membuat alibi tersebut sehingga nanti Pram akan percaya padanya bahwa dirinya memang hamil lalu keguguran karena didorong oleh Rara.
Dan tentu saja Pram akan mendepak Rara ke jalanan. Dan Pram akan tetap bersamanya tanpa ada Rara di tengah-tengah mereka lagi.
Anita pun berpura-pura jalan terseok-seok keluar dari unit apartemennya dan turun ke lobby dengan lift. Sesampainya di lobby, tentu saja satpam dan resepsionis terkejut melihat raut wajah Anita yang setengah pucat dan acak-acakan baik baju serta rambutnya.
Terlebih melihat daarrah yang mengalir di kaki Anita. Mereka langsung membantu dan segera memanggilkan taksi. Anita pun menyuruh supir taksi menuju rumah sakit MMS, tempat yang sama ketika dirinya memeriksakan diri kemarin ke Dokter Risa.
Setibanya di rumah sakit, Dokter Risa dan suster lainnya yang sengaja ia beri uang tutup mulut, telah sigap berpura-pura memberi pertolongan pertama pada Anita di IGD (Instalasi Gawat Darurat).
Lantas Dokter Risa pun yang menghubungi nomor kontak Pram dari ponsel Anita sesuai arahan wanita licik tersebut.
Tut... tut... tut...
Pram pun yang melihat Anita menghubunginya, langsung ia angkat. Dikarenakan Rara belum pulang ke rumah. Jika ada Rara, Pram tak pernah mengangkat telepon dari Anita ketika dirinya berada di rumah ibunya.
"Halo Nit, Ada apa?" tanya Pram dengan suara berbisik.
"Maaf ini dengan Tuan Pramana Handoko, suami Nyonya Anita?" tanya Dokter Risa dengan sopan.
"Hah, suami? Sejak kapan aku dan Anita menikah?" batin Pram bertanya-tanya kebingungan karena memang dirinya dan Anita belum menikah baik secara agama maupun negara.
Walaupun Anita pernah memintanya untuk menikahinya. Namun Pram berusaha mengelak. Sebab ia belum ingin terikat dengan Anita. Baginya Anita hanya wanita pelampiasan hassrratnya saja saat ia tak mendapatkan hal itu dari Rara karena bentuk tubuh istrinya jelek.
"Oh iya, maaf. Ini dengan siapa? Dan kenapa ponsel istri saya bersama Anda?" tanya Pram berusaha tenang agar orang di seberang sana tak curiga.
"Begini Tuan Pram, sekarang Nyonya Anita berada di rumah sakit MMS. Bisa tolong segera ke sini karena istri Anda mengalami keguguran dan harus segera dilakukan tindakan kuretase. Kami membutuhkan persetujuan Anda sebagai suami Nyonya Anita," ucap Dokter Risa.
"Hah! Keguguran? Bagaimana bisa? Apa istri saya masih sadar atau pingsan saat ini, Dok?" tanya Pram dengan nada terkejut.
Walaupun dirinya belum mencintai Anita seperti dirinya mencintai Rara, ia juga tak ingin jika Anita terluka.
"Nyonya Anita masih sadar namun dalam kondisi lemah. Apa Anda mau bicara langsung dengan pasien?" tanya Dokter Risa yang cukup memahami.
"Iya, Dok."
Akhirnya Dokter Risa mengembalikan ponsel Anita dan keduanya berbicara. Anita pun memberi kode pada Dokter Risa untuk keluar sejenak.
"Halo, Nit. Bagaimana kondisi kamu? Terus kenapa kamu ceroboh sampai anakku keguguran?" tanya Pram dengan nada yang sedikit tinggi.
"Rara, Mas. Semua karena dia. Tadi Rara datang ke apartemenku tak lama setelah kamu pulang. Dia memukul, menampar, menjambak hingga menendang perutku. Sampai aku jatuh tersungkur. Akhirnya bayi kita, Mas. Hiks... hiks... maafkan aku, Mas. Maaf, aku tak bisa menjaga calon buah hati kita dengan baik. Huhu... lebih baik aku mati saja, Mas. Aku enggak terima, Mas. Seharusnya dia bisa bicara baik-baik. Bukan dengan kekerasan seperti preman. Oh bayiku..."
Anita menangis tersedu-sedu di seberang sana. Berpura-pura lemah tak berdaya agar Pram membelanya dan membuat lelaki itu membenci Rara.
"Brengsek! Rara menyakitimu dan membunuh anak kita?"
"Iya, Mas. Huhu... bayi kita, Mas. Calon bayi kita telah gugur. Semua karena Rara. Hiks... hiks... hiks..." cicit Anita seraya berpura-pura masih menangis dan bersedih.
"Lihat saja jika dia pulang. Aku akan buat perhitungan dengannya. Tolong kamu berikan lagi ponselnya pada dokter," pinta Pram dengan tegas.
"Iya, Mas."
Akhirnya Pram berbicara dengan Dokter Risa kembali dan meminta untuk dilakukan tindakan yang terbaik bagi kesehatan Anita. Dirinya akan segera menyusul ke rumah sakit tidak lama lagi.
Anita mendengar nada suara Pram begitu marah pada Rara dan berhasil masuk ke dalam perangkapnya. Ia tersenyum puuass. Sebentar lagi ambisinya akan berhasil yakni menjadi satu-satunya Nyonya Pramana Handoko.
🍁🍁🍁