"Pergi dari Kediaman ini. Kau sudah bukan lagi bagian dari Keluarga Viscount Avena!"
"Tuan Viscount, Hubungan Ayah dan Anak di antara Kita benar-benar sudah terputus seperti rambut ini." —Celestia
"Aku membantumu untuk menghilangkan hubungan yang ingin Kau putuskan itu. Sama seperti rambutmu yang sudah terbakar habis, menjadi abu dan diterbangkan oleh angin, begitulah hubungan kita. Benar-benar menghilang." —Viscount Avena
"...Selamat tinggal. Di masa depan, berhati-hatilah dengan bencana yang datang dari dendam yang kau tanam dan Kau pupuk subur di dalam diriku ini, Tuan Viscount." —Celestia
Apa yang terjadi sehingga menciptakan sosok yang menjalani kehidupan dengan kaki yang berpijak pada dendam ? Apakah balas dendam wanita itu berjalan lancar ? Atau terkendala dengan kekuatan yang ada pada dirinya? Saksikan selengkapnya, hanya di Noveltoon dengan judul "Balas Dendam Celestia. Cahaya di Kegelapan."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neogena Girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12
Jika Celestia terus diam, maka wajah nya akan langsung bolong karena di tatap dengan sangat intens oleh Pria yang baru muncul ini.
“Ah.. Maaf... Saya mengira Anda adalah pelayan yang tadi. Saya permisi—”
“Tunggu... Aku tersesat. Apa Kau bisa menunjukkan jalan ?”
“Tuan Kesatria, maaf karena tidak bisa menjadi bantuan untuk Anda. Saya pun orang baru di kediaman ini. Saya tidak tahu seluk beluk dan rute di kediaman Marquis Bloom.”
“Begitu yaa...”
“Umm... Silakan nikmati pemandangan bunga nya. Sebentar lagi akan ada pelayan wanita yang datang. Dia bisa menunjukkan rute yang benar pada Anda.”
“Apa Aku membuat Mu tidak nyaman ?”
“Tentu saja, Bedebah. Aku tidak tahan dengan tatapan Mu pada wajah Ku yang tidak menggunakan topeng saat ini.” Jawab Celestia di dalam batin nya.
“Tentu saja tidak.” Ucapnya sambil berusaha tersenyum.
“Kalau begitu bisakah Kau menemani Ku sampai pelayan datang ? Aku takut sendirian.”
Dengan tidak tahu malu, Tuan Kesatria itu memberikan alasan yang membuat Celestia menahan ekspresi wajah mencemooh.
Dengan seragam Kesatria, Dia mengatakan takut jika sendirian ? Lalu bagaimana dengan monster-monster yang Dia hadapi selama ini ? Apa Dia akan mengatakan ‘Enyalah Monster’ dan monster itu akan menurut ? Tentu tidak.
“Nona Tia!!” Teriakan pelayan yang datang dengan handuk kering.
Celestia langsung tersenyum dan bersuara, “Anda tidak perlu takut lagi Tuan Kesatria. Pelayan ini akan mengantar Mu kembali ke Aula perjamuan.”
“Nona Tia, Anda berbicara dengan siapa ?”
“Oh, Tuan Kesatria ini tersesat. Tolong antar Dia kembali ke Aula perjamuan.”
“Lalu bagaimana dengan Nona Tia ?”
“Aku akan menunggu di sini.”
“Kak Tia~” Teriak Isidore yang tiba-tiba muncul.
“Anda pasti menyelinap dari perjamuan kan ?” Ucap Celestia sambil merentangkan ke dua tangan, menyambut Isidore yang juga merentangkan tangan untuk memeluk diri Nya.
“Aku anak kecil jadi gampang menyelinap, hehehe.”
“Nona Esmeralda pasti sedang terbakar emosi karena Dia satu-satu nya yang tidak bisa menyelinap kabur.”
“Umm, Dia pasti akan memarahi Ku karena iri. Oh, Kak Tia tidak memakai topeng ? Cantiknya~”
“Tolong antarkan Tuan Kesatria. Aku dan Isidore akan pergi ke rumah kaca.”
“Baik. Selamat menikmati waktu anda, Tuan Muda Isidore, juga Nona Tia.”
Celestia dan Isidore pun pergi dari air mancur dengan Isidore yang menceritakan betapa Dia hampir mati kebosanan tadi. Celestia menanggapi setiap perkataanya, namun di sela-sela itu Isidore berbalik dan melihat wajah Tuan Kesatria.
“Wajah nya tidak asing. Seperti kenal tapi tapi Aku tidak ingat. Siapa ya ?” Batin Isidore.
“Perhatikan jalan Mu, Isidore. Mau ku gendong agar tidak jatuh ?”
“Boleh!”
Disaat yang sama, Tuan Kesatria pun mengucapkan terimakasih pada pelayan karena Dia tiba-tiba ingat jalan pulang sehingga si pelayan itu langsung bergabung dengan teman-teman yang lain di dapur.
Dengan kekuatan sihir angin, tubuh Kesatria itu melayang dan Dia mendarat di teras lantai tiga. Nampak ada seseorang yang menunggu nya.
“Pfftt... Padahal hanya warna rambut dan suara yang berubah, paras Mu tidak berubah menjadi jelek sama sekali. Tapi Kau di abaikan oleh nya.”
“Enzo, Diam lah. Jangan membuat Ku menghilangkan keturunan Grand Duke Perch selanjut nya.” Pungkasnya sambil memegang pedang.
“Tenanglah Putra Mahkota. Aku hanya merasa lucu pada Mu. Alasan apa itu ? ‘Aku takut sendirian ?’ Aku yakin wanita itu langsung merinding menahan geli.”
“Aku tidak bisa memikirkan alasan lain saat bertatapan dengan nya. Dia sungguh cantik di bawah sinar rembulan.” Ucapnya sambil melepaskan cincin yang mengandung sihir. Alat yang mengubah warna rambut, mata juga suara nya barusan.
“Kau jatuh cinta! Tidak salah lagi itu jatuh cinta! Untung saja Kau memiliki kekuatan sihir, jika tidak tubuh yang langsung turun dari lantai tiga sudah tersangkut di pohon besar dan mengalami patah tulang.”
“Enzo, kau tahu ? Rambut nya seolah bercahaya di bawah rembulan. Dengan semilir angin yang seolah jatuh cinta pada nya, Mereka pun menerbangkan banyak kelopak bunga untuk memuja nya. Dia seperti Elf yang membuat tanaman tidak punya pilihan lain selain langsung jatuh cinta pada nya. Juga matanya...”
“Umm... Di tengah pergolakan politik dan siklus monster yang terus berkembang, teman Ku tengah jatuh cinta. Entah siapa gadis dengan rambut putih tadi.” Batin Enzo sambil memasang senyum profesional.
Tok tok tok
“Yang Mulai Putra Mahkota, Tuan Muda Grand Duke.”
“Oh Ricard, terimakasih karena sudah datang.” “Kau menyelamatkan kuping Ku dari teman yang sedang jatuh cinta.” Lanjut nya di dalam batin.
“Kau yang memimpin rombongan kan ? Aku dengar ada pemilik kekuatan suci yang mengalami ledakan kekuatan dan menyelamatkan Kalian dari keadaan sulit. Apa benar ?”
“Benar Yang Mulia,” jawab Ricard dengan keringat halus di kening.
“Hmm... Tapi saat Kami melewati jalur yang sama, kekuatan suci masih membungkus kawasan hutan. Ini bukan bagian dari ledakan, tetapi bagian dari kekuatan suci di level yang berbeda. Ricard, Kau tidak sedang berbohong kan ?”
“Saya sungguh tidak berbohong, Yang Mulia. Karena Tia— Ah, maksud Saya pengguna kekuatan suci itu mengiyakan bahwa itu ledakan kekuatan sihir.”
“Enzo, bagaimana menurut Mu ?”
“Ada dua kemungkinan. Pertama, Dia benar-benar berkata jujur. Kedua, Dia berbohong pada Ricard... dan insting Ku mengatakan bahwa Dia berbohong!”
“Aku sependapat. Aku ingin berbicara dengan pemilik kekuatan suci itu, Ricard. Mohon bantuan Mu,” ucap Putra Mahkota sambil meletakkan tangan di pundak Ricard dengan senyuman.
“Mampus. Aku akan mati di tangan Tuan Marquis dan Tia. Habislah. Habislah.” Batin Ricard dengan senyuman.
Charles Christoper Eames, selaku Putra Mahkota yang pada malam ini tengah jatuh cinta langsung meninggalkan Enzo dan Ricard di teras.
“Di kehidupan selanjutnya Aku ingin terlahir di keluarga kerajaan,” celetuknya sambil menghela nafas panjang.
“Kau mana sanggup menghadapi pergolakan politik dan mengatasi semua masalah di kerajaan. Memangnya Kau siap untuk mengatasi semua masalah di kerajaan Mu ?”
“Ah, terimakasih atas masukan realistis Mu. Aku tarik kembali perkataan Ku barusan, Dewi.”
“Pfft... Hahaha, Kau tau tidak kalau Charles malam ini tengah jatuh cinta ?”
“Serius ?”
Mereka berdua pun lanjut bercerita dengan sangat akrab. Karena terus turun memberantas monster-monster, semua kesatria berbakat yang berada dikediaman para Fraksi bangsawan yang mendukung Putra Mahkota memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Putra Mahkota juga Enzo, selaku putra tunggal dari Grand Duke dan Grand Duchess Perch. Walaupun jika sedang melaporkan sesuatu, situasi nya akan menjadi serius seperti tadi.
...***...
Keesokan hari nya, saat mentari baru saja muncul dengan malu-malu... Charles sudah duduk di ruangan luas, namun terasa sesak oleh Ricard maupun Enzo.
Tuan Marquis mendukung keinginan Tia untuk tidak memberitahu Dialah pengguna kekuatan suci yang menyelamatkan Mereka kemarin, namun semalam Ricard menghadap Tuan Marquis dan memberitahu bahwa Charles ingin bertemu dengan Tia. Walau marah-marah, Marquis tahu bahwa Ricard tidak mungkin membangkang di hadapan Putra Mahkota.
Setelah itu Ricard pun menyampaikan hal yang sama pada Tia, dan disinilah Tia pagi ini. Sudah berdiri dengan jubah yang menutup rambut dan juga topeng yang menutup area hidung ke atas.
“Salam kepada Matahari penerus kekaisaran Eames,” ucap Celestia dengan anggun juga penuh hormat. Dia langsung memberikan tatapan tajam untuk ke sekian kalinya ke arah Ricard. Walau Pria itu langsung melihat ke arah lain, Dia kesulitan menelan ludah. Posisi nya benar-benar maju kena, mundur pun kena.
“Hei, ingat perkataan Ku semalam ?” Bisik Enzo.
“Perkataan yang mana ?” Balas Ricard di tengah kesesakan yang mencekiknya.
“Charles yang sedang jatuh cinta.”
“Tiba-tiba membahas itu ? Saat ini ? Yang benar saja—”
“Wanita itu yang ku maksud!” Potong Enzo di sertai dengan mata Ricard yang langsung membola.
“A—Hmpt!”
“Maafkan Kami, Yang Mulia. Komandan Divisi I tiba-tiba tersenggol angin.” Tutur Enzo yang saat ini membekap mulut Ricard.
...***...
...Tolong banget atuh ninggalin jejak 👣 kalian di kolom komentar 🫵😩 Neo juga butuh tenaga after up tauu😵💫 Jangan hening aja, Nanti Neo ngambek ini😩Jangan lupa nulis apa aja di kolom komentar, baru boleh lanjut ke Chapter selanjutnya....