Perkenalan
Namanya Roman Maulana Satria usia dua puluh empat tahun. Pendidikan sarjana hukum. Hidup sebagai preman jalanan walau merupakan putra konglomerat, pewaris tunggal Satria Corp. Dalam percintaan ibunya tak merestui hubungannya. Yok kita lihat perjuangan hidupnya untuk mengungkap kasus kematian kekasihnya yang dibunuh melalui penularan virus yang dikenal dengan virus covid 19.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wisnu 025, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE SEMBILAN BELAS: TERLUKA PARAH.
Seorang laki-laki bercadar datang membantu Nadira dan Hadi.
Pertarungan tambah seru, Ghazan dan anak buahnya tidak dapat berbuat apa-apa dengan bergabungnya laki-laki bercadar ini.
"Hey, siapa kau ikut campur urusanku!" bentak Ghazan.
"Cari tahu sendiri, siapa aku!" jawab si laki-laki bercadar sambil bergerak menerjang Ghazan.
Sebuah gerakan menipu di peragakan oleh si pria bercadar hingga, sebuah tendangan keras dan terarah mengenai dada Ghazan.
Duuuuk...,
Akh..., teriak Ghazan kesakitan. Rupanya tendangan itu datang dari Hadi.
Ghazan memandang Hadi yang membentangkan tangannya membentuk elang mengepakkan sayap dengan kuda-kuda kokoh membentuk empat puluh lima derajat.
Pertarungan berlanjut, Ghazan dan anak buahnya tidak diberi kesempatan untuk menyerang. Mereka semua dibuat jatuh bangun.
Merasa diri sudah ku walahan Ghazan memerintahkan anak buahnya untuk mundur.
Lalu, mereka kabur lari tunggang langgang. Bersamaan itu pula pria bercadar itu pergi meninggalkan Hadi dan Nadira.
Nadira dan Hadi berdiri saling tatap. "Kamu tidak apa-apa?!" tanya Nadira memandang Hadi.
"Dadaku terasa sesak!" jawab Hadi dengan pandangan mata berkunang-kunang dan kepalanya terasa pusing bagai dunia seperti memutar.
"Apa perlu kau dibawa ke dokter!" tawar Nadira cemas.
"Rasanya..., akh!" Hadi hampir terjatuh.
Cepat-cepat Nadira menyambar Hadi dan memapahnya menuju mobil.
Tanpa pikir panjang Nadira membawa dengan laju mobilnya menuju rumah sakit terdekat.
"Bertahan Hadi! Sebentar lagi kita sampai kerumah sakit!" kata Nadira kalang kabut, hatinya cemas luar biasa. Dan tetap memberi semangat Hadi.
Tapi, rupanya Hadi tidak kuat dan diapun pingsan. Nadira tambah panik segera memberi tahu Roman.
"Halo Rom," sapa Nadira panik.
"Iya, Nadira!" timbal Roman yang sekarang sudah berada di apartemennya.
"Hadi pingsan! Dan sekarang aku sedang membawanya menuju rumah sakit bunda kasih!" jawab Nadira.
"Ah," tenggorokan Roman seperti tersedak.
"Apa..., sekarang posisimu dimana!" tanya Roman kebingungan mendengar berita buruk Hadi yang pingsan.
"Aku sudah dekat dengan rumah sakit!" timbal Nadira.
"Baik, baik aku segera menyusul sekarang juga!" kata Roman mematikan hand phonenya.
Roman segera masuk menemui Morrin dan mengajaknya ikut kerumah sakit.
Sementara itu Ghazan marah-marah dan kecewa atas kegagalannya untuk menghabisi Nadira
Dia bersumpah untuk membalas dan mencari tahu siapa pria bercadar yang menghalangi dan menggagalkannya membunuh Nadira.
Sementara Winda disampingnya tidak bisa berbuat apa-apa, karena dia dalam terluka parah.
Karena tidak mendapat respon dari Winda, Ghazan menoleh kearah Winda.
Dan...,
"Win, Winda...!" Ghazan tersentak kaget melihat Winda yang tidak bergerak sama sekali.
Darah menetes keluar dari mulutnya, rupanya Winda sudah pingsan.
Ghazan memberhentikan mobilnya. Barra yang melihat bosnya berhenti, juga menghentikan mobilnya dan keluar menghampiri Ghazan.
"Ada apa bos!" tanya Barra menatap bosnya yang panik.
"Winda pingsan! Apa yang harus kita lakukan!" timbal Ghazan cemas.
"Kalau kita kerumah sakit tidak mungkin bos!" ucap Barra mengingatkan Ghazan.
Mereka tampak kebingungan. Mereka tidak tahu harus berbuat apa. Karena kebanyakan mereka berada ditempat ini ilegal.
"Apa yang harus kita lakukan?!" tanya Ghazan kepada Barra mungkin ada Solusi dari anak buahnya ini.
Tidak beberapa lama, anak buahnya yang lain berdatangan.
"Bawa kerumahnya saja bos! Biar keluarganya yang mengantarnya kerumah sakit!" seru Zalu si rambut kriting dengan badan kurus tinggi.
"Kau tahu dimana rumahnya!" tanya Ghazan memandang Zalu.
"Iya tahu bos!" jawab Zalu.
"Kalau begitu kau antar cepat kerumahnya!" suruh Ghazan.
Zalu menatap Winda yang diam bersandar di dalam mobil.
"Baik bos! Rupanya lukanya serius, saya antar saja kerumahnya!" kata Zalu memindahkan Nadira ke mobil yang dibawa Zalu .
BERSAMBUNG.