Affair... Tidak suka skip.
"Kita berjanji hanya akan bersenang-senang tanpa ada ikatan. Kau memuaskan hasratku, aku membantumu membalas suamimu yang berkhianat. Saat salah satu dari kita meminta berhenti, kita akan berhenti dan saling melepaskan tanpa beban," Ujar sang Bos dari suaminya, Kendrick Kratos.
"Tentu saja, kau bisa tenang! Aku bukanlah wanita yang akan menangis - nangis pada seorang pria!" jawab Ameera dengan tegas.
-Pria hanya manusia dengan segala nafsunya dan dengan mudah berkhianat, tapi wanita akan menjadi pengkhianat saat dunia impiannya seketika hancur! Notes Ameera.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membuat Pria itu Merangkak Sekarat.
Kendrick masih betah menatap bangunan-bangunan tinggi diluar sana, "Jadi disini tempatmu membangga-banggakan kekayaanmu, Anton Prawijaya. Kesombongan mu telah membuatku kehilangan jati diriku, kehilangan satu-satunya kaluargaku. Ibuku yang kusayangi... aku ingin melihatmu mati mengenaskan dengan kehilangan semua yang kau bangga-banggakan. Kau bangga pada Cheril bukan? Maka kau akan kehilangan pijakan saat aku menghancurkan mu dan putrimu itu!"
Setelah diam lama di ruangannya, Kendrick pergi menuju sebuah toko bunga dia membeli seiikat bunga anyelir putih.
Kendrick menginjak kan kakinya di tanah pekuburan, suasana sangat sunyi. Bertahun-tahun beberapa kali dia sering datang ke makam Ibunya, tapi kali ini dia datang dengan membawa kemenangan.
Pria itu berhenti di sebuah makam dengan batu nisan bertuliskan nama Ibunya, dia menaruh bunga anyelir di atas pusara. "Ibu, akhirnya orang itu sudah berada dalam genggaman ku. Aku tau Ibu akan membenciku karena membalas dendam, tapi... saat Ibu meninggal aku bahkan tidak bisa memangku jasadmu ke dalam liang lahat karena aku terbaring menyedihkan di rumah sakit. Ibu... maafkan aku. Karena cinta membutakan hati dan akalku, membuatmu bersusah payah mencari uang untuk biaya rumah sakitku. Aku tidak akan memaafkan pria itu, sampai pria itu merangkak di bawah kakiku dengan sekarat."
***
Esok harinya, meja sarapan sangat tenang. Kendrick tidak lagi menginap disana, Anton sang Ayah pun tak banyak berkicau karena dia mendengar pekerjaan Ameera di Perusahaan sangat baik.
"Kamu sudah mencari mobil, Ameera?"
"Belum, nanti siang ijin sebentar palingan. Tapi kalau belum dapat mobil, aku bisa nebeng sama Mas Rudi dulu kalau berangkat dan pulang bisa naik taxi atau ojeg online."
"Kenapa nggak bareng sama kakak sih?" tanya Cheril.
"Kakak kan wakil Presdir, aku cuman pegawai biasa. Nggak enak nanti dilihat semua orang."
"Hm, terserah."
"Ameera berangkat, ya."
Saat keluar ternyata mobil Rudi sudah terparkir diluar gerbang, "Ayo."
Ameera membuka pintu mobil, lalu duduk memasang safety belt di tubuhnya, "Mas, nanti turunin jangan di depan Perusahaan ya. Nggak enak sama yang lain, turunin di pertigaan aja entar aku jalan kaki sebentar dari sana. Hitung-hitung olahraga. Hehe..."
"Padahal gapapa, tapi ok. Aku ngerti kok dan menghargai keputusanmu."
Ameera tersenyum. "Makasih."
Saat di pertigaan jalan Ameera segera turun, "Makasih, Mas. Maaf merepotkanmu terus."
"Ok, aku pergi duluan ya."
Ameera mengangguk, dia melanjutkan jalan kaki sekitar 70 meter dari sana sampai ke Perusahaan.
Suara klakson mengagetkannya, Ameera berbalik itu Kendrick. "Kenapa jalan kaki? Ayo masuk?"
"Gapapa, itu gerbang Perusahaan juga udah kelihatan. Aku juga nggak mau digosipkan macam-macam, pergilah." Ameera melanjutkan langkahnya.
Kendrick tak ingin memaksa wanita itu tapi dia sengaja melajukan mobilnya dengan lambat menemani wanita itu di sepanjang jalan.
Ameera berhenti, dia mendekati mobil Kendrick melongokan kepalanya ke dalam mobil. "Apa maumu, Kendrick? Jangan begini, tak enak dilihat orang. Lagian jalan ini bukan milikmu, ini jalanan umum jangan mengganggu lalu lintas. Pergi!" jutek Ameera, dia kemudian mempercepat langkahnya. Mobil Kendrick melewatinya dan masuk ke dalam area Perusahaan.
"Dasar pria menyebalkan!" Ameera menghentakkan kakinya kesal.
Saat waktu meeting akan segera tiba, Ameera dipanggil kepala divisi ke dalam ruangan kantornya. "Aku melihat datamu, disini margamu sama dengan wakil Presdir. Jadi kamu adalah putri mantan Presdir? Kenapa tak berkata apapun saat mulai bekerja disini, Ameera?"
"Maaf, Bu. Saya hanya ingin menjadi pegawai biasa, tak ingin dibeda-bedakan dengan yang lain."
"Apa jabatanmu dulu?" Kepala divisi itu membetulkan kacamata yang bertengger di hidungnya.
"Kepala Divisi Pemasaran."
"Aku tidak akan membeda-bedakanmu dengan yang lain, tapi kamu juga tau Perusahaan kemarin sempat akan bangkrut. Aku juga sudah melihat resume-mu, kamu sangat berprestasi di Perusahaanmu dulu. Presdir baru akan mengadakan rapat sebentar lagi, dia akan memperkenalkan dirinya. Juga akan membahas tentang kinerja Perusahaan ke depannya. Kamu gantikan aku rapat, poin pembahasan tentang marketing di daerah yang aku tandai adalah yang utama, kamu kaji lebih dulu laporan sebelum meeting. Ok."
"T-tapi, Bu."
"Jangan menolak, aku sadar diri Ameera. Jika kamu bekerja lebih baik dariku, aku akan meminta perpindahan posisi dan kamu bisa menggantikanku. Lowongan sebagai Kepala Divisi Umum masih ada, aku bisa melamar posisi itu. Aku percaya padamu, ini bawalah." Sang kepala divisi menyodorkan sebuah laporan.
"Baik, Bu. Saya permisi."