Spin of: Aku Bukan Pemuas R@njang.
Walls Diamond, seorang hacker yang selalu bergonta-ganti wanita. Tiba-tiba terobsesi pada Rose Brania.
Memutuskan untuk menjebak wanita itu hingga menghabiskan satu malam yang panjang dengannya.
Rose yang masih trauma, bukannya luluh justru semakin membenci, Walls. Ia pun memutuskan lari ke luar negeri. Tanpa sadar jika terdapat benih bayi kembar di dalam rahimnya.
"Kami akan membawa mama kepadamu, papa!"
Akan kah, rencana Hiro dan saudari kembarnya Milea berhasil?
Mampukah, kejeniusan dan keimutan si kembar menyatukan kedua orang tua mereka?
Cekidots!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 19. Sekutu Hiro
Bibi Fei, adalah tetangga sebelah yang merupakan orang tua tunggal. Bekerja sebagai penjaga keamanan di salah satu pusat perbelanjaan di pusat kota. Tubuhnya yang tinggi besar dan kekar sering menjadi andalan para tetangganya yang kebanyakan single mom. Juga anak kuliah.
Bibi Fei wanita yang baik hati, ia dapat merasakan bagaimana kesusahan orang lain karena dirinya juga pernah hidup susah bersama ketiga anaknya. Kini, anak-anaknya telah besar dan selesai sekolah. Kemudian, mereka membantu bibi Fei mencari uang dengan bekerja serabutan sambil kuliah.
" Terimakasih, Bibi Fei. Anda memang wonder women. Bahkan dapat mengangkat, Rose seorang diri," ucap Mona tak enak hati. Sementara, Bibi Fei hanya tersenyum.
"Tubuhnya ringan, ku rasa dia sedang tak baik-baik saja. Ada masalah yang tengah ia simpan sendiri. Sebab, itulah berat badannya turun drastis," terang Bibi Fei. Ia menatap wajah pucat Rose dengan raut prihatin.
"Saya juga, adalah single mom, pernah berada di posisi, Rose dengan segala kerumitannya beberapa tahun yang lalu. Terdapat beberapa gejolak di dalam hati yang mampu di ungkapkan pada orang lain. Bukan, karena tak memiliki kepercayaan hanya saja, tersirat rasa risau, minder juga merasa dapat menyelesaikan masalah itu sendiri. Padahal, justru dengan begitu batin akan semakin tersiksa," tambah bibi Fei lagi.
Penjelasan darinya membuat, Mona seketika sadar. Bahwa kesibukannya selama ini membuat ia sedikit abai akan perasaan yang tengah menjadi kerisauan, sahabatnya itu. Mona, terhanyut hubungan yang baru ia rajut bersama calon pasangan masa depannya. Hingga, ia tak lagi ada waktu untuk sekedar mendengar keluh kesah dari, Rose.
"Rose, maafkan aku ...," lirih Mona merasa bersalah. Sepertinya, Rose kembali mengalami insomnia. Apa mungkin, mimpi buruk itu menghantuinya lagi? Mona hanya dapat membatin dalam hati.
Segera ia mencari di internet, profil pria yang bernama diamond. Tak ada satupun yang memiliki nama seperti itu. Sepertinya ia perlu bertanya lebih detil pada Hiro. Mona dan Rose memang tidak pernah tau nama belakang dari Walls. Bahkan, mereka berdua hanya bule mesum atau di bocah badung. Sebab, itu ketika didalam undangan telah tertera nama Walls, tetap Rose tidak akan menduga.
Namun, ketika pengumuman pemenang menyebutkan bahwa pemenang dari kompetisi anak jenius akan diundang secara pribadi serta terhormat ke penthouse pribadi sang promotor. Sebab, itukah mau tak mau Rose pun mencari tau profilnya. Ketika mengetahui jika pria itu pernah berhubungan dengannya di masa lalu, bahkan meninggalkan kesan buruk sekaligus dua harta tak ternilai bagi Rose. Sontak, wanita cantik ini mendadak khawatir.
Rose dalam keadaan tak sadar saja bisa begitu gelisah. Ia menggerakkan dengan cepat kepalanya ke kiri dan ke kanan. Deru napasnya memburu dan cepat diiringi gerakan dada yang naik turun. Bulir demi bulir keringat membasahi kening dan juga pelipisnya.
"Huh ... hah ...! Kau ... pergi sana! Jangan! Jangan bawa mereka!"
Tak lama, kemudian ...
"Tidakkk!" Rose sontak terbangun dan duduk dalam keadaan wajah pucat pasi. Lalu ia menangis kala di lihatnya si kembar berada di depan kakinya.
"Kalian, masih ada bersama mama? Oh, syukurlah!" Akhirnya, Rose melepas tangisnya. Itu lebih baik, ketimbang ia menahan hingga dadanya serasa mau meledak.
Rose memeluk kedua anak kembarnya dengan erat. Seakan bila terlepas maka mereka akan terpisah selamanya.
"Ma, apa yang terjadi? Kenapa, Mama dan sangat ketakutan?" cecar Milea kala Rose melepas pelukan bertiga.
"Entahlah, Mama hanya merasa jika kalian sebentar lagi ... akan meninggalkan, Mama sendirian," jawab Rose lirih, membuat Hiro seketika menciumi pipinya berkali-kali.
Rose pun memejamkan matanya merasakan kasih sayang dari setiap kecupan Hiro. Dimana anak ini sangatlah jarang menunjkkan perasaannya seperti ini. Sejak kecil, Hiro memang telah memiliki sifat tsundere. Irit bicara jika dengan orang yang belum lama ia kenal.
"Jangan pernah khawatir, Ma. Hiro dan Milea ... sampai kapanpun, tidak akan pernah meninggalkan mu. Percayalah, kita bertiga akan selalu bersama," ucap Hiro seraya mengusap pipi sang mama yang sembab lantaran air mata itu tak henti menetes untuk membasahi kedua pipinya. Benar, seperti kata bibi Fei, bahwa sang mama nampak lebih kurus saat ini.
'Ah, Hiro tak mau jika melihat mama sakit. Akan kupastikan jika, pria itu mengakui kami, lalu mau memberi kebahagiaan untuk mama. Jika dia tak bersedia, Hiro dan Milea takkan memaksa. Apapun itu yang penting mama bahagia. Sudah cukup, Mama menderita beberapa tahun belakangan ini! Hiro tidak akan diam saja, secepatnya harus menemukan pria yang membuat mama bermimpi buruk selama bertahun-tahun.
Setelah, Rose tertidur dan tenang. Hiro mengajak Milea sang adik ke kamar mereka. Namun, di tengah jalan, Mona memanggil keduanya. " Apa kalian tidak mau tidur bersama mama? " tanya Mona heran. Biasanya, dua anak ini akan setia menemani Rose tidur.
"No, Aunty. Kami tidak ingin menganggu, mama." Hiro pun melanjutkan niatnya dan membuka pintu kamar mereka. " Huft! Untung saja, aunty Mona tidak banyak bicara. Kemarilah! Kakak ingin menunjukkan sesuatu padamu!" ajak Hiro ke depan layar komputernya. Ia juga menarik laci di bawah meja komputer. Mengeluarkan kertas map coklat yang baru ia dapatkan dari kurir jasa ekspedisi.
"Pasti ada hal yang penting. Apa sih, Kak? Lea, penasaran nih!" rengek adik kembarnya itu, sambil menarik-narik tangan Hiro.
"Gimana mau ngasih tau? Kalau tangannya di pegangin gini?" sindir Hiro. Milea pun segera melepaskan tangan Hiro dari pelukannya. Ia membiarkan kembaran yang hanya selisih sepuluh menit itu kesempatan untuk mengungkap apa yang harusnya di ungkap.
"Ini adalah situs, rahasia. Kakak mengenal salah satu orang yang bekerja di laboratorium rumah sakit terkemuka di negara ini. Setelah, Kaka mengetahui jika dirinya dapat membantu masalah kita. Aku pun langsung mengirimkan beberapa sampel untuk di adakan uji coba.
"Dalam arti kata lain ... Kakak, mengajukan tes DNA? Begitu kan?" cecar Milea dengan tatapan dari kedua mata bulatnya. Bulu matanya yang lentik bergerak-gerak lucu.
"Hu'um." Hiro menganggu cepat mengiyakan pertanyaan adiknya itu.
"Darimana, Kakak, mendapatkan sampel tuan Diamond itu?" tanya Milea dengan raut wajah yang menandakan bahwa ia begitu heran pada hal yang satu ini.
Hiro, seketika menoleh kearah adiknya yang memasang kening berkerut. Ekspresinya begitu tak sabar menanti jawaban pasti dari dirinya. Namun, bocah laki-laki dengan wajah tampan nan imut ini, hanya memasang senyum simpulnya.
"Jawab, Kak! Bukan malah senyum! Lea nanti gak bisa tidur!" pekik sang adik protes.
"Satu hal yang pasti, Kakak telah memiliki sekutu yang menguntungkan," terang Hiro semakin membuat Milea berpikir dengan keras.
...Bersambung ...