NovelToon NovelToon
Forget Me Not

Forget Me Not

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Single Mom / Janda / Romansa
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Komalasari

Karena sebidang tanah, Emilia harus berurusan dengan pemilik salah satu peternakan terbesar di Oxfordshire, yaitu Hardin Rogers. Dia rela melakukan apa pun, agar ibu mertuanya dapat mempertahankan tanah tersebut dari incaran Hardin.

Hardin yang merupakan pengusaha cerdas, menawarkan kesepakatan kepada Emilia, setelah mengetahui sisi kelam wanita itu. Hardin mengambil kesempatan agar bisa menguasai keadaan.

Kesepakatan seperti apakah yang Hardin tawarkan? Apakah itu akan membuat Emilia luluh dan mengalah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komalasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 12 : Penuh Tekanan

“Bee!” Emilia bermaksud menegur sang putri, yang dinilai sudah bicara sembarangan.

Namun, Blossom tidak menampakkan raut bersalah. Gadis kecil itu terlalu polos, untuk memahami ketidaksukaan Emilia atas celetukannya tadi.

Berbeda dengan Hardin, yang justru memperoleh celah untuk mengorek informasi akurat dari kepolosan Blossom. Hardin tersenyum kecil, merasa lega karena Tuhan seakan memberi jalan baginya.

Hardin menggumam pelan, seraya memfokuskan perhatian kepada Blossom. Dipandangnya lekat gadis kecil berambut cokelat terang itu. “Bagaimana rasa es krim yang kau pesan, Bee?”

“Sangat enak, Paman. Aku menyukainya. Apakah boleh kubawa pulang?”

“Cukup, Bee!” tegur Emilia tak suka.

Blossom menoleh pada sang ibunda, menatap keheranan karena tak mengerti kenapa Emilia bersikap begitu.

Namun, Hardin segera menengahi. Dia tetap bersikap tenang. “Akan kubungkuskan jika kau mau,” ucapnya lembut.

“Terima kasih, Paman. Kau sangat baik.” Ekspresi wajah Blossom tiba-tiba berubah ceria. Senyumnya lebar, disertai mata berbinar indah.

“Sama-sama, Bee. Habiskan es krim-mu.” Setelah berkata demikian, Hardin mengalihkan perhatian kepada Emilia yang memasang raut masam, menandakan rasa tak suka atas semua itu. Hardin tersenyum simpul. Namun, dia tak berkomentar apa pun hingga Blossom menghabiskan es krimnya.

“Kau ingin memesan es krim rasa apa, Bee?” tanya Hardin, sebelum pergi dari kedai itu.

“Green tea, Paman. Itu sangat enak.”

“Baiklah. Akan kupesankan. Tunggu sebentar.” Hardin beranjak dari duduk, meninggalkan Emilia dan Blossom berdua di meja.

Sepeninggal Hardin, Emilia langsung memberikan teguran tegas kepada sang putri, yang dinilai sudah bersikap keterlaluan. “Apa yang kau lakukan, Bee? Aku dan granny tidak pernah mengajarkanmu seperti ini.”

“Apa salahku, Bu?” Blossom menatap polos, tak mengerti kenapa Emilia menyalahkannya.

“Kau. Yang kau lakukan di depan Tuan Rogers. Itu benar-benar tidak pantas. Tak seharusnya kau ____”

“Paman hanya membelikanku es krim.”

“Tidak seharusnya kau menerima kebaikan dari orang asing,” tegas Emilia, meski dengan suara cukup pelan.

“Tapi, granny juga memberi paman kue.”

“Itu ….” Emilia sengaja tidak melanjutkan kalimatnya karena Hardin datang menghampiri mereka. Dia tak ingin terlihat kejam terhadap putrinya, meskipun tak jarang sangat gemas dan ingin memarahi Blossom karena segala tingkah anak itu.

“Pesananmu, Bee.” Hardin menyodorkan wadah khusus berisi es krim ke hadapan Blossom. “Kau bisa menyimpannya dalam freezer jika tidak habis.”

Blossom tidak menanggapi. Dia hanya menatap Hardin sekilas, lalu menunduk. Anak itu terlihat kecewa, tapi tidak mengatakan apa pun tentang perasaannya.

“Kenapa, Bee?” tanya Hardin penasaran. “Apa ini masih kurang?"

“Kita sudah terlalu banyak membuang waktu. Aku dan Blossom harus segera pulang.” Emilia berdiri, lalu mendekat kepada sang putri. “Ayo, Bee,” ajaknya.

Blossom mengangkat wajah, lalu menoleh kepada Hardin.

Melihat itu, Hardin seperti memahami sesuatu. Dia mengambil kembali wadah es krim, lalu mengulurkan tangan kepada Blossom. “Ayo, Bee,” ajaknya. “Aku sudah berjanji akan membelikanmu buku bergambar.”

“Kita harus pulang, Tuan Rogers. Aku harus mengirimkan roti besok pagi. Masih banyak pekerjaan yang belum kuselesaikan di rumah,” tolak Emilia segera.

Hardin terdiam sejenak. Tak ingin berdebat di depan Blossom, dia memilih mengalah. Dituntunnya gadis kecil itu menuju mobil, lalu membantu masuk dan memasangkan sabuk pengaman.

“Silakan.” Walaupun agak kesal dengan sikap Emilia, Hardin tetap membukakan pintu untuk wanita itu.

Sesaat kemudian, Land Rover Defender putih yang Hardin kendarai, melaju gagah meninggalkan depan kedai es krim itu.

Baru beberapa saat di perjalanan, Blossom langsung tertidur. Dia terlihat kelelahan. Kesempatan itu dipergunakan Hardin, untuk bicara dengan Emilia.

“Apa kau selalu memaksakan kehendakmu terhadap Blossom?” Hardin menoleh sekilas sambil terus mengemudi. “Maaf karena aku bertanya begitu. Menurutku, kau terlihat sangat … tertekan.”

“Aku baik-baik saja. Jangan mengambil kesimpulan hanya dari penglihatan sekilas, Tuan Rogers,” sanggah Emilia, tanpa menoleh sama sekali.

“Aku sudah melihat beberapa kali. Blossom masih kecil. Dia belum mengerti dan tidak seharusnya kau paksa untuk memahami kondisi ibunya. Jadi, menurutku kau terlalu egois.”

“Kau tidak berhak menilaiku seperti itu,” protes Emilia.

“Aku tidak suka memperhatikan kehidupan, apalagi sampai mengurusi masalah pribadi orang lain. Itu bukan masalahku karena masih banyak hal penting yang harus kutangani. Namun, secara tidak langsung, kau membuatku melakukan itu terhadapmu.”

Emilia menoleh, menatap dingin pada pria di belakang kemudi. Dari sorot matanya, tampak jelas rasa tak suka atas ucapan sang pemilik Rogers Farm tersebut. “Kau tidak harus melakukannya karena aku juga tidak suka dengan itu. Ini bukan hal penting bagimu. Jadi, abaikan saja. Lagi pula, seharusnya kau memang bersikap tidak peduli.”

“Sayang sekali, kenyataannya aku telanjur peduli. Aku menyukai putrimu. Ini pertama kali bagiku melakukan banyak interaksi dengan anak kecil. Kupikir, itu tidak semenyebalkan yang kukira selama ini. Aku sangat terhibur.”

Embusan napas pelan dan dalam meluncur dari bibir Hardin. “Aku tahu, kau pasti ibu yang penyayang. Aku melihat ada sesuatu yang membuatmu bersikap tegas dan sedikit keras terhadap Blossom. Apakah kau terlalu lelah karena menanggung beban seorang diri?”

“Itu bukan urusanmu,” balas Emilia dingin.

“Memang bukan. Namun, apakah kau pernah mencoba berbagi sedikit beban perasaan dengan orang lain? Jika belum, kusarankan untuk melakukannya. Itu tak akan jadi masalah, selama kau berbagi dengan orang yang bisa dipercaya.”

“Bagaimana aku bisa tahu ada orang yang benar-benar bisa dipercaya?”

“Tidak semua orang adalah pengkhianat, Emilia. Lihatlah dunia luar. Kau akan menemukan banyak hal. Ini bukan hanya tentang Oxfordshire dan Yorkshire.”

Emilia terdiam. Dia tak berniat menanggapi ucapan Hardin, yang membuatnya tersentil cukup keras.

Setelah itu, tak ada lagi perbincangan di antara mereka, bahkan hingga tiba di Rogers Farm.

“Putrimu masih mengantuk. Kasihan bila dia harus dipaksa pulang. Biarkan saja dia tidur di sini. Akan kuantarkan bila sudah bangun.”

“Bagaimana kau bisa berpikir aku akan meninggalkan Blossom di sini?”

“Kalau begitu, biar kuantar kalian ke ….”

“Bangunlah, Bee. Kita sudah sampai.” Emilia memaksa membangunkan Blossom, yang masih terlelap di dalam mobil.

Bukannya bangun, Blossom justru merengek karena merasa terganggu.

“Astaga. Apa yang kau lakukan?” Hardin yang kurang suka dengan cara Emilia, bermaksud menenangkan Blossom karena terus merengek.

Namun, Emilia langsung mencegah. “Blossom putriku, Tuan Rogers. Aku lebih tahu dengan apa yang seharusnya dilakukan.”

Rogers mengurungkan niat mendengar ucapan bernada peringatan dari Emilia. Dia mundur dan hanya memperhatikan, ketika Emilia membantu Blossom turun dan membuat anak itu benar-benar sadar.

“Kita harus pulang sekarang,” ucap Emilia lembut, kemudian mengecup kening sang putri.

Blossom mengangguk. Sebelum naik ke sepeda, dia lebih dulu memeluk Hardin.

1
Rahmawati
emilia bingung harus bersikap bagaimana, pasti merasa asing dengan suaminya sendiri
Rahmawati
nanti dulu tanya daleman emilia, itu suamimu pulang disambut dulu
Rahmawati
gmn dengan hubungan hardin dan emilia kl Grayson kembali
Rahmawati
ih emang lebih penting saudara angkat ya daripada istri dan ibu kandung sendiri, dasar pecundang
Rahmawati
apa lagi ini, Grayson malah gk tahu kl dia punya anak
rurry Irianty
sengaja menghilangkan diri krn selingkuh kah
Rahmawati
hardin memang perayu ulung
kalea rizuky
suaminya selingkuh kayaknya
Rahmawati
lah terus suami emilia kmn dong, apa selingkuh ya
kalea rizuky
ngakak/Curse//Curse/ ibunya klo mandi menggeliat kah
Rahmawati
hardin jd ke inget terus sm. emilia, sampek sempaknya di ciumin😂
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: 🙈 jadi error
total 1 replies
Najwa Aini
kok..kok...kok...
Aku mikirnya jauh ya
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Sepemikiran, Kak😂
total 1 replies
Rahmawati
emilia haus belaian, dirayu dikit sm hardin udah luluh aja
Najwa Aini
Ya ampun..jadi ibumu cacingan saat mandi gitu ya, Bee..
upss..kok cacingan sih..
Najwa Aini
Hati² Rogers..Rasa penasaranmu yg terlalu tinggi itu akan membawamu pada Anu..
Najwa Aini
nama Ethan mengingatkanku pada Tom Cruise yg berperan sebagai Ethan.
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Ethan Hunt, yaa
total 1 replies
octa❤️
jangan bilang hardin ninggalin emilie y thor..
Rahmawati
hardin tau kelemahan emilia, makanya dia berani mencium emilia
octa❤️
jago bener kang hardin nebar pesona..😁
Rahmawati
lanjuttt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!