NovelToon NovelToon
LUKA BUNGA (AKIBAT HAMIL DI LUAR NIKAH)

LUKA BUNGA (AKIBAT HAMIL DI LUAR NIKAH)

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Nikahmuda / Lari Saat Hamil / Single Mom
Popularitas:1.8M
Nilai: 5
Nama Author: D'wie

Masa putih abu-abu adalah masa paling indah setiap remaja begitu pula yang dialami Bunga. Cinta yang membara dan menggebu serta pengaruh darah muda yang bergejolak membuatnya dan sang kekasih terhanyut dalam pusaran dosa manis yang akhirnya membuat hidupnya penuh luka.

Bunga hamil. Kekasihnya pergi. Keluarga kecewa dan membenci lalu mengusirnya. Terlunta-lunta di jalanan. Kelaparan. Dicaci maki. Semua duka dan luka ia hadapi seorang diri. Ingin menyerah, tapi ia sadar, dosanya sudah terlampau banyak. Ia tak mungkin mengabaikan permata indah yang telah tumbuh di rahimnya. Tapi sampai kapankah ia sanggup bertahan sedangkan semesta sepertinya telah terlampaui jijik kepadanya?

Inilah kisah Bunga dan lukanya.

Jangan lupa tap love, like, komen, vote, dan hadiahnya ya biar othor makin semangat update!

Bacanya jangan skip, please! Jangan boom like juga! soalnya bisa menurunkan kualitas karya di NT! Terima kasih. 🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. XIX Dimana anak kita?

Nathan berusaha terus mengejar angkot yang ditumpangi Bunga. Saat angkot berhenti, Nathan ikut menepi sambil memperhatikan siapa yang turun. Jika bukan Bunga, maka ia melanjutkan mengikuti angkot itu lagi hingga angkot itu berhenti di komplek pertokoan yang bersebelahan dengan sebuah bank.

Lalu Nathan melihat Bunga turun dan membayar uang angkot kemudian masuk ke salah satu toko. Setelah memastikan keberadaan Bunga, barulah Nathan mencari tempat untuk memarkir kendaraannya. Sayangnya, ia tidak bisa memarkir mobilnya sembarangan sesuai peraturan tidak boleh memarkir kendaraan di bahu jalan. Akhirnya, Nathan pun terpaksa memarkir mobilnya di tempat parkir yang jaraknya ternyata cukup jauh.

Setelah mobilnya terparkir sempurna, Nathan pun berlarian untuk kembali ke toko yang dimasuki Bunga tadi. Toko itu ternyata cukup ramai saat itu, membuat Nathan sedikit kesulitan untuk mencari Bunga. Namun syukurlah, akhirnya ia melihat keberadaan Bunga yang ternyata sedang berjalan menuju ke luar. Sepertinya urusannya di sana sudah selesai. Diam-diam, Nathan mengikuti Bunga untuk melihat kemana ia selanjutnya pergi. Dan ternyata ia masuk ke sebuah bank yang ada di sebelah komplek pertokoan yang dimasukinya. Ia yakin, butuh waktu cukup lama untuk Bunga menyelesaikan urusannya di dalam bank jadi ia segera mengambil mobilnya untuk diparkir di tempat parkir bank agar ia tidak kesulitan mengejar Bunga bila ia hendak kabur seperti saat ia bertemu Bella tempo hari.

Nathan duduk termangu di dalam mobil menunggu Gea keluar. 30 menit kemudian, Bunga pun keluar, Nathan pun segera turun untuk mendekati Bunga.

Grepppp ...

"Bunga ... " panggil Nathan membuat Bunga sukses menegang kaku. Suara itu begitu familiar di telinganya. Ternyata perpisahan 6 tahun lamanya tak membuat ia lupa akan sosok itu. Bahkan suaranya pun masih dapat ia ingat jelas.

Bunga menelan ludahnya kasar, bagaimana sosok itu bisa menemukannya di sini pikirnya. Ia masih berdiri kaku di tempatnya. Namun, sebisa mungkin ia bersikap biasa. Ia akan berpura-pura tidak mengenal Nathan sana seperti saat ia bertemu Bela tempo hari.

"Bunga? Maksud Anda apa ya?" tanya Bunga pura-pura tak mengerti.

"Bunga, please, nggak usah berpura-pura nggak kenal aku! Ayo, ikut aku! Kita perlu bicara!" ajak Nathan sembari menarik lengan Bunga lembut agar mengikutinya.

"Lepas!" sentak Bunga hingga genggaman itu terlepas. "kau siapa? Aku tidak mengenalmu. Bunga ... Bunga .... Siapa yang Bunga? Bunga? Apa yang kau maksud dengan Bunga ... Bunga itu?" seru Bunga dengan intonasi meninggi membuat beberapa pasang mata memperhatikan mereka.

"Bunga, please, jangan berontak! Aku nggak berniat macam-macam sama kamu. Aku hanya ingin bicara," mohon Nathan dengan wajah memelas. Nathan bahkan sudah kembali memegang tangan Bunga berniat mengajaknya ke dalam mobil.

"Tapi aku bukan, Bunga. Harus aku bilang berapa kali, hah! Kau itu bodoh atau tuli!" bentak Bunga yang sudah emosi.

"Bunga ... "

"Ada apa ini? Apa yang sedang terjadi nona?" tanya seorang petugas keamanan pada Bunga.

"Ini pak, bapak ini sepertinya berniat menculik saya!" ucap Bunga dengan memasang wajah ketakutan.

"Kau penculik? Benar begitu?" tanya petugas keamanan berwajah garang itu.

"Bukan, pak. Saya bukan penculik. Dia ... dia istri saya. Dia sedang kecewa dengan saya jadi dia tidak mau ikut dengan saya," ujar Nathan berdusta agar ia diizinkan mengajak Bunga masuk ke dalam mobilnya.

"Bukan, pak. Dia bohong. Saya bukan istrinya," tolak Bunga berusaha meyakinkan petugas itu membuat beberapa orang mulai mengerumuni mereka.

"Tapi dia bilang bukan? Jadi siapa yang benar?"

"Saya yang benar, pak. Dia tidak mau mengaku. Padahal namanya juga jelas-jelas Bunga, tapi ia pun tak mengakui namanya sendiri."

"Tetapi aku memang bukan, Bunga," kilah Bunga yang sudah mulai merasa khawatir.

"Kalau bapak tidak percaya, bisa bapak periksa kartu identitasnya. Namanya Bunga."

Petugas itu mengangguk lalu meminta kartu identitas Bunga kemudian menghela nafasnya.

"Bu, sebagai seorang istri seharusnya Anda menuruti nasihat suami. Tidak baik marah di jalanan seperti ini. Kalau kalian memang ada masalah, baiknya selesaikan baik-baik. Apa ibu tidak malu menjadi bahan tontonan orang banyak," tukas petugas keamanan itu menasehati Bunga.

"Tapi saya memang bukan istrinya. Bapak lihat, status saja di kartu itu masih lajang," kekeh Bunga karena tidak ingin bicara dengan Nathan.

"Itu kartu identitas lama kamu, Nga jadi wajar aja masih lajang. Kamu ini gimana sih! Udah sini, masuk mobil. Nggak enak tahu jadi tontonan orang banyak," tukas Nathan seraya menghela tubuh Bunga agar masuk ke dalam mobilnya. Dengan jalan menghentak, Bunga pun terpaksa masuk ke dalam mobil Nathan.

Nathan pun mengucapkan terima kasih pada petugas keamanan itu kemudian segera berpamitan.

"Bunga, bagaimana kabarmu?" tanya Nathan tapi Bunga justru membuang muka. Ia benar-benar tak ingin bicara pada Nathan saat ini. Melihat Nathan hanya mengingatkannya pada rasa sakit yang hingga kini belum sembuh juga.

"Nga, Aku sedang bicara padamu? Kenapa kamu hanya diam saja?"

"Bunga, please, banyak yang harus kita bicarakan. Kamu mau kan bicara padaku."

"Bunga ... "

"Tutup mulutmu! Jangan pernah sebut namaku lagi dengan mulut bajingaan mu itu. Tak ada yang perlu kita bicarakan lagi sebab Bunga yang dulu sudah mati. MATI. Kau tahu kan apa itu MATI. Jadi aku mohon jangan temui aku lagi karena memang tak ada lagi yang harus kita bicarakan. Semua sudah usai. Selesai!" pekik Bunga dengan wajah merah padam. Sorot matanya sangat jelas menyiratkan rasa sakit dan luka mendalam. Nathan sampai terkesiap. Ia tak pernah mendengar Bunga berteriak seperti ini sebelumnya dan ini merupakan pertama kalinya. Dan sorot mata itu ... sungguh menusuk relung hati Nathan. Ia dapat merasakan betapa besar rasa sakit, kekecewaan, dan kebencian Bunga padanya saat ini. Namun ia harus sabar, ini salahnya. Jadi ia harus menerima bila pun Bunga menginginkan kematiannya, ia rela asalkan Bunga mau memaafkannya.

"Maaf!" cicit Nathan dengan mata berkaca-kaca.

"Maaf? Maaf untuk apa, hah? Maaf untuk apa? Tidak ada yang perlu dimaafkan. Tidak ada. Tolong turunkan aku sekarang! Berhenti!" pekik Bunga dengan nafas menderu menahan emosi.

"Bunga, aku mohon tenanglah. Kita bisa bicara baik-baik."

"Apa yang perlu kita bicarakan baik-baik? Apa? Yang aku inginkan saat ini hanyalah menyingkirlah dari hidupku seperti kau menyingkirkan ku dari hidupmu. Aku tak mau bertemu denganmu lagi. Aku benci dirimu. Kita sudah tak punya urusan lagi. Semenjak hari itu, semuanya telah berakhir. Dengar, BERAKHIR. Jadi, tolong segera turunkan aku! Aku mohon!" ucapnya makin lama makin pelan. Ia tak terbiasa bicara dengan suara meninggi seperti ini.

Jujur saja, tubuhnya sudah bergetar hebat karena terus-terusan berteriak. Namun ia tak mampu mengontrol emosinya lagi. Pertemuan dengan Nathan nyatanya sukses membuat emosinya naik hingga ke ubun-ubun.

"Bunga ... "

"Berhenti memanggil namaku, brengsekkk!" bentak Bunga yang matanya telah banjir air mata membuat Nathan pun tak kuasa menahan air matanya.

"Aku ... aku merindukanmu," lirih Nathan.

"Dan aku tidak," sahut Bunga tegas.

"Bunga, dimana anak kita?"

deggg ...

...Happy reading 🥰🥰🥰...

1
Author 𝙲𝚒𝚌𝚒𝚝
lahh?? bukannya durian bikin panas ya di perut? mama ku pernah makan durian pas kandungannya udh 7 bulan lagi malah keguguran bayinya
Rasni Saldi
astaga malu benar gara.gara baca ini novel anak anak jdi ngetawain gue gara gara air mata ngalir terus .
Rasni Saldi
wkwkwk. beni sisa
Rasni Saldi
alama mundur aja Edgar Mma mu jga TDK kasi restu.
Rasni Saldi
tega banget si nathan.ini si ceritanya Nathan cuma mau enaknya aja kasihan si bunga.
Rita Sari
Luar biasa
martiana. tya
bagus. semangat kak
Naufal hanifah
Luar biasa
Atmita Gajiwi
/Determined//Rice//Rose//Good/
Soraya
yg sabar ya Bunga
Soraya
mampir thor
Eva Nietha✌🏻
Ampun deh banjir😭
Eva Nietha✌🏻
Sebel ihhh sama bayu 😔
Eva Nietha✌🏻
Nah ketemu deh smua
Ummu Faliha
Luar biasa
altanum
alurnya lain daripada yg lain
tapi yg bikin seneng tetep hepi ending.makasih thor ud kasih bacaan yg bagus.terus semangat berkarya...♥️♥️
Nur Halima
Luar biasa
Nur Aini
sy baca 2x novel ini,tetep aj mewek
Raja Rosnenty
Luar biasa
Sri Wahyuni
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!