Terlahir dari keluarga kaya raya dan memiliki bakat yang terlalu sempurna bukannya membuat hidup Loren berjalan mulus, justru karena kelebihannya dia membuat sepupunya menjadi iri hingga membuang Loren ke luar negeri.
Semua orang mengejek dan menghindarinya karena tubuhnya yang gemuk dan kotor sebab dia berakhir menjadi gelandangan di luar negeri.
Namun tak disangka, ketika dia mengalami kecelakaan dan berpikir akan mati, ternyata dia malah dipertemukan dengan CEO kejam yang malah membantunya merubah takdirnya.
Bagaimanakah perubahan takdir Loren? Yukkk baca..!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#19. Pria itu semakin mendekat
Seperti biasa, suasana hening di dalam mobil menghiasi perjalanan Christian dari kantor menuju kediamannya.
Pria itu selalu bersikap tenang, dia hanya akan berbicara jika ada sesuatu yang penting.
Dia tidak menyukai berisik, mendengarkan musik pun mungkin pria itu tidak pernah melakukannya kecuali kalau dia mendengarnya secara kebetulan.
"Hmm...!" Suara Cristian yang berat mengandung beban tiba-tiba terdengar membuat Ransi langsung menoleh ke arah Cristian dan melihat pria itu sedang tertunduk memijat keningnya.
'Sepertinya trauma Tuan kembali lagi.' gumam Ransi yang jelas tahu setiap kali pria itu mendesah maka pastilah traumanya akan kambuh.
Pria itu segera menggunakan ponselnya mengirim pesan pada pengawal yang berjaga di rumah supaya mengurus Loren dengan benar.
'Maafkan saya Nona Loren tapi saya harus melakukan ini karena jika tidak, maka sayalah yang akan mendapat hukuman.' kata Ransi dalam hatinya sembari pria itu menahan degupan jantungnya yang sangat kencang.
Dia terlalu takut kalau Loren sampai dibunuh oleh Ransi. Jika Loren seorang pria maka dia tidak terlalu takut seperti ini karena seorang pria masih bisa bertarung dengan Christian untuk mempertahankan nyawanya. Tapi seorang perempuan...?
Akhirnya sesuai dugaan Ransi, ketika mereka tiba di kediaman Christian Balthasar, Christian segera membuka pintu mobil dan berjalan dengan sangat terburu-buru.
Ransi mengejarnya dan pria itu tidak berani menggunakan lift bersama Christian, jadi Ransi hanya berlari menaiki tangga hingga Dia tiba di depan ruangan mana Loren telah dikurung.
Ketika pria itu tiba, dia sudah tidak melihat Christia. Hanya ada dua orang pengawal yang berjaga di sana.
"Bagaimana dengan nona Loren?" Tanya Ransi dengan nafas tersengal karena dia kelelahan setelah berlari menaiki tangga.
"Saya sudah mengunci kamarnya dan membiarkan Nona Loren tetap berada diluar sesuai dengan perintah Tuan." Jawab sang pengawal dengan wajah datarnya.
"Hah.. Aku harap dia baik-baik saja." Kata Ransi dipenuhi rasa bersalah hingga pria itu segera duduk di lantai sembari bersandar pada dinding.
Baru beberapa detik Ransi duduk ketika suara Christian yang berkoar-koar sudah terdengar dari dalam ruangan.
Ransi langsung mengangkat wajahnya yang sedikit pucat menatap pintu ruangan yang tertutup rapat.
"Dewa mana pun, kali ini saja tolong buat lah keajaiban untuk Nona Loren." Ucap Ransi dipenuhi rasa bersalah.
Sementara di dalam ruangan, Loren mengintip dari tempat ia bersembunyi saat Christian mulai membanting barang ke lantai.
'astaga! Mengapa dia memulainya dari sisi itu?' Loren merasa sangat cemas karena Christian meraih barang yang dekat dengan lukisan ayahnya.
Kalau dia tidak segera bertindak maka hanya dalam beberapa detik kedepan lukisan ayahnya akan menjadi korban keganasan Christian.
'Ini demi ayah!' kata Loren dalam hatinya sembari berdiri dan dengan kaki gemetaran melangkah mendekati Cristian.
Christian yang terlalu fokus menghancurkan barang tidak menyadari kehadiran Loren sampai Loren mengeluarkan suara.
"Kalau kau butuh tempat untuk melampiaskan kekesalan mu kau bisa bercerita padaku." Ucap Loren sembari mengepal kuat tangannya, dia tidak yakin kalau dia bisa seberuntung kejadian sebelumnya.
Keringat dinginnya tercurah di keningnya ketika Christian berbalik ke arahnya dengan mata memerah dan urat-urat pria itu tampak jelas di leher dan keningnya.
'Tuhan, lindungilah aku,,' ucap Loren dalam hatinya yang merasa ngeri melihat keadaan Christian.
"Butuh pelukan?" Ucapnya dengan suara gemetaran karena dia terlalu takut.
"Kemarilah," lagi kata Loren ketika melihat Christian hanya diam saja di tempatnya.
Detik berikutnya Loren menahan nafasnya ketika pria itu berjalan dengan mantap kearahnya dengan tangan terkepal kuat seakan siap memukul Loren.
"Aku hanya menawarkan pelukan bukan hal lainnya." Ucap Loren memundurkan kakinya yang terasa melemas karena ketakutan yang menjalar ke seluruh tubuhnya.
Pria itu semakin mendekat!
Christian tidak akan tutup mata.