Hay gaes, penasaran kan sama cerita Dave dan Vera yang tiba-tiba menikah.
Sebelum kalian membaca cerita ini, ada kalanya kalian membaca ceritaku yang judulnya "Partner Ranjang Om Duda"
Dave William Pratama, Putra tunggal dari keluarga Pratama, nasib percintaan tidak semulus seperti wajahnya.
Mencintai sahabatnya yang bernama Zena, membuat Dave harus menikahi Vera, adik tiri dari Zena.
Kecelakaan yang menimpa ibunya, telah merengut nyawa keluarga Vera, membuat Vera terpaksa menikah dengan Dave.
Verania Putriani, wanita cantik yang usianya baru menginjak 20 tahun. Sebagai mahasiswa yang terpopuler di kampusnya, banyak yang mengagumi kecantikannya, dia merupakan kekasih dari Putra Cort Wilson.
Di saat malam pertamanya dengan Dave, Vera justru pingsan dan dinyatakan keguguran.
Amarah, kebencian, sangat jelas tercetak di raut wajah Dave.
Yuk, simak ceritanya. Cerita ini khusus aku buat di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gustikhafida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19
"Hai Nyonya!" pekik Excel kesusahan membawa barang belanjaan milik Vera.
Langkah Vera terhenti saat mendengar ucapan seseorang yang tidak asing di telinganya.
"Bi, bantu aku bawa belanjaan milik Nyonya," titah Excel memberikan beberapa kantong belanjaan pada Bi Tuti.
"Baik Den," ucap Bi Tuti mengambil beberapa kantong belanjaan yang cukup banyak.
"Hari ini sangat melelahkan Bi, tapi bersyukur yang sudah mempunyai istri. Ada yang bisa memijat seluruh tubuh suaminya agar lelahnya hilang, bila perlu pijatnya pake plus plus," sindir Excel membuat Dave menghentikan langkahnya dan menatap tajam Excel. Tak sengaja Vera pun sama melakukan hal seperti itu. Dia yang sedang berjalan menuju pria tampan yang diketahui supir suaminya pun melotot tajam.
"Sangat cocok bukan. Bahkan langkah dan mata mereka menatap tajam padaku. Aku memang selalu benar jika berbicara," sindir Excel tertawa pada Bibi.
Deg!
'Mata dan langkah?' batin Vera dan Dave bersamaan Mereka saling menoleh dan kedua pasang mata akhirnya benar-benar bertemu dan saling menatap.
Tak ingin terhanyut suasana, Dave menaiki anak tangga lagi meninggalkan Excel dan lainnya di lantai dasar.
"Ini semua punyaku Mas?" tanya Vera saat melihat beberapa paper bag berukuran besar.
"Iya Nyonya, semua ini milik Nyonya. Apa Nyonya mau membantuku untuk membawa semua ini ke kamar Nyonya?" tanya Excel yang di setujui Vera.
"Boleh, tapi sebelumnya aku harus mengecek semua pakaian ini sesuai dengan seleraku atau tidak," jawabnya mengambil satu paper bag dan membukanya, "I-ini pakaian apa? Kenapa semuanya seperti ini?" tanya Vera saat melihat semua pakaian di dalam paper bag yang berisi kaos lengan panjang, "Siapa yang memilihkannya? Aku harus protes. Bukankah aku sudah bilang pada bodyguard itu, biar aku saja yang membeli pakaianku, selera setiap orang berbeda-beda," gerutu Vera meletakkan semua pakaian itu di sofa.
'Ish, aku baru tahu sikap asli dari istrimu Dave, aku tak terima pilihanku di hina. Sudah bagus, aku mau menemani dan memilihkan pakaian untuk istrimu, tapi lihat ... aku justru mendapatkan hinaan dari mulut istrimu. Lebih baik tadi aku mengiyakan ucapan Lord, suruh dia membeli pakaiannya sendiri,' batin Excel menahan kesal.
"Saya yang memilihkan semua pakaian ini Nyonya. Dan itu semua atas perintah Tuan Dave," jawab Excel membuat Vera menganga.
"Kalian membeli semuanya berdua? Tapi, kata bodyguard penjaga pintu kamar, sekertaris Mas Dave yang mau membelikan pakaian untukku. Pantas saja jika kalian yang membelikannya, semua pria memang tidak bisa menebak selera setiap wanita," kesal Vera menjatuhkan bokongnya di sofa, "Aku tidak mau memakai pakaian seperti ini. Apa kata teman-teman kampusku yang baru, mereka semua bisa menggejekku karena pakaianku norak," sambungnya lagi membuat Excel menjatuhkan semua paper bag itu dan menghampiri istri dari sahabatnya.
"Nyonya, asalkan Nyonya tahu. Kami berdua sudah susah payah memilih pakaian ini untuk anda. Apa anda tidak bisa sedikit saja menghargai dan menerima semua pakaian ini. Dan untuk sekertaris Tuan Dave adalah saya. Jika anda tak suka dengan semua barang-barang ini, anda bisa mengajukan protes pada Tuan!" tekan Excel kesal, "Atau begini saja, saya yang akan menemui Tuan dan berbicara semuanya tentang anda tidak menyukai pakaiannya!" ketus Excel berjalan menuju tangga.
Mendengar kata 'Tuan' wajah Vera tiba-tiba pucat. Membayangkan perlakuan suaminya semalam membuatnya enggan mencari masalah baru.
"Jangan, jangan. Aku menerima semua pakaian ini hehehe. Aku hanya bercanda Mas sekertaris. Maafkan aku, seharusnya kamu tahu jika aku sedang bercanda," ucap Vera menghampiri Excel lalu menepuk pundaknya berulang kali, "Jangan marah, lain kali aku tidak akan bicara seperti itu," sambung Vera menampilkan deretan gigi putihnya yang rapih.
'Mati aku, aku bisa di makan hidup-hidup dengan pria jahat itu. Tak apalah dibelikan pakaian tertutup oleh mereka. Daripda aku harus memakai pakaian yang sama dalam seminggu. Kan malu,' batin Vera menarik tangan yang sedang menepuk pundak sekertaris suaminya, "Ya sudah. Ayo tolong aku, bawa semua pakaian ini ke kamar," titahnya lagi.
'Dave istrimu memang menyebalkan, tapi seketika mendengar namamu. Istrimu berubah menjadi menggemaskan,' batin Excel memutar tubuhnya dan mengambil paper bag yang dia jatuhkan ke lantai.
"Ayo Bi, biar aku bawa yang sudah di acak-acak," titah Vera mengambil paper bag di sofa.
Akhirnya mereka semua berjalan menaiki satu persatu anak tangga dan berhenti di depan pintu kamar istri dan Tuan mudanya.
"Lord, buka pintunya. Tuan sudah di dalam kan?" tanya Excel membuat Lord membuka pintu kamar Dave.
"Sudah, baru saja Tuan masuk ke kamar. Biar saya bantu?" ucap Lord mendapat gelengan dari Excel.
"Tidak usah. Tugasmu menjaga pintu ini agar tidak pergi, biar kami saja," jawab Excel masuk ke kamar bossnya.
Setelah Excel masuk ke kamar sahabatnya, dia meletakkan semua paper bagnya di atas sofa, "Dave, pekerjaanku sudah beres. Kalau begitu aku pulang," ucap Excel berjalan menghampiri Dave yang berada di tepi ranjang.
"Makan malamlah di sini," ujar Dave, "Setelah itu, kita membahas kasus penggelapan dana itu," sambungnya lagi.
"Tidak bisa, aku tidak mau mengganggu waktu kalian berdua. Apalagi dengan status kalian yang pengantin baru," bisik Excel, lalu menarik nafasnya dalam-dalam dan membuangnya secara kasar, "Huh! Aku harap malam ini akan turun hujan yang deras agar sepasang pengantin ini bisa leluasa bermesraan," ucap Excel membuat Dave menendang kaki sahabatnya.
"Pergilah, dan jangan kacaukan moodku. Bisa-bisa aku memasukkanmu ke lubang harimau yang berada di--"
"Jangan brother, kau tahukan aku belum menikah. Bagaimana bisa aku mati sebelum menikah, kasihan kedua orang tuaku yang sudah susah payah membesarkanku tapi setelah itu tidak mempunyai generasi barunya," timpal Excel cepat.
"Pergilah, aku mau mandi dan menyiapkan diriku untuk--"
"Aku tahu, aku tahu ... tidak usah di bicarakan aku sudah tahu," goda Excel berlari menghalangi tendangan maut dari sahabatnya.
"Mau kemana hah! Kembali kesini!" pekik Dave saat melihat sahabatnya berlari bersembunyi di belakang tubuh ketua pelayan dan Vera.
"Maafkan aku Dave, aku becanda. Sungguh! Jangan dimasukkan hati hahaha ...," tawa Excel pecah saat melihat wajah Dave merah, "Jangan Dave, jangan mendekat. Atau aku akan--" sambung Excel yang bersembunyi di balik tubuh Vera.
"Apa? Mau apa!" kesal Dave menghampiri sahabatnya.
Vera yang melihat suaminya mendekat kearahnya pun bingung. Dia tidak mau menjadi pelampiasan suaminya.
"Mas, Mas jangan mengumpat di belakangku. Bagaimana jika Mas Dave memarahiku," bisik Vera menepis tanga Excel dari pundaknya.
"Bi, tolong aku," ucap Vera berlari bersembunyi di belakang ketua pelayan agar Excel dapat keluar dari persembunyiannya.
Tak disangka, Excel justru tetap bersembunyi di belakang tubuh Vera membuat Vera dan Bi Tuti menelan salivanya susah.
Bersambung😘
ya bagus sih ceritanya. walaupun berkutat di peran utama nya aja. 👍