STOP PLAGIAT!!
Kisah Seorang gadis 23 tahun bereinkarnasi menjadi tokoh antagonis dalam novel kesayangannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anviqi Park, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 17. Duo C bersatu
-o0o-
Sudah tiga hari sejak kedatangan dua pria berwajah malaikat tersebut ke pusat kota. Menginap di penginapan kecil namun berfasilitas lengkap, semua berkat keahlian Conan dalam merayu pemilik dengan serangan 'puppy eyes' nya mereka mendapatkan potongan setengah harga plus makanan gratis.
Awalnya mereka saling canggung sampai dimana Conan merengek bosan dan Chaiden terpaksa menuruti kemauannya untuk sekedar jalan-jalan atau berbelanja. Entah bagaimana bisa mereka seketika menjadi akrab walaupun Chaiden masih sedingin es batu.
Terik sinar matahari amat terasa panasnya buat siapa saja harus rela mandi keringat. Setelah menyelesaikan tugas dengan menginterogasi salah seorang pedagang gelap yang menguras tenaga karena tak kunjung mengaku, akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak di bawah pohon tepat di samping air mancur taman.
"Kenapa panas sekali, rasanya mau mati saja".
"Berhenti merengek seperti anak kecil, kau membuatku malu". Ucap Chaiden menendang kaki Conan kesal. Bagaimana tidak sejak tadi semua orang yang lewat menatap mereka dengan wajah berbinar apalagi saat mendengar suara manja Conan.
"Kaki ku pegal, otak panas, tubuh berkeringat, Aaaaa~ ChaCha belikan aku minuman dingin~".
"Kau baru berjalan sebentar, dasar manja. Pergi beli sendiri dan berhenti memanggilku seperti itu, menggelikan!!!".
"Memangnya apa yang salah dengan ChaCha? Aku yakin Yang Mulia juga akan memanggilmu seperti itu".
Fix Chaiden sudah malas meladeni jiwa aneh Conan, walaupun begitu dia tetap membiarkan manusia imut itu mengeluarkan segala keanehannya karena sejujurnya Chaiden merasa terhibur tanpa berani memperlihatkannya.
"Oh ya kita sudah cukup mendapatkan informasi yang diminta Yang Mulia, siapa sangka bisa secepat ini. Lalu apa kita akan kembali sekarang?".
Chaiden menggeleng. "Kita harus menemui satu orang lagi".
"Maksudmu 'Si Penyihir Kelinci' itu? Tapi kan keberadaanya tidak diketahui".
"Tidak semesterius itu, kau sebaiknya selalu peka terhadap lingkungan sekitar daripada menjadi penarik perhatian yang menyebalkan".
"Cih kejam sekali, memangnya siapa yang membuat kita bisa menginap dengan harga murah namun pelayanan mewah". Balas Conan sembari mempoutkan bibirnya.
"Sudahlah, ikut saja".
"Tunggu aku". Seru Conan berlari mengikuti Chaiden memasuki pasar.
Kening Conan berkerut saat menyadari jika pria es batu berwajah rata bak siap di amplas ini membeli topeng hewan berbentuk tupai dan burung hantu lengkap dengan jubah coklat.
"Hmm ChaCha kita mau apa dengan semua ini?".
"Pakai dan ikuti aku".
Masih dengan seribu pertanyaan dan dugaan bahwa Chaiden tertular sindrom 'keanehannya' sebisa mungkin ia kesampingkan dan memilih menurutinya.
Selama lima menit mereka berjalan melewati ratusan manusia hingga sampailah di gang kecil memiliki tangga turun menuju sebuah pintu berwarna hitam.
Samar-samar mereka mendengar suara musik dari balik pintu dan suara tersebut semakin jelas saat mereka berhasil masuk.
Sebuah bar. Itulah yang terlintas di benak kita saat melihat situasi saat ini, ada yang minum-minum, menari, dan menonton tarian gadis penghibur berbaju minim. Para gadis menggoda dengan lirikan dan rayuan manis saat menyadari keberadaan Chaiden dan Conan, apalagi dua pria ini terlahir dengan wajah nyaris sempurna.
Conan yang masih awam dengan itu semua menganga kaget sampai Chaiden merangkulnya mendekat.
"Tetap tenang jangan jauh-jauh dariku". Bisik nya yang dibalas anggukan oleh Conan.
Tidak ada yang sadar jika dizaman ini semua orang mengenakan pakaian tertutup bahkan para gadis bangsawan menggunakan gaun panjang, di sini semua orang nyaris tidak berpakaian. Wajar saja tempat itu terasa amat jauh dan sulit di deteksi publik. Ternyata di ramainya tempat umum terdapat satu sisi kegelapan yang tersembunyi dengan baik.
Chaiden mendekati meja bar dimana bartender sedang membuat minuman, pria berkemeja hitam itu menyambut kedatangan mereka dengan ramah.
"Selamat datang, aku belum pernah melihat kalian sebelumnya. Orang baru ya?".
"Begitulah, aku sudah lama mau ke sini tapi baru bisa sekarang". Balas Chaiden dengan tenangnya.
"Sangat kelihatan karena teman dibelakangmu terlihat canggung sekali".
"Abaikan saja dia, oh ya aku ingin bertemu dengan bos mu".
"Hmm sayang sekali bos sedang berada di luar dan dia akan kembali besok lusa".
Chaiden mengangguk. "Kalau begitu kami akan minum jadi tolong buatkan dua gelas JUS WORTEL".
Baik Conan maupun si bartender itu terdiam, bukanya kenapa tapi pesanan Chaiden sama sekali tidak terdaftar di menu besar tepat di atas kepala mereka. Pria bertahi lalat di samping bibirnya itu seketika berwajah lembut membungkuk sopan sedangkan Chaiden masih dengan kedatarannya.
"Silahkan lewat sini tuan-tuan". Ucapnya sembari mengiring ke pintu belakang yang terhubung dengan taman kecil.
Di sudut tepat bawah pohon terdapat pintu besar berada di atas tanah, perlahan pria itu membukanya meminta sang tamu untuk mengikutinya.
Setelah menuruni tangga dan melewati dua lorong akhirnya mereka sampai di satu pintu kayu berlambang seekor kelinci.
"Silahkan masuk, tuan berada di dalam". Chaiden dan Conan masuk sesaat setelah pria bartender membukakan pintu
Betapa kagetnya mereka melihat luasnya ruangan yang tepatnya bisa disebut dengan taman karena adanya rumput dan pepohonan kecil, bukan hanya itu ratusan kelinci berlarian kesana-kemari dengan santainya.
"Sepertinya kalian menyukai rumahku". Seru sebuah suara membuat Chaiden dan Conan sontak berbalik.
"Kau..".
-o0o-
Di istana Freya sedang berjalan menuju kamarnya setelah menemani Ray sampai tidur. Para pelayan membantunya mandi dan berganti pakaian sampai dengan satu kali lompatan Freya berada di atas ranjang.
"Astaga tubuhku rasanya mau remuk".
"Yang Mulia besok anda harus menghadiri acara kedewasaan di aula utama". Ucap Morgan pria tua dengan satu kacamata melekat di mata kanannya.
"Lalu anda akan ditemani oleh salah seorang selir karena Baginda Arthur belum kembali".
"Apa? Haruskah? Tapi kan mereka semua tidak ada di istana, bahkan Chaiden dan Conan pergi ke pusat kota".
"Untuk itu anda tenang saja, selir Adam dan selir Hugo akan sampai sebelum pesta dimulai".
"Kalau begitu suruh Hugo menemaniku karena Adam tidak suka tampil di depan orang banyak".
"Sayangnya mereka berdua bersedia sebelum aku mengatakannya".
"WHAT??".
Sejak kapan? Adam pria tampan yang memiliki pribadi introvert bahkan dulu sebelum dirinya berada di tubuh Freya, pria itu selalu menolak permintaan Freya untuk menghadiri pesta manapun atau bahkan sekedar menemaninya pergi ke pusat kota.
Hugo? Dia itu sangat populer dan baik kepada semua orang khususnya perempuan. Memiliki bakat menaklukan hati lawan jenis hanya dengan mengedipkan mata. Gelar play boy begitu melekat pada dirinya walaupun begitu banyak yang menginginkan mendapatkan perhatiannya.
Perbedaan dari keduanya adalah sifat, jika Adam cuek maka Hugo (terlampau) ramah. Adam ahli fisika jadi dirinya selalu mengutamakan logika sedangkan Hugo seorang Assassin jadi tidak penting baginya sebuah logika untuk sebuah kesenangan.
Dan kali ini Freya dikejutkan dengan fakta bahwa pria seperti Adam bersedia menemaninya ke pesta kedewasaan yang mayoritas dipenuhi oleh perempuan. Jika itu Hugo maka dia akan beranggapan berada di surga lalu Adam-- entahlah.
"Kalau begitu siapkan segala keperluan mereka dan juga panggilkan Callista sebelum dia berakhir menjadi 'mainan' Ray".
"Baik Yang Mulia". Morgan pergi meninggalkan Freya yang masih dilanda kebingungan.
"Semoga saja semua baik-baik saja". Pasrahnya menenggelamkan wajah pada bantal putih nan empuk.
aku suka..
semangatt sllu yah