Andra dan Trista terpaksa menikah karena dijodohkan. Padahal mereka sudah sama-sama memiliki kekasih. Pernikahan kontrak terjadi. Dimana Andra dan Trista sepakat kalau pernikahan mereka hanyalah status.
Suatu hari, Andra dan Trista mabuk bersama. Mereka melakukan cinta satu malam. Sejak saat itu, benih-benih cinta mulai tumbuh di hati mereka. Trista dan Andra terpaksa menyembunyikan kedekatan mereka dari kekasih masing-masing. Terutama Trista yang kekasihnya ternyata adalah seorang bos mafia berbahaya dan penuh obsesi.
"Punya istri kok rasanya kayak selingkuhan." - Andra.
"Pssst! Diam! Nanti ada yang dengar." - Trista.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 18 - Terbuka Segalanya
Setelah memastikan Tika ada di kamar, Trista pergi memeriksa cctv di rumahnya. Dari rekaman cctv dia bisa tahu dimana saja Tika menyembunyikan kamera kecilnya.
"Oke, di sana kau meletakkannya." Trista mencoba mengingat titik buta kamera yang diletakkan oleh Tika. Ia segera menemui Andra yang sedang ada di kamar mandi.
"Kau sudah mandi?" tanya Trista sambil menempelkan telinga ke depan pintu. Namun pintu mendadak terbuka. Andra terlihat telanjang bulat dengan senyuman nakalnya.
Trista menutup mulutnya cepat-cepat, karena nyaris saja dia berteriak. "Anjir! Kau kenapa bugil begitu coba!" protesnya.
"Dih! Pakai berlagak kaget segala. Bukannya sekarang kita udah terbuka tentang segalanya?" tanggap Andra santai.
"Kau ternyata gila juga ya!" timpal Trista sambil mengambil handuk, dan melilitkannya ke pinggang Andra.
"Kau memangnya mau ngomong apa? Udah jelas aku lagi mandi," ujar Andra.
"Ini tentang Tika. Dia meletakkan kamera tersembunyi di rumah kita. Aku ingin kau mengingatnya karena lewat kamera itu, Regan pasti mengawasi kita!" kata Trista.
Andra memutar bola mata jengah. Ia tak menyangka Trista lagi-lagi membicarakan perihal Regan. Menurutnya wanita itu kena tipu. Mungkin saja Regan berpura-pura mengaku bos mafia agar bisa terus menjerat Trista.
"Kau masih membahas perihal tentang pacar bos mafiamu itu?" tukas Andra.
"Ya?" Trista mengerutkan dahi.
"Tris, kenapa kau langsung percaya? Bisa saja Regan membohongimu. Dia hanya ingin membuat kau terus terikat dengannya," ucap Andra.
"Kau pikir aku langsung percaya saat dia mengaku kalau dia bos mafia? Enggak, Dra! Tapi dia bisa membuktikan. Dia punya markas dan anak buah yang banyak! Aku tahu markas rahasianya!" ungkap Trista.
"Oke, kalau begitu beritahu aku dimana tempatnya. Aku ingin memastikan!"
"Kau yakin? Kau mau memeriksanya?"
"Aku akan membayar orang untuk memeriksanya."
Trista memicingkan mata. Dia sedikit ragu. Namun dirinya memilih memberitahu karena ingin membuktikan kalau Regan memang bos mafia.
Setelah itu, Trista ingin keluar dari kamar mandi. Tapi Andra sigap memegangi tangannya.
"Mau ikut mandi?" tanya Andra.
"Astaga... Apa semalam masih tidak cukup?"
"Apa itu cukup bagimu? Jujurlah, Tris. Nggak baik kalau masalah sek-s kita nggak jujur. Kejujuran adalah hal penting," ujar Andra sok bijak.
Wajah Trista memerah. Karena pada kenyataannya satu malam tadi memang belum cukup untuknya. Namun Trista lebih memilih berkata, "Pikir aja sendiri!"
Andra terkekeh sambil geleng-geleng kepala. Istrinya itu jinak-jinak merpati, dan itu membuatnya jadi tambah suka. Andra lalu melemparkan handuk ke arah Trista dan mengenai kepala sang istri.
"Andra!" Trista tertawa geli dan segera keluar dari kamar. Namun betapa kagetnya dia saat melihat Tika sudah berdiri di depan pintu seraya memegang sapu.
"Aku sudah mulai bekerja, Mbak..." kata Tika. Jujur saja, Trista merasa kalau gerak dan cara bicara Tika seperti robot. Akan tetapi Tika memiliki tatapan seperti seorang psikopat. Membuat bulu kuduk Trista sesekali merinding saat melihatnya.
"I-iya... Teruskan..." sahut Trista kikuk. Dia benar-benar harus berhati-hati sekarang. Tika pasti akan melapor pada Regan kalau Trista keluar dari kamar Andra. Trista hanya berharap Tika tidak mendengar pembicaraan mereka di kamar mandi tadi.
...***...
Andra sudah tiba di kantornya. Entah kenapa dia selalu kepikiran mengenai info kalau Regan adalah bos mafia. Karena penasaran, Andra menyuruh sekretaris pribadinya untuk mencari preman bayaran.
"Preman, Bos? Mau apa Bos nyari preman?" tanya Nadi.
"Ini masalah pribadi! Pokoknya cari saja!" jawab Andra.
"Baik, Bos!" sahut Nadi. Sebagai bawahan, dia tak punya pilihan selain menurut.
Hanya butuh waktu beberapa jam, Nadi berhasil menemukan seorang preman pasar dan membawanya ke kantor untuk bertemu Andra. Kini preman bernama Joe itu melangkah masuk ke kantor Andra. Badannya tinggi, kekar, kepalanya pelontos dan dihiasi tato ular.
"Ini, Bos. Namanya Joe," imbuh Nadi memperkenalkan.
"Halo, Joe. Aku Andra. Sekarang kau boleh keluar, Nadi..." Andra melirik Nadi.
Nadi sebenarnya penasaran dan ingin mendengar apa yang akan dilakukan Andra pada Joe. Tapi karena disuruh keluar, dia tidak bisa mengetahuinya.