NovelToon NovelToon
Bunga Plum Diatas Luka

Bunga Plum Diatas Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Balas Dendam / Action / Romantis / Obsesi
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: NurfadilaRiska

Dibawah langit kerajaan yang berlumur cahaya mentari dan darah pengkhianatan, kisah mereka terukir antara cinta yang tak seharusnya tumbuh dan dendam masa lalu yang tak pernah padam.

Ju Jingnan, putri sulung keluarga Ju, memegang pedang dengan tangan dingin dan hati yang berdarah, bersumpah melindungi takhta, meski harus menukar hatinya dengan pengorbanan. Saudari kembarnya, Ju Jingyan, lahir dalam cahaya bulan, membawa kelembutan yang menenangkan, namun senyumannya menyimpan rahasia yang mampu menghancurkan segalanya.

Pertemuan takdir dengan dua saudari itu perlahan membuka pintu masa lalu yang seharusnya tetap terkunci. Ling An, tabib dari selatan, dengan bara dendam yang tersembunyi, ikut menenun nasib mereka dalam benang takdir yang tak bisa dihindari.

Dan ketika bunga plum mekar, satu per satu hati luluh di bawah takdir. Dan ketika darah kembali membasuh singgasana, hanya satu pertanyaan yang tersisa: siapa yang berani memberi cinta di atas pengorbanan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurfadilaRiska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Senyum Yang Menghangatkan

Angin pagi menyapu lapangan latihan Junwei Jun dengan lembut, membawa sisa aroma hujan dan tanah basah dari hutan Longfeng. Cahaya matahari menembus kabut tipis, jatuh di atas bendera-bendera militer yang berkibar pelan, seolah menyaksikan kisah yang perlahan terjalin—kisah tentang disiplin dan kelembutan, tentang senyum dan dendam, tentang hati yang mulai goyah tanpa izin.

“Cepat ganti pakaian itu, dan letakkan kembali di tempatnya,” ucap Jingnan dengan suara tegas, menatap Mei Yin yang masih berdiri bangga dengan pakaian jenderal wanita yang tentunya milik Jingnan.

“Tapi jie! Aku masih mau menjadi jenderal wanita!” protes Mei Yin, mengangkat dagunya penuh percaya diri.

Jingnan menghela napas pelan. Tanpa berkata apa pun, ia mengeluarkan buah-buahan segar dari balik jubahnya— beberapa buah langka dari hutan Longfeng yang masih segar dan harum.

“Kalau tidak segera diganti,” katanya datar, “buah ini untuk siapa ya?”

“Eh—eh!! Ini milikku, jie!”

Dengan gerakan cepat, Mei Yin merebut buah itu dari tangan Jingnan, dan wajahnya langsung berseri.

“Aku akan segera menggantinya, hehehe~”

Ia berlari pergi sambil menggigit buah itu dengan puas, meninggalkan tawa kecil yang menggema di halaman kamp.

Jingyan menatap kepergian Mei Yin, lalu melirik Jingnan. Tanpa berkata apa-apa, keduanya saling tersenyum—senyum tipis yang hanya muncul ketika menghadapi tingkah Mei Yin.

Ling An ikut tersenyum kecil, namun senyumnya bukan tertuju pada Mei Yin, melainkan pada dua saudari itu. Pemandangan yang sederhana, tapi entah mengapa terasa hangat… terlalu hangat bagi hatinya yang seharusnya dingin.

Saat Jingnan menyadari tatapan Ling An, senyumnya langsung menghilang.

“Aku akan kembali ke kamar,” ucapnya cepat, nyaris terburu-buru.

“Umm,” Jingyan mengangguk pelan.

Jingnan segera pergi, meninggalkan Jingyan dan Ling An.

“Ling An, aku juga akan ke kamarku dulu. Nanti aku periksa lukamu lagi,” ucap Jingyan sambil tersenyum.

“Tidak perlu, Putri. Aku bisa sendiri,” jawab Ling An lembut.

“Ling An, berhenti memanggilku putri. Panggil saja ak—”

“Jingyan,” Ling An memotongnya pelan sambil tersenyum.

“Baiklah, Jingyan.”

Wajah Jingyan langsung merona.

“Y-ya sudah, aku pergi dulu,” ucapnya cepat, sebelum berbalik meninggalkan Ling An. Senyum manisnya terpancar begitu indah, jantungnya berdetak lebih cepat dan Entah sudah berapa kali Ling An tersenyum padanya hari ini.

Sementara itu, Ling An masih berdiri di tempat, menyunggingkan senyum tipis, menatap punggung Jingyan yang perlahan menjauh.

................

Matahari pagi yang perlahan menjelang siang menembus sela-sela dedaunan hutan Longfeng, memantulkan cahaya keemasan di atas tanah yang masih basah oleh embun dan sisa hujan semalam. Di lapangan terbuka Kamp Militer Junwei Jun, denyut kehidupan mulai terasa kembali. Denting besi, derap langkah, dan suara tarikan napas prajurit memenuhi udara. Hari yang sama setelah kembalinya mereka dari hutan Longfeng kini berlanjut, seolah malam penuh hujan dan kehangatan di dalam gua hanyalah mimpi yang tersimpan diam-diam di hati masing-masing.

Setelah mengganti pakaian yang semalam masih lembap, Jingnan kini berdiri tegak di tengah lapangan. Rambutnya terikat rapi, hanfu militernya terpasang sempurna, dan wajahnya kembali dingin—wajah seorang jenderal Junwei Jun yang disegani. Aura ketegasan menyelubungi tubuhnya, membuat para prajurit yang terlambat bangun pagi itu bergegas berkumpul tanpa berani menunda satu detik pun.

Busur dan panah berada di tangan mereka. Kepala mereka tertunduk hormat.

“Kalian datang ke sini bukan untuk bermalas-malasan!” suara Jingnan menggema keras.

“Jika besok masih bangun terlambat, maka hukumannya akan lebih berat!”

“Mengerti, Jenderal!!” jawab para prajurit serempak.

Tanpa ampun, Jingnan menunjuk lapangan.

Para prajurit yang terlambat segera berlari mengelilingi lapangan sebagai pemanasan—namun Jingnan menambahkan hukuman.

“Tambahan lima puluh putaran!”

Keluhan tertahan terdengar, namun tak satu pun berani membantah.

Di barisan lain, seorang prajurit berbisik pelan pada Qingshan.

“Aura Jenderal Jingnan kenapa hari ini makin menakutkan…?”

Qingshan menatap lurus ke depan.

“Sudah diam. Kalau sampai terdengar, kita ikut dihukum.”

“Sst…diam jenderal mendekat,” gumam prajurit lain panik.

Latihan pun dimulai.

Lapangan berubah sunyi, hanya terdengar suara tarikan busur dan hembusan napas teratur. Jingnan berjalan di antara barisan, langkahnya mantap, sorot matanya tajam.

“Tenang! Fokus!”

“Ingat, setiap gerakan kalian menentukan hidup atau mati kalian di medan perang!”

Suaranya menggema, membuat para prajurit menegakkan punggung. Jingnan menghentikan langkah di depan seorang prajurit, membetulkan posisi kaki dan tangan.

“Lengan harus lurus. Panah sejajar dengan mata. Tarik busur dengan kekuatan stabil—jangan gegabah!”

Ia mengambil busur, menariknya dengan satu tarikan sempurna.

Swish!

Panah melesat dan menancap tepat di tengah sasaran.

Tatapan kagum dan gentar menyelimuti wajah para prajurit.

“Ulangi!”

“Jangan setengah-setengah! Panah ini bukan mainan!”

Nada suaranya keras, namun di baliknya tersimpan kepedulian. Jingnan tahu, kesalahan kecil di medan perang berarti kematian.

Di sisi lapangan latihan, Jingyan duduk di atas bangku kayu, sepasang matanya berbinar mengamati kakaknya. Setiap kali Jingnan melirik ke arahnya, Jingyan membalas dengan senyum lembut—tersirat rasa bangga melihat ketegasan dan kecakapan Jingnan memimpin para prajurit.

Tak jauh dari Jingyan, Ling An duduk menemaninya. Sesekali tawa kecil terlepas di antara mereka saat seorang prajurit tersandung langkahnya atau ketika anak panah meleset dari sasaran. Kedekatan itu terasa alami; Ling An kerap berbicara pelan mengomentari tingkah para prajurit, dan Jingyan menanggapinya dengan senyum lembut atau helaan napas ringan, seolah tawa di antara mereka tak memerlukan suara.

Namun, di balik kebersamaan itu, pandangan Ling An tak pernah benar-benar lepas dari Jingnan. Gadis itu, dengan sikap dingin dan keteguhannya, tanpa sadar menyalakan kehangatan yang tak seharusnya ia rasakan lagi dan lagi. Ia mencoba mengalihkan mata, menenangkan hatinya, tetapi setiap kali Suara Jingnan terdengar atau memberi aba-aba, pandangannya kembali padanya.

Di antara bayang-bayang dendam yang lama bersemayam, benih cinta perlahan tumbuh—sunyi, terlarang, dan tak seharusnya ada.

1
Annida Annida
lanjut tor
Arix Zhufa
mampir thor
᥍hυׄnxıׂׅ' ᥍ ᵍᶠ › 🎀: Hi kak, makasii udah mampir💙💙💙
total 1 replies
Adis Suciawati
bagus kak
Adis Suciawati
beberapa lagi kakak kontrak nih kak
᥍hυׄnxıׂׅ' ᥍ ᵍᶠ › 🎀: iya kak💙
total 1 replies
Adis Suciawati
lala lama cinta akan datang sendiri nya
Adis Suciawati: ceritanya siga warga China ya kak
total 2 replies
Adis Suciawati
ini kasih nya seperti nama nama orang China ya ka
᥍hυׄnxıׂׅ' ᥍ ᵍᶠ › 🎀: betul kak, ceritanya juga memang china kak💙💙
total 1 replies
Adis Suciawati
bagus kak,kisah nya unik kak
Adis Suciawati: iya kak semoga kisah kita banyak peminat nya ya kak
total 2 replies
Mizuki : Bahriru Suraiya
Bagus kak mulai ada perkembangan 👍
semangat teruslah aku dukung🔥❤️
᥍hυׄnxıׂׅ' ᥍ ᵍᶠ › 🎀: Makasiii" 💙💙💙
total 1 replies
Mizuki : Bahriru Suraiya
mantap lah lanjutkan 💪, semangat terus author.
᥍hυׄnxıׂׅ' ᥍ ᵍᶠ › 🎀: Makasii yap💙💙
total 1 replies
Mizuki : Bahriru Suraiya
aku ngebayangin si Mei Yin🤣
᥍hυׄnxıׂׅ' ᥍ ᵍᶠ › 🎀: Mei Yin cantik" kelakuannya buat geleng-geleng😅
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!