NovelToon NovelToon
Cinta Atau Obsesi??

Cinta Atau Obsesi??

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Teen School/College / Crazy Rich/Konglomerat / Mafia / Romansa / Nikah Kontrak
Popularitas:231
Nilai: 5
Nama Author: nhaya

Kanaya hidup dalam gelembung kaca keindahan yang dilindungi, merayakan tahun-tahun terakhir masa remajanya. Namun, di malam ulang tahunnya yang ke-18, gelembung itu pecah, dihancurkan oleh HUTANG GELAP AYAHNYA. Sebagai jaminan, Kanaya diserahkan. Dijual kepada iblis.Seorang Pangeran Mafia yang telah naik takhta. Dingin, cerdik, dan haus kekuasaan. Artama tidak mengenal cinta, hanya kepemilikan.Ia mengambil Kanaya,gadis yang sepuluh tahun lebih muda,bukan sebagai manusia, melainkan sebagai properti mewah untuk melunasi hutang ayahnya. Sebuah simbol, sebuah boneka, yang keberadaannya sepenuhnya dikendalikan.
​Kanaya diculik dan dipaksa tinggal di sangkar emas milik Artama. Di sana, ia dipaksa menelan kenyataan bahwa pemaksaan adalah bahasa sehari-hari. Artama mengikatnya, menguji batas ketahanannya, dan perlahan-lahan mematahkan semangatnya demi mendapatkan ketaatan absolut.
Bagaimana kelanjutannya??
Gas!!Baca...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nhaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Demam tinggi

Artama pun mengabaikan jeritan kesakitan Kanaya yang memilukan dan segera mengambil tindakan.Seluruh pelatihan yang pernah ia dapatkan untuk menghadapi krisis darurat bisnis kini dialihkan untuk menyelamatkan gadis itu.Kepanikan di matanya tidak luntur, tetapi gerakannya menjadi cepat dan terarah.

"Tuan..Dokter belum mengangkatnya".Ucap Sofia.

​"Terus telepon,dan sambil mengambil handuk! Basahi dengan air dingin! Cepat!" raung Artama, lalu ia menoleh ke arah Kanaya.

​Ia tidak membuang waktu. Artama langsung mengangkat tubuh Kanaya, membawa gadis itu yang masih menjerit dan meronta-ronta karena luka bakar dan demam, menuju kamar mandi utama,karena kamar mandi di kamar Kanaya kecil.

​"Tolong,Kanaya, diam sebentar,Sayang!Aku akan bantu meredakan panasnya!" bisik Artama, mencoba menenangkan Kanaya meskipun ia tahu itu sia-sia.

​Begitu sampai di kamar mandi yang luas, Artama meletakkan Kanaya dengan hati-hati di lantai yang dingin. Ia meraih gaun safir yang menempel di kulit Kanaya. Gaun itu harus dilepas, secepatnya.

​"Maafkan aku," gumam Artama. Ia merobek gaun itu dari bahu hingga ke pinggang dengan gerakan cepat dan kasar, sama sekali mengabaikan nilai gaun tersebut.

​Setelah gaun itu terbuka, Artama dengan cepat membuka shower air dingin. Ia tidak bisa menunggu es. Air pun kini mengalir, Artama dengan hati-hati meletakkan kaki dan tangan Kanaya yang melepuh di bawah aliran air dingin.

"Artama ini sakit....".

​Kanaya menjerit lagi, kali ini campuran dari rasa dingin yang menyengat dan rasa sakit yang menusuk pada luka bakar.

Artama menahan pergelangan Kanaya dengan sangat kuat, memaksa gadis itu untuk tetap berada di bawah aliran air.

​"Tahan, Kanaya! Tahan! Hanya sebentar,Sayang! Ini akan membantu meredakan lukanya!" Artama kini berbicara dengan nada memohon. Wajahnya pucat, dan ia terlihat kacau, jauh dari citra Artama yang selalu sempurna.

Dan entah mengapa setiap Artama memanggilnya dengan panggilan 'sayang'.Rasa aman dan nyaman mulai menyelimuti Kanaya.Membuatnya sedikit demi sedikit mereda.

​Sementara Artama bergumul di kamar mandi, Sofia bergerak seperti kilat. Sambil menempelkan ponsel di telinganya dan berbicara cepat kepada dokter pribadi Artama.

​"Dokter Harun, ini darurat! Nona Kanaya mengalami demam tinggi,dan luka bakar serius tingkat satu dan dua di tangan dan kaki! Segera datang ke penthouse Tuan Artama!".

​Setelah mendapatkan konfirmasi, Sofia bergegas kembali ke kamar Kanaya. Ia mengambil handuk bersih dari lemari dan membasahinya dengan air dingin dari kamar mandi lain, sesuai perintah Artama.

Ia juga mengambil kotak P3K dari laci darurat.Sofia pun melangkah ke ambang pintu kamar mandi, melihat Artama yang berlutut di lantai basah, tubuhnya basah kuyup, dengan Kanaya yang meronta di pelukannya.Pemandangan itu terlihat mencekam.Artama yang kejam kini terlihat seperti pria yang ketakutan dan putus asa.

​"Tuan Artama!" panggil Sofia. "Dokter sedang dalam perjalanan! Ini handuk dingin!"

​Artama pun mengambil handuk yang disodorkan Sofia. Ia kemudian mematikan shower. Ia membungkus bagian luka Kanaya dengan handuk basah yang dingin, mencoba meredakan panasnya.

​"Kanaya, dengar aku," bisik Artama, menjauhkan beberapa helai rambut basah yang menempel di dahi Kanaya. Ia merasakan panas yang luar biasa dari dahi gadis nya.

"Aku akan membawamu ke tempat tidur. Kau butuh obat penurun panas. Kau harus tenang,oke?.".

​Kanaya masih menangis terisak, tetapi jeritannya kini mereda menjadi rintihan lemah. Kelelahan dan demam menguasai tubuhnya.

" Ini sakit..".

"Bertahanlah,Sayang..".

​Artama lalu membaringkan Kanaya yang kini hanya mengenakan pakaian dalam, di atas handuk kering di lantai kamar mandi. Artama dengan cepat mengambil jubah mandi bersih yang tadi ia bawa, memakaikannya dengan hati-hati.

​"Sofia! Cepat cari termometer! Dan obat penurun panas! Cek apakah ada obat luka bakar juga di kotak P3K!" perintah Artama.

​Ia kini menatap Kanaya, wajahnya dipenuhi rasa bersalah yang menusuk.Ia adalah penyebab semua penderitaan ini.

Dirinya lah yang telah membuat gadis ini sakit parah, terluka, dan hampir gila. Artama merengkuh tubuh Kanaya, mencoba menyalurkan kehangatan.

​"Maafkan aku, Kanaya," Artama berbisik, suaranya serak. Ia tidak pernah meminta maaf kepada siapa pun."Maafkan aku."

"Artama...ini..".Lirih Kanaya.

Kanaya tidak bisa menahan rasa sakit dan panas yang membakar tubuhnya lebih lama lagi. Jeritan dan rintihannya perlahan mereda. Tubuhnya yang menggigil mulai melemas dalam pelukan Artama.

​"Kanaya? Kanaya!" Artama memanggil, merasakan tubuh gadis itu tiba-tiba lunglai.

​Artama segera mengangkat wajah Kanaya. Mata Kanaya kini sudah tertutup rapat, kulitnya yang pucat kini memerah karena demam dan bekas luka bakar yang mulai terlihat jelas. Napasnya dangkal dan cepat.

Kanaya pingsan.

​Artama pun merasakan hatinya mencelos.Kepanikan yang nyata kini mendominasi dirinya. Ia tahu ia telah mendorong gadis itu terlalu jauh, dan kini Kanaya menanggung akibatnya.

​"Sofia! Cepat! Dia pingsan!" Raung Artama.

​Sofia, yang baru saja kembali dengan termometer dan obat penurun panas pun bergegas masuk.Ia dengan cepat mengukur suhu tubuh Kanaya di telinga. Angka di termometer menunjukkan 40.5°

​"Suhunya terlalu tinggi, Tuan! Kita harus segera menurunkannya!" kata Sofia, tangannya gemetar saat ia mencoba membantu Artama membaringkan Kanaya di tempat tidur dengan hati-hati.

​Artama pun menggendong Kanaya dari kamar mandi ke tempat tidur. Ia menyelimuti Kanaya dengan selimut tipis, menjaga bagian yang terkena luka bakar tetap terbuka dan dibalut handuk dingin basah.

​Tepat saat Artama selesai membaringkan Kanaya, bunyi bel pintu berbunyi cepat dan tajam.

​"Itu senior Dokter Harun!" seru Sofia lega, lalu bergegas menuju pintu depan.

​Dokter Harun, seorang pria paruh baya yang tenang dan terawat, masuk dengan tas medis besarnya.Ia tidak menunjukkan keterkejutan meskipun melihat Artama dalam keadaan basah kuyup, berantakan, dan wajahnya dipenuhi kecemasan yang mendalam. Sofia yang meneleponnya dengan suara panik sudah memberinya gambaran bahwa ini adalah situasi yang serius.

​"Tuan Artama, apa yang terjadi?" tanya Dokter Harun, suaranya tenang dan profesional.

​"Demam tinggi dan luka bakar, Dokter," Artama menjelaskan dengan cepat, menyingkir dari sisi Kanaya agar Dokter Harun bisa memeriksanya."Suhu nya 40.5°. Dia baru saja pingsan.".

​Dokter Harun pun segera menempelkan stetoskop ke dada Kanaya, memeriksa pernapasan dan detak jantungnya.Ia pun lalu memeriksa luka bakar di tangan dan paha Kanaya.

​"Luka bakar tingkat satu dan dua. Ini harus segera ditangani untuk menghindari infeksi.Demamnya pun mengkhawatirkan," ujar Dokter Harun. Ia mengarahkan pandangannya pada Sofia.

"Dik Sofia, bantu saya. Kita perlu menurunkan suhu tubuhnya segera.Berikan dia suntikan penurun panas dan cairan IV. Dia pasti sangat dehidrasi karena tangisan dan demamnya.".

​Artama pun hanya berdiri di sana,mengawasi setiap gerakan Dokter Harun dengan mata tajam yang dipenuhi kekhawatiran. Ia merasa tak berdaya.Ia terbiasa mengendalikan segalanya, tetapi kini, hidup Kanaya berada di tangan orang lain.

Kau harus sembuh Kanaya.Ini semua salahku!

Batin Artama mengusap rambutnya kebelakang.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!