NovelToon NovelToon
Sistem Menjadi Miliarder

Sistem Menjadi Miliarder

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Action / Romantis / Sistem / Anak Lelaki/Pria Miskin / Balas Dendam
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Quesi_Nue

Suatu hari, Rian, seorang pengantar pizza, melakukan pengantaran di siang hari yang terik.

Namun entah kenapa, ada perasaan aneh yang membuat langkahnya terasa berat saat menuju tujuan terakhirnya.

Begitu sampai di depan pintu apartemen lokasi pengantaran itu, suara tangis pelan terdengar dari dalam di ikuti suara kursi terguling.

Tanpa berpikir panjang, Rian mendobrak pintu dan menyelamatkan seorang gadis berseragam SMA di detik terakhir.

Ia tidak tahu, tindakan nurani itu akan menjadi titik balik dalam hidupnya.

Sistem memberi imbalan besar atas pencapaiannya.

Namun seiring waktu, Rian mulai menyadari
semakin besar sesuatu yang ia terima, semakin besar pula harga yang harus dibayar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quesi_Nue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7 - 40 jeti

Kukuruyuuuk…

Suara ayam tetangga yang selalu datang lebih dahulu dari alarm ponselnya.

Suara itu bikin Rian ngedorong mata buat kebuka.

Dia keblingar sebentar, ngelirik ke arah jendela kecil ruang tamu yang kacanya udah mulai disinari jingga lembut mentari pagi.

Jam dinding nunjuk angka 06.00 pas.

Rian mengucek mata, duduk pelan di kasur lipatnya. Cahaya matahari nembus tirai tipis, jatuh tepat ke wajahnya.

“Nggh… Udah pagi ternyata…” gumamnya, suara masih serak khas bangun tidur.

Rumah suasana nya masih sepi.

Suara yang paling jelas hanya ayam, kipas angin yang muter pelan, dan tarikan napas Rian yang masih berat.

Dari arah kamar Riani, terdengar suara langkah kecil pelan, hati-hati.

Rian belum nengok, lagi asik melurusin punggung yang pegal.

"Uh.. pegalnya.." gumam rian.

Pegangan pintu kamar Riani bergetar pelan…

Ceklek...

Pintu kebuka sedikit.

Lalu muncul kepala Yuna, rambutnya agak berantakan tapi justru keliatan lembut, matanya masih sayu habis bangun tidur.

Dia keluar sambil nahan pintu, gaun putih sudah diganti dengan baju tidur yang sopan.

“P–pagi…” suara Yuna pelan banget, hampir kayak bisikan.

Mata Rian melebar sedikit dan menoleh.

“Oh… pagi, Yun,” responnya nada santai, melupakan semua hal memalukan semalam.

Setelah beberapa saat, Rian langsung bangun berdiri dan menggenggam gagang sapu.

Sweep… sweep…

Sapu terus bergerak ke sana dan kemari.

Yuna duduk di kursi plastik, jarinya mainin ujung rambut sambil ngeliatin Rian nyapu.

Entah kenapa, ngeliat cowok itu gitu bikin dada Yuna kerasa hangat.

Tanpa sadar, gumaman kecil lolos dari bibirnya.

“…kak Rian…”

Rian yang lagi nyapu langsung noleh sedikit.

“Hm? Ada apa, Yun?”

Yuna kaget sendiri karena nggak sadar dia bersuara.

Dia buru-buru geleng pelan, pipinya merah tipis.

“Eh… nggak, nggak apa-apa…”

Rian angguk santai.

“Oke.”

Yuna kembali menunduk, tapi senyumnya sulit disembunyikan.

Berbeda dengan dirinya, Rian nyelonong ke area masak kecil di sebelah meja makan setelah menyapu.

Tempat itu masih sederhana, cuma kompor portable, wajan, piring secukupnya, dan satu rak bumbu kecil.

“Hm… masak nasi goreng aja dah,” gumamnya ke diri sendiri sambil ngelirik bawang merah, bawang putih, dan sisa lauk semalam.

Rian pun membuka dandang…

Uap tipis naik pelan, dan aroma nasi hangat langsung nyambar hidung.

Baru setengah jalan dia nyendok nasi, DING! suara notifikasi sistem kembali terdengar.

Panel biru muncul lagi di depan wajah nya dan tersontak mundur ke belakang.

[Ding!]

[Selamat! Misi Telah Berhasil Diselesaikan]

[Detail : Berikan kehidupan layak kepada Yuna & keluargamu]

[Reward : 2x kelipatan dari hasil perbelanjaan & Misi Baru]

Rian langsung diam memperhatikan. Panel biru selanjut nya kembali muncul.

[Ding!]

[Reward diberikan!]

[Pengeluaran : Rp. 20.000.000]

[Uang diterima : Rp. 40.000.000]

Rian menatap panel sambil garuk tengkuk, antara kaget, bersyukur, dan sedikit takut kalau ini cuma mimpi.

"Wow" Jantungnya masih deg-degan walaupun ia sudah tau sistem ini bukan bohongan.

Sebelumnya, Rian terpikir untuk menghabiskan seluruh uangnya agar 2x kelipatan lebih besar dan bisa membangun dapur nya yang sudah lama tidak terealisasi.

Dring...

Rian semalam menelepon telepon tukang bangunan, nego harga, minta daftar barang.

Keramik, semen, besi, pasir cor, keramik dapur, pipa air, triplek, atap, kabel listrik… semuanya di-list dan sepakat memberi DP 40%

Akhirnya dia bayar DP Rp.15.400.000 untuk pengerjaan dapur dan menghabiskan seluruh uang yang di berikan sistem sebelum nya.

Di belakang, Yuna yang duduk di kursi plastik kaget karena gerakan mundur Rian.

“…kak Rian… Ada apa?” gumam Yuna pelan, ragu-ragu.

Rian langsung kejang satu detik, lalu buru-buru batuk-batuk kecil.

“Uhuk, ehm, nggak, nggak. Kaget aja… ini nasi nya masih banyak banget,” katanya, alasan ngawur tapi wajahnya dipaksa normal.

“Ohh… begitu ya, kak…” Yuna akhirnya percaya.

Ia berdiri pelan dan mendekat.

“Kak… mau aku bantu masaknya?”

Rian menoleh, geleng pelan sambil nepuk bahunya lembut.

“Udah, duduk aja di sana. Santai.”

Yuna mengikuti ucapan rian dan segera duduk di kursi plastik depan meja.

Rian pun memanggil keluarganya buat sarapan.

Setelah beberapa saat mereka makan dan beres-beres, jam dinding sudah nunjuk pukul 07.30 waktu nya mengantar kedua adiknya ke sekolah.

“Ayo, dik, kita berangkat,” ucap Rian.

“Iya, kak,” jawab mereka kompak sambil salim ke ibu dan Yuna.

Rian juga ikut salim ke Bu Siti.

Begitu tangannya lepas, Yuna langsung maju dan mengambil tangan Rian untuk salim juga.

Riani yang melihat itu langsung nyengir menggoda.

“Cieee… Kak Rian…”

“Ish, salim doang, Dek. Jangan gitu,” balas Rian, setengah malu.

Ia lalu menatap Yuna dan ibunya.

“Aku pergi dulu ya, Yuna, Ibu.” ucap Rian sambil mundur selangkah.

Belum sempat dia muter badan, Yuna tiba-tiba memanggil pelan.

“Ka… Kak Rian....”

Rian menoleh. “Hm?”

Yuna meremas ujung bajunya sendiri, wajahnya malu-malu tapi tulus.

“Hati-hati di jalan ya…”

Rian sempat bengong sepersekian detik nggak tahu kenapa, tapi rasanya kata itu terasa hangat.

Baru kemudian dia tersenyum kecil.

“Iya. Makasih, Yun,” jawabnya sebelum akhirnya berangkat bareng adik-adiknya.

Tanpa disadari lagi dan lagi, panel kecil diatas kepala yuna menampilkan warna.

[Ding!]

[Tingkat Kesukaan : Orang Spesial]

Kali ini berwarna… pink.

---

Bromm… brommm…

Rian telah berhenti di depan gerbang sekolah Sitiana.

Setelah Sitiana turun, adik langsung siap masuk.

“Kak, aku duluan ya…” ucap Sitiana sambil lambai kan tangan nya.

"Iya dek" Ucap Rian membalas lambaian tangan.

Bromm… brommm…

Rian dan Riani lanjut ke tujuan lain, Sekolah Riani, Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kota Zuana.

"ciiiit.. "

Bunyi Rem terdengar menandakan rian telah sampai.

Riani turun dan berdiri di samping motor sambil bergaya sok imut.

“Kakak ganteng… aku minta jajan, dong. Aku gak enak minta sama Ibu tadi…”

Rian pun mengangguk mengerti.

“Oke sip, emang harus begitu, Kalo mau jajan, bilang aja ke kakak, jangan bilang ke Ibu. Nih, Rp10.000 aja ya hehe.”

Rian menyodorkan uang itu.

Riani langsung senyum lebar, mata berbinar.

“Naaah, gini dong. Aku sayang kakak, hehe!”

Dia mengambil uangnya dan langsung kabur lari kecil menuju gerbang sekolah sampai melambaikan tangan.

Rian cuma geleng-geleng sambil nyengir.

Adiknya yang satu ini kalau urusan jajan juara satu.

[Ding!]

1
ALAN
lanjut Thor 😍💪
Gege
mantul
Gege
lepaskan semua thorr 10k katanya.. jangan di cicil cicil... gassss
Gege
lanjooottt thorr💪
Raihan alfi Priatno
lanjutin updatenya sampai tamat
Eli: Okeii syap
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!