Kalisha Maheswari diwajibkan menikah karena mendapat wasiat dari mendiang Kakek Neneknya. Dirinya harus menikah dengan laki laki yang sombong dan angkuh.
Bukan tanpa sebab, laki laki itu juga memaksanya untuk menerima pernikahannya karena ingin menyelamatkan harta mendiang kakeknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaJenaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sandiwara-1
"Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir."
QS. Ar-Rum: 21
Setelah berhasil melepas bajunya, ia pun berganti kaos oversize putih dan memakai celana selutut. Rambutnya pun tergelung rapi. Riasan yang telah dihapusnya menampakkan wajah natural Khalisa yang memang sudah terlihat cantik. Ia berjalan mengendap ngendap menuju kamar mandi. Ia melihat bahwa Edward sudah memejamkan matanya.
"Apa dia sudah tidur?" ucapnya lirih kemudian melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi.
"Kenapa cara berjalanmu seperti maling?" Tanya Edward yang masih memejamkan matanya.
"Aku tidak mau mengganggumu tidur" jawab Khalisa
"Aku tidak tidur. Aku hanya memejamkan mata saja." Timpal Edward yang masih memejamkan mata..
Khalisa memilih tak membalas perkataan Edward karena ia sudah terlanjur malu. Tak lama Edward mendengar suara pintu kamar mandi yang terbuka lalu tertutup. Edward pun menyeringai puas mengerjai istrinya.
Edward pun menunggu istrinya dengan berpura pura memainkan ponselnya. Sebelum ia menikahi Khalisa ia mencari semua tentang istrinya. Termasuk gaya pakaian, makanan kesukaan dan aktivitas kesehariannya.
Setelah Khalisa keluar dari kamar mandi, ia pun berjalan menuju ranjang dan mendengar suara yang tak asing baginya.
"Apa kau memainkan permainan ular tangga?" Tanya Khalisa kepada Edward.
"Iya." Ucap Edward singkat.
"Apa boleh aku memainkannya?" Tanya Khalisa
"Aku suka sekali permainan ular tangga." Imbuhnya lagi.
"Tidak! Jangan pernah menyentuh barangku!" Ucap kasar Edward.
"Tidak perlu berkata kasar padaku!" Rajuk Khalisa yang langsung merebahkan tubuhnya membelakangi Edward.
Edward pun tertawa kecil melihat perilaku istrinya. Edward mengambil beberapa guling dari lemari besarnya lalu menaruhnya ditengah sebagai sekat tidurnya.
"Ini adalah sekat tidur kita. Jangan coba coba memelukku. Kalau kamu tidur melebihi garis ini, kamu harus membayar denda seratus lima puluh juta," ucap Edward kepada Khalisa yang masih membelakanginya. Namun tidak ada respon sama sekali dari istrinya.
Kenapa dia tidak respon sama sekali? Apa dia sudah tidur? Dasar gadis kampung! Gumam Edward.
Suasana rumah Edward menjadi sepi. Hanya tinggal keluarga inti Edward saja. Sekertaris Fian pun sudah pulang karena Edward memberi perintah melalui ponselnya.
Setelah kejadian Riana, Vony menjadi sangat tidak suka dengan menantunya. Timbul pikiran negatif di pikiran Vony. Ia mulai merencanakan sesuatu untuk mengusir Khalisa dari rumah putranya itu.
Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Khalisa terbangun dari tidurnya dan tidak melihat suaminya disana. Gemericik air terdengar dari balik pintu kamar mandi yang membuat Khalisa berfikir bahwa suaminya berada didalam kamar mandi itu. Benar saja, beberapa saat kemudian Khalisa melihat suaminya yang lagi-lagi bertelanjang dada. Ia pun menutup matanya rapat rapat. Sementara Edward berusaha untuk menahan tawanya.
"Bersiaplah untuk makan malam." Ucap Edward.
"Iya." Jawab singkat Khalisa.
"Ingat ya! Kita harus tampil mesra dihadapan orang lain.!" bisik Edward tepat di telinga Khalisa.
"Iyaa. Cerewet banget sih jadi laki." jawab Khalisa yang masih tetap menutup matanya.
Edward berjalan masuk kedalam walking closet-nya. Ia kini memakai kaos polo lengan pendek, berwarna abu abu muda dengan celana pendek berwarna hitam.
"Ayo turun kebawah!" Ucap Edward.
"Mau ngapain?" Tanya Khalisa.
"Apa kamu lupa aku tadi mengajakmu apa?" Tanya balik Edward yang membuat Khalisa tampak berfikir.
"Kenapa lemot sekali? sudah ikuti saja. Tunjukan sandiwaramu bahwa kamu benar benar mencintaiku." Ucap Edward kepada Khalisa.
"Oh aku ingat. Baiklah." Sahut Khalisa yang berdiri melangkah mendekat menuju Edward.
Ia pun menggandeng lengan Edward. Hal itu sukses membuat Edward kaget. Namun karena ini adalah permintaannya maka dia membiarkannya. Khalisa pun memberikan senyum manisnya.
"Ayo Mas." Ucap Khalisa dengan lembut.
Mereka berjalan menyusuri tangga menuju ruang makan. Semua pandangan tertuju pada pengantin baru tersebut. Tatapan Vony semakin tajam melihat kedekatan anaknya dengan Khalisa. Namun lagi-lagi ia hanya bisa memendam kemarahan itu. Sedangkan kedua adiknya sangat heran dengan kakaknya. Mereka tidak menyangka bahwa ternyata kakaknya bisa jatuh cinta kepada wanita. Sebelumnya bersama Riana, Edward memang tak suka jika tubuhnya disentuh oleh Riana.
Merekapun duduk berdampingan.
"Mas kamu mau apa? Biar aku ambilkan." Ucap Khalisa yang mengambil piring kosong untuk di Isi.
"Apapun dari kamu, akan ku makan." Jawab Edward yang lagi lagi membuat kedua adiknya tak bisa menahan kagetnya.
"Kenapa kalian berdua?" Tanya Edward kepada kedua adiknya yang bibirnya membulat sempurna.
"Tidak papa kak. Kami hanya ingin minum. Ya kan Radit?" Ujar Megan menyenggol lempeng adiknya.
"I..iya kak. Haus sekali!!" Timpal Radit dengan mengibas-ngibaskan tangannya.
Khalisa yang melihat itu pun tersenyum menahan tertawa. Namun ia tak sengaja melihat tatapan maut Vony yang membuat dirinya menundukkan kepala langsung.
Setelah mengambil beberapa makanan untuk dirinya, ia pun duduk disamping suaminya. Satu hal yang membuat Vony, kedua adiknya bahkan suaminya shock yaitu Khalisa makan menggunakan tangan. Karena menu makan malam saat itu adalah tumis kangkung, ikan panggang, dan beberapa menu lain yang Khalisa tidak tau namanya.
Khalisa merasa diperhatikan. Khalisa mulai menerka apa yang pada dirinya. Seketika itu ia ingat dengan materi yang diberikan oleh Dona, seorang profesional beauty class dan table manner. Khalisa kemudian beranjak kalau pergi menuju westafel untuk mencuci tangannya.
Setelah selesai, ia duduk kembali diatas kursi makan itu seolah tidak terjadi apa-apa. Tak lama dia mengambil sendok dan juga garpu.
"Padahal kalau pakai tangan enak."
anggota mau lapor ketua
si edwar lagi salting ketua
khalisa mau di bawa ke mertua🤣🤣