NovelToon NovelToon
Star Shine The Moon

Star Shine The Moon

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Cinta Murni
Popularitas:513
Nilai: 5
Nama Author: Ulfa Nadia

Setelah kecelakaan misterius, Jung Ha Young terbangun dalam tubuh orang lain Lee Ji Soo, seorang wanita yang dikenal dingin dan penuh rahasia. Identitasnya yang tertukar bukan hanya teka-teki medis, tapi juga awal dari pengungkapan masa lalu kelam yang melibatkan keluarga, pengkhianatan, dan jejak kriminal yang tak terduga.

Di sisi lain, Detektif Han Jae Wan menyelidiki kasus pembakaran kios ikan milik Ibu Shin. Tersangka utama, Nam Gi Taek, menyebut Ji Soo sebagai dalang pembakaran, bahkan mengisyaratkan keterlibatannya dalam kecelakaan Ha Young. Ketika Ji Soo dikabarkan sadar dari koma, penyelidikan memasuki babak baru antara kebenaran dan manipulasi, antara korban dan pelaku.

Ha Young, yang hidup sebagai Ji Soo, harus menghadapi dunia yang tak mengenal dirinya, ibu yang terasa asing, dan teman-teman yang tak bisa ia dekati. Di tengah tubuh yang bukan miliknya, ia mencari makna, kebenaran, dan jalan pulang menuju dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ulfa Nadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

제18장

Langit sore menggantung kelabu saat Ha Young berdiri di depan gerbang rumah besar milik ayahnya. Ia tidak mengirim pesan. Tidak menelepon. Tidak memberi tahu siapa pun. Ia hanya membawa satu koper kecil dan tekad yang tak bisa ditawar.

Gerbang terbuka otomatis. Ia melangkah masuk, menyusuri jalan setapak yang dulu terasa asing meski disebut “rumah.” Aroma bunga segar dan lantai marmer menyambutnya, tapi tidak ada kehangatan di sana. Hanya kenangan yang tak pernah benar-benar nyaman.

Pintu utama dibuka oleh seorang ajumma paruh baya staf rumah tangga yang sudah lama bekerja di sana. Matanya membesar saat melihat Ha Young berdiri di ambang pintu.

“Nona Ha Young?” serunya terkejut. “Kami tidak diberi kabar... nona akan pulang?”

Ha Young tersenyum tipis. “Maaf mengejutkanmu, Ajumma. Aku hanya... ingin kembali.”

Ajumma itu tampak bingung, tapi segera mengambil koper Ha Young dan mempersilakannya masuk. “Silakan masuk, Nona. Kamar Anda masih seperti dulu.”

Ha Young melangkah masuk, menatap sekeliling. Tidak banyak yang berubah. Hanya perasaannya yang kini berbeda.

“Ajumma,” ucapnya pelan. “Aku akan tinggal di sini... untuk sementara waktu.”

Ajumma menatapnya, ragu. “Apakah Tuan Jung sudah tahu?”

Ha Young menggeleng. “Belum. Tapi kau boleh memberitahunya saat ayahku pulang nanti.”

Ha Young memasuki kamarnya perlahan. Aroma lavender dari diffuser lama masih tersisa, seolah waktu tak pernah benar-benar berjalan di ruangan itu. Ia menutup pintu, menguncinya, lalu duduk di tepi ranjang.

Ia membuka koper kecilnya, bukan untuk pakaian melainkan untuk perangkat kecil yang sudah ia siapkan: beberapa kamera mini, alat perekam suara, dan satu tablet pengendali.

Dengan gerakan terlatih, ia mulai memasang kamera di sudut-sudut tersembunyi. Di balik rak buku, di bawah meja kerja, bahkan di ventilasi dekat langit-langit. Ia tahu titik-titik strategis yang bisa merekam aktivitas tanpa terdeteksi.

Setiap kamera ia uji satu per satu, memastikan sudut pandang cukup luas dan tidak mencolok. Ia tidak punya banyak waktu, tapi ia juga tidak boleh ceroboh.

Setelah selesai, ia duduk kembali, menatap layar tablet yang kini menampilkan empat sudut berbeda dari rumah itu. Ruang tamu. Koridor utama. Ruang kerja ayahnya yang akan ia dekati nanti. Dan satu kamera mengarah ke pintu masuk.

Ha Young menarik napas panjang. “Mulai sekarang... aku akan tahu segalanya.”

Ia mematikan layar, menyembunyikan tablet di laci rahasia di bawah meja, lalu berbaring. Di luar, rumah itu tampak tenang. Tapi di dalam, mata-mata kecil mulai merekam kebenaran yang selama ini disembunyikan.

Beberapa jam kemudian, suara mobil terdengar di halaman. Lampu depan menyala otomatis saat sedan hitam berhenti di jalur masuk. CEO Jung keluar dari kendaraan dengan langkah tenang, jasnya masih rapi, wajahnya dingin tanpa senyum.

Tidak ada kehangatan dalam sorot matanya. Wajahnya bukan menunjukkan kewibawaan, melainkan kendali mutlak seperti seseorang yang terbiasa memerintah, bukan berbicara.

Ia masuk ke rumah tanpa suara, hanya suara sepatu kulitnya yang bergema di lantai marmer. Ajumma buru-buru menyambutnya di ruang depan, sedikit gugup.

“Tuan... ada kabar,” ucapnya pelan. “Nona Ha Young sudah kembali. Ia pulang sore tadi... dan mengatakan akan tinggal sementara waktu di rumah.”

CEO Jung berhenti sejenak. Tidak ada perubahan ekspresi. Tidak ada kejutan. Hanya diam yang panjang.

“Begitu ya,” ucapnya datar, lalu melanjutkan langkahnya masuk ke ruang kerja.

Di dalam pikirannya, ada sesuatu yang bergerak. Bukan amarah. Bukan kegembiraan. Tapi semacam kelegaan dingin karena kini, ia bisa mengawasi putrinya dari dekat. Ia bisa mengontrol arah langkahnya. Tapi bersamaan dengan itu... ada rasa penasaran yang tak bisa ia abaikan.

Kenapa Ha Young kembali?

Ia duduk di kursi kerjanya, membuka ponsel, lalu menekan satu nomor. “Sekretaris Lee” ucapnya pelan. “Cari tahu alasan Ha Young kembali ke rumah. Periksa siapa saja yang ia temui sebelum ini. Dan pastikan... tidak ada yang luput.”

“Baik, Tuan,” jawab suara di seberang.

CEO Jung menutup telepon, lalu menatap jendela ruang kerjanya yang mengarah ke taman belakang. Matanya tetap dingin, penuh kalkulasi.

Di dalam kamarnya yang sunyi, Ha Young duduk di depan meja kerja, mengenakan headset kecil yang terhubung ke sistem pengawasan tersembunyi. Layar tablet di depannya menampilkan sudut ruang kerja ayahnya, dan suara dari mikrofon tersembunyi mulai mengalir pelan ke telinganya.

Ia mendengar ayahnya sedang berbicara dengan Sekretaris Lee. Seperti yang sudah ia duga, CEO Jung mulai menyusun langkah untuk menyelidiki kepulangannya. Ha Young tahu, ayahnya bukan tipe yang menerima sesuatu tanpa alasan. Ia pasti penasaran dan curiga.

Karena itu, Ha Young sudah menyiapkan alasan yang cukup masuk akal untuk menjelaskan keputusannya kembali. Ia tahu, mulai sekarang ia harus bersikap lebih hati-hati. Setiap gerak, setiap kata, harus dikendalikan. Ia tidak boleh membiarkan niat tersembunyinya tertangkap... bahkan oleh tatapan dingin ayahnya.

Ha Young menatap layar tanpa berkedip. Suara ayahnya terdengar tenang, tapi penuh kendali. Tidak ada nada marah, hanya kalkulasi. Ia tahu, ayahnya tidak pernah benar-benar menyambutnya. Ia hanya ingin memastikan bahwa putrinya tetap bisa dikendalikan. Dan itu membuat tekad Ha Young semakin kuat.

Malam itu, meja makan terasa lebih luas dari biasanya. Hanya ada dua orang di sana Ha Young dan CEO Jung. Ajumma menyajikan makanan dengan cepat lalu mundur, seolah tahu bahwa percakapan malam ini bukan untuk telinga siapa pun.

Ha Young memutuskan untuk berbicara lebih dulu. “Aku memutuskan untuk tetap tinggal di sini,” ucapnya pelan namun jelas. “Walaupun Ayah mungkin tidak menyukaiku.”

CEO Jung menyendok sup tanpa menoleh. “Itu lebih baik daripada tinggal di luar,” sahutnya datar.

Ha Young menatap piringnya sejenak, lalu melanjutkan. “Aku tahu... belakangan ini aku agak berlebihan menilai semuanya dari sudut pandangku sendiri. Ke depannya... aku akan lebih dewasa. Juga dalam menyikapi cara Ayah. Aku akan lebih pengertian.”

“Sudah seharusnya kamu bersikap begitu,” jawab CEO Jung, nadanya tetap dingin. “Jika saja dari dulu kamu begitu... hubungan kita akan lebih baik.”

Ha Young masih memandang ayahnya, terdiam. Ia melihat betapa angkuhnya pria itu yang benar-benar tak melihat bahwa dirinyalah yang selama ini menyakiti. Tapi Ha Young tidak akan membalas dengan kemarahan. Ia akan membalas dengan kesabaran. Ia akan bertahan... sampai topeng itu runtuh.

1
knovitriana
update Thor, saling support
Xia Lily3056
Gemesin banget si tokoh utamanya.
Muhammad Fatih
Membuat terkesan
🥔Potato of evil✨
Aku bisa merasakan perasaan tokoh utama, sangat hidup dan berkesan sekali!👏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!