NovelToon NovelToon
Mahar Pengganti Hati

Mahar Pengganti Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Pengganti / Bercocok tanam / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Ibu Pengganti
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Husna, putri bungsu kesayangan pasangan Kanada-Indonesia, dipaksa oleh orang tuanya untuk menerima permintaan sahabat ayahnya yang bernama Burak, agar menikah dengan putranya, Jovan. Jovan baru saja menduda setelah istrinya meninggal saat melahirkan. Husna terpaksa menyetujui pernikahan ini meskipun ia sudah memiliki kekasih bernama Arkan, yang ia rahasiakan karena orang tua Husan tidak menyukai Arkan yang hanya penyanyi jalanan.
Apakah pernikahan ini akan bertahan lama atau Husna akan kembali lagi kepada Arkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

Di dalam kamar, Ayah Yudha meminta putrinya untuk duduk.

Husna menundukkan kepalanya saat melihat Ayahnya yang sedikit kecewa.

Ayah Yudha membuka laci mejanya dan mengambil senjata api miliknya.

"A-ayah, jangan lakukan itu." ucap Ibu Maria.

Ayah Yudha memberikannya kepada Husna agar menembak nya.

"Tembak Ayahmu sekarang juga, Husna. Bukankan kamu menolak untuk menikah dengan Jovan? Tembak Ayahmu sekarang!"

Husna membuang pistol itu sambil menangis sesenggukan.

"Ayah, aku tidak bisa menikah dengan Jovan. Aku mencintai Arkan. D-dia sangat mencintai aku, Ayah." ucap Husna.

Ayah Yudha yang mendengarnya langsung meminta Husna untuk menatap wajahnya.

"Kamu masih berhubungan dengan lelaki yang tidak punya masa depan? Iya?!"

Husna mengangguk kecil dan mengatakan kalau Arkan pasti bisa membahagiakannya.

Yudha yang mendengarnya langsung tertawa terbahak-bahak.

"Husna, apakah Ayah pernah memarahimu? Apakah Ayah pernah memaksamu untuk melakukan hal yang tidak kamu sukai? Apakah Ayah pernah memukulmu?" tanya Yudha dengan air matanya yang mengalir.

Husna menggelengkan kepalanya karena dari kecil Yudha sangat menyayanginya.

"Tolong jangan kecewakan Ayah, Husna. Ayah dan Ibu sangat menyayangi kamu, Nak. Ayah tidak mau kamu hidup susah dengan Arkan yang tidak punya masa depan." ucap Yudha.

Ibu Maria menggenggam tangan putrinya yang sedang menangis.

"Nak, apakah kamu mau menikah dengan Jovan? Ibu yakin kamu bisa bahagia dengan Jovan."

Husna menangis dan ia menganggukkan kepalanya.

"Ayah, Ibu. Apakah aku boleh menghubungi Arkan untuk yang terakhir kalinya?" tanya Husna.

Ayah Yudha menggelengkan kepalanya dan melarang putrinya untuk bertemu lagi dengan Arkan.

Ibu Maria tidak bisa berkata apa-apa lagi selain menuruti suaminya.

"Hapus air matamu dan ayo kita turun ke bawah untuk menemui Om Barak."

Yudha kembali menggandeng tangan putrinya untuk turun ke bawah.

"Burak,putriku mau menikah dengan putramu." ucap Yudha.

Burak yang mendengarnya langsung bangkit dari duduknya dan memeluk tubuh sahabatnya.

"Terima kasih, Husna. Terima kasih." ucap Burak yang

Burak berlari keluar dan memanggil putranya yang dari tadi menunggunya di luar.

Jovan masuk kedalam dan melihat Husna yang menundukkan kepalanya.

"Husna, perkenalkan dia Jovan. Calon suami kamu." ucap Yudha.

Husna mendongakkan kepalanya dan melindungi wajah calon suaminya yang sangat dingin.

Tidak ada ekspresi tersenyum atau yang lainnya di wajah Jovan.

"Langsung ke intinya saja, Om. Aku ingin menikahinya sekarang dan setelah itu aku akan membawa Husna ke Kanada." ucap Jovan.

Husna terkejut mendengar pernyataan Jovan yang dingin dan mendesak.

Ia mendongakkan kepala dan menatap lelaki di hadapannya.

Wajah Jovan memang tampan, dengan garis rahang tegas dan mata kelam yang menyimpan kesedihan mendalam, namun sama sekali tanpa kehangatan.

Ia berdiri tegak, memancarkan aura dingin yang terasa menusuk.

Ayah Yudha dan Ibu Mariam saling pandang, terkejut dengan permintaan Jovan yang terburu-buru, tetapi Burak, sang ayah, segera angkat bicara.

"Jovan! Tidak sopan bicara seperti itu! Kami perlu membahas tanggal dan persiapan pernikahan, Nak," tegur Burak sambil berusaha menenangkan suasana.

Jovan menoleh sedikit ke arah ayahnya, tatapan matanya tetap datar.

"Aku tidak butuh pesta, Ayah. Istriku baru saja meninggal dunia dan aku hanya ingin Husna segera menjadi ibu bagi putriku dan istri yang sah. Secepatnya lebih baik. Aku akan mengurus semuanya di Kanada."

Perkataan Jovan yang mengatakan 'hanya ingin Husna segera menjadi ibu bagi putriku,' menghantam hati Husna.

Ia merasa seperti sebuah objek, bukan seorang calon istri.

Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menahan air mata dan menelan rasa sakitnya.

Yudha menghela napas panjang dan mengerti posisi Jovan.

"Baiklah, Nak. Kami mengerti. Bagaimana kalau pernikahan dilakukan lusa? Kami akan menyelenggarakan akad nikah sederhana di rumah ini, dan kalian bisa langsung terbang ke Kanada setelahnya. Bagaimana, Burak?"

"Terima kasih, Yudha. Itu akan sangat bagus. Jovan, lusa. Kamu harus berterima kasih pada Pamanmu."

Jovan hanya mengangguk singkat, matanya kembali tertuju pada Husna yang menunduk.

"Husna, naiklah ke kamarmu. Persiapkan diri. Lusa, kamu akan menjadi Nyonya Jovan," perintah Ayah Yudha.

Husna bangkit tanpa suara dengan langkahnya yang terasa berat menaiki tangga.

Ia mendengar tawa ringan Ayah Yudha dan Om Burak dari bawah, tawa kelegaan karena kesepakatan itu tercapai.

Setibanya di kamar, ia mengunci pintunya. Ia berjalan ke ranjang dan ambruk di sana, menangis tanpa suara.

Air matanya membasahi bantal, membawa serta semua harapan dan impian yang ia rajut bersama Arkan.

Ia mengeluarkan ponselnya dengan jari-jarinya yang gemetar saat membuka kontak Arkan.

Husna ingin sekali mengirim pesan perpisahan, menjelaskan segalanya.

Tapi ia ingat larangan keras Ayahnya kalau ia tidak boleh lagi menghubungi Arkan.

Disaat yang bersamaan, Arkan menghubungi Husan untuk bertanya apakah Husna sudah sampai rumah atau belum.

Setelah mereka bertemu di cafe, Arkan selalu menunggu telepon dari Husna.

"Halo, Ar?" ucap Husna dengan suara yang bergetar.

"Husna, ada apa? Kenapa suaramu seperti itu? Kamu baik-baik saja?" tanya Arkan terdengar cemas.

Husna kembali meneteskan air matanya saat mendengar pertanyaan dari Arkan.

"Aku, tidak baik-baik saja, Ar."

"Katakan padaku, Sayang. Ada apa? Apa ada hubungannya dengan kepulangan Ayahmu?"

Husna menghela nafas panjang dan akhirnya ia mengatakan kepada Arkan tentang perjodohannya.

"Arkan, mereka menjodohkan aku. Ayah dan Ibu memaksaku menikah dengan putra sahabat Ayah, namanya Jovan. Lusa aku akan menikah, Ar."

Keheningan panjang melingkupi sambungan telepon dan hanya terdengar napas berat Arkan.

"Jangan bercanda, Husna. Ini tidak lucu," suara Arkan terdengar bergetar, bukan karena marah, tapi karena terluka.

"Aku tidak bercanda, Ar. Aku tidak punya pilihan. Ayah kecewa dan dia melarangku untuk menghubungimu lagi. Aku terpaksa setuju. Maafkan aku."

"Tidak! Husna, kamu tidak boleh melakukan ini! Aku baru saja mendapat kabar baik! Aku lolos audisi itu, Sayang! Aku lolos! Ini batu loncatan yang kita tunggu-tunggu! Aku akan mendapatkan uang dan aku akan segera datang untuk melamarmu!" Arkan berteriak, suaranya dipenuhi keputusasaan.

Kabar baik itu justru membuat hati Husna semakin hancur.

"Terlambat, Ar. Semuanya sudah terlambat. Aku minta maaf. Kamu harus melupakanku. Hiduplah bahagia, dan kejar impianmu."

"Husna, jangan matikan! Aku akan datang ke rumahmu sekarang! Aku akan bicara pada Ayahmu!"

"Jangan, Arkan! Jangan datang! Itu hanya akan memperburuk keadaan! Aku mohon! Selamat tinggal, Arkan. Aku mencintaimu."

Husna menutup panggilan itu sepihak, mematikan ponselnya, dan melemparkannya ke sudut kamar.

Ia tidak ingin mendengar apa-apa lagi dan hanya ingin tidur dan bangun dari mimpi buruk yang tiba-tiba menjadi kenyataan ini.

"Maafkan aku, Arkan. Semoga kamu mendapatkan jodoh yang lebih baik dari pada aku." gumam Husna.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!