Saat berumur lima tahun orang tua Santika membuangnya namun 12 tahun kemudian orang tuanya berusaha mencarinya. Hingga pada akhirnya mereka dipertemukan kembali.
Namun dua tahun kemudian dirinya di paksa untuk menggantikan Adik Tirinya yang dijodohkan dengan seorang pria yang terkenal dengan kekejaman dan dingin namun lebih parahnya pria tersebut ternyata lumpuh.
Awalnya Santika menolaknya namun orang tuanya mengancamnya akan menghentikan biaya rumah sakit Nenek angkatnya membuat Santika terpaksa bersedia menikah dengan pria tersebut.
Santika sama sekali tidak menyangka kalau banyak rahasia keluarga suaminya yang selama ini tidak diketahui oleh orang luar. Rahasia apakah itu?
Apakah Santika bahagia menikah dengan suaminya atau berakhir bercerai mengingat keluarga suaminya sangat membenci suaminya dan juga dirinya? Ikuti yuk novelku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayuk Triatmaja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dendam Dian
"Adik Ipar, waktu itu Adik Ipar memintaku untuk ikut kompetensi medis dengan iming-iming mendapatkan hadiah lima ratus juta dollar jika Aku menang dan ternyata Aku menang." Ucap Santika mengulangi perkataannya tanpa ada rasa takut sedikitpun.
"Apa jangan-jangan Adik Ipar ingin ingkar janji?" Tanya Santika sambil tersenyum penuh kemenangan.
("Aku bukan orang lain yang mudah ditindas ataupun takut denganmu." Sambung Santika).
Deon hanya menatap Kakaknya dengan tatapan bingung dan menunggu jawaban dari mulut Dian. Namun dalam hatinya sangat senang karena baru kali ada seorang wanita yang berani meminta uang ke Kakaknya sekaligus memalukannya.
Karena banyak tamu undangan, para karyawan kantor dan Ayah Roberto menatap ke arah Santika dan Dian. Sedangkan Dian hanya bisa berusaha menahan amarahnya karena saat ini banyak orang menatap dirinya.
"Dian, jika kamu sudah janji sama Kakak Iparmu maka kamu harus menepatinya." Ucap Ayah Roberto yang sejak tadi diam.
"Tentu saja Aku selalu menepati janji. Hadiah lima ratus juta dollar untuk Kakak Ipar akan segera di kirim ke tempat kediaman Kak Diego." Ucap Dian yang tidak ingin citranya buruk di depan Ayahnya.
("Si*l, wanita ini sangat berani meminta hadiah. Aku terpaksa memberikannya karena ada Ayahku." Sambung Dian).
Sebenarnya waktu itu Dian berbohong akan memberikan hadiah hadiah lima ratus juta dollar jika Santika memenangkan pertandingan.
Namun siapa sangka ternyata Santika bisa memenangkan pertandingan dan mendapatkan juara pertama. Dian sama sekali tidak menduga kalau Santika begitu berani meminta hadiahnya tanpa ada rasa takut sedikitpun.
"Kalau begitu, terima kasih banyak Adik Ipar." Ucap Santika sambil tersenyum penuh kemenangan.
"Ya." Jawab Dian dengan nada ketus.
"Menantuku, semua kompetensi dimenangkan olehmu. Apakah menantu bersedia bekerja di perusahaan pusat dengan jabatan Direktur?" Tanya Ayah Roberto tiba-tiba.
"Maaf, Ayah. Kakak Ipar akan menjadi sekretarisku karena itulah Aku menawarkan hadiah lima ratus juta dollar." Jawab Dian yang menjawab pertanyaan Ayahnya.
("Aku tidak jadi membunuhmu karena Aku bisa memanfaatkanmu menjadi sekretarisku. Sedangkan Aku tidak perlu bekerja keras dan bisa berfoya-foya menikmati uang yang dihasilkan Kakak Ipar." Sambung Dian sambil tersenyum jahat.
"Benarkah?" Tanya Ayah Roberto dengan wajah kecewa.
Hal ini dikarenakan dirinya ingin agar Santika bisa menggantikan putra sulungnya yang bernama Diego. Di mana dulunya Diego menjadi direktur di perusahaan pusat.
"Tentu saja iya." Jawab Dian.
"Tentu saja tidak." Jawab Santika bersamaan namun beda jawaban.
"Yang benar yang mana?" Tanya Ayah Roberto.
"Kakak Ipar, Aku sudah memberikan hadiah sebesar lima ratus juta dollar dengan menggunakan uang pribadiku. Jadi Kakak Ipar harus bekerja sebagai sekretarisku." Ucap Dian.
"Bukankah hadiah lima ratus juta dollar itu kalau Aku menang?" Tanya Santika.
"Memang benar. Tapi kan Kakak Ipar harus bekerja denganku." Jawab Dian.
"Waktu mengatakan itu, Adik Ipar tidak bilang seperti itu. Adik Ipar hanya bilang jika Aku memenangkan kompetensi maka Aku akan mendapatkan hadiah lima ratus juta dollar." Ucap Santika.
"Ka ..." Ucapan Dian terpotong oleh Santika.
"Ketika Adik Ipar berbicara denganku, disaksikan suamiku dan Asisten Satya. Jadi Adik Ipar, Aku tidak bersedia menjadi sekretarismu." Ucap Santika dengan nada tegas.
"Aku bersedia menjadi sekretaris suamiku atau menggantikan sementara pekerjaan suamiku yang menjadi Direktur. Di mana dulunya suamiku menjabat sebagai Direktur." Sambung Santika.
"Aku tidak ...." Ucapan Dian kembali terpotong namun bukan Santika melainkan Ayah Roberto.
"Sudah cukup." Ucap Ayah Roberto.
"Ayah setuju jika Santika bekerja menggantikan suaminya dan jika Diego sudah sembuh maka Santika akan menjadi Wakil Direktur bukan sebagai sekretaris." Sambung Ayah Roberto yang ingin perusahaannya semakin bertambah maju di tangan Diego dan Santika.
"Tapi Ayah ...." Ucapan Dian kembali di potong oleh Ayahnya.
"Tidak ada tapi-tapian. Ayah tahu apa yang ada dipikiranmu. Jadi buang jauh-jauh pikiranmu untuk menjadikan Santika sebagai sekretarismu." Ucap Ayah Roberto yang sangat paham akan sifat ke 4 putranya.
Dian hanya terdiam sambil menahan amarah dan dendam terhadap Ayah Roberto dan Santika. Dian tidak bisa membantah perkataan Ayah Roberto karena Ayah Roberto sangat membenci orang yang membantah dirinya termasuk istri dan ke 4 putranya.
"Ayah, karena acara kompetensi ini sudah selesai maka menantumu pamit dulu." Ucap Santika berpamitan.
"Kenapa terburu-buru?" Tanya Ayah Diego.
"Aku perlu memberikan obat dan akupuntur agar suamiku cepat sembuh dan bisa kembali bekerja." Jawab Santika.
"Kalau begitu, hati-hati di jalan." Ucap Ayah Roberto.
"Terima kasih." Jawab Santika sambil tersenyum.
Kemudian Santika memberikan hormat ke arah Ayah Roberto lalu menatap ke arah sekilas ke arah Dian dan Deon sambil tersenyum penuh kemenangan.
Setelah itu barulah Santika berjalan meninggalkan tempat tersebut dengan santai diikuti oleh Satya. Sedangkan Dian hanya bisa menatapnya dengan tatapan penuh kebencian.
("Kamu dan Kak Diego harus mati agar tidak lagi menjadi batu sandunganku." Ucap Dian).
Ketika sedang berjalan agak menjauh dari arena pertandingan, seorang pria tampan yang sejak tadi mengikutinya memanggil Santika.
Santika yang namanya di panggil langsung menghentikan langkahnya dan menunggu kalimat selanjutnya tanpa membalikkan badannya.
Pria tampan tersebut adalah Satya, orang kepercayaan Diego untuk mengawal Santika kemanapun Santika pergi.
"Nyonya Muda Diego, Saya merasa kalau Tuan Muda Dian pasti dendam dengan Nyonya Muda Diego karena sudah berani meminta hadiah. Jadi Saya harap Nyonya Muda Diego lebih berhati-hati." Ucap Satya yang tidak ingin Santika terluka.
"Kak Satya jangan kuatir, karena Aku bisa menjaga diriku sendiri." Ucap Santika sambil membalikkan badannya dan menatap ke arah Satya.
"Apalagi Adik Iparku mengundangku untuk ikut berpatisipasi dalam kompetisi ini dan menjanjikan hadiah jika Aku menang. Jadi Adik Iparku tidak akan mungkin marah karena Aku menagih hadiahnya." Sambung Santika.
("Jika berani membuat masalah ke suamiku atau Aku maka Aku tidak akan segan-segan menghukumnya." Sambung Santika yang tidak mungkin mengatakan hal itu di depan para tamu undangan yang sedang berjalan lalu lalang).
Satya hanya menganggukkan kepalanya kemudian mereka berjalan ke arah parkiran mobil. Sampai di parkiran mobil, Satya membuka pintu mobil agar Santika masuk ke dalam mobil.
Setelah Santika masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi belakang barulah Satya menutup pintu mobil. Setelah itu Satya masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi pengemudi menuju ke tempat kediaman Diego.
Lima belas menit kemudian mobil tersebut berhenti tepat di tempat kediaman Diego. Santika langsung turun dengan di bantu Satya lalu berjalan ke arah kamar untuk menemui suaminya.
Namun sebelumnya Santika berbicara dengan Kepala Pelayan setelah selesai barulah Santika menemui suaminya dengan perasaan bahagia.
"Aku sudah meminta Kepala Pelayan untuk menyiapkan air hangat untuk istriku mandi." Ucap Diego sambil tersenyum.
"Terima kasih." Jawab Santika sambil tersenyum.
("Aku tahu karena tadi Aku meminta Kepala Pelayan dan katanya suamiku sudah memintanya untuk menyiapkan air hangat untuk Aku mandi." Sambung Santika).
("Aku sangat bersyukur bisa menikah denganmu, pria yang sangat baik dan sekaligus pria yang mencintaiku dengan sepenuh hati. Aku janji akan melakukan apapun demi orang yang Aku cintai sepenuh hati." Sambung Santika lagi).
Sedangkan Diego yang melihat Santika tersenyum membuat Diego membalas senyuman Santika. Kemudian Santika berjalan ke arah kamar mandi untuk menghilangkan debu-debu yang menempel di tubuhnya.
Hingga lima belas menit kemudian Santika sudah selesai mandi dan memakai pakaian santai. Santika mengambil obat herbal yang ada di meja lalu duduk berlutut.
Santika duduk berlutut saling berhadapan dengan Diego karena saat ini dirinya ingin memijat kakinya. Sedangkan Diego menatap Santika dengan tatapan penuh cinta.
"Istriku, terima kasih banyak atas kerja kerasmu." Ucap Diego sambil tersenyum.
"Nyonya Muda Diego hari ini benar-benar bekerja keras sampai orang-orang kagum termasuk Tuan Besar, Tuan Muda Dian dan Tuan Muda Deon." Ucap Satya yang selalu berdiri di belakang Diego.
"Tuan Besar, Tuan Muda Dian dan Tuan Muda Deon serta semua orang sangat kagum karena Nyonya Diego bisa mengalahkan 99 peserta kompetensi." Sambung Satya.
"Selain itu Nyonya Muda Diego menyebut dan memuji nama Tuan Muda Diego di depan orang banyak. Karena itu kalau boleh, Saya ingin Tuan Muda Diego memberikan hadiah untuk Nyonya Muda Diego yaitu malam pertama." Sambung Satya lagi.
"Kamu ..." Ucap Diego menggantungkan kalimatnya sambil menunjuk ke arah Satya dengan wajah bersemu merah.
"Kenapa Kak Satya masih ada di sini? Apakah kamu tidak lelah seharian menemaniku?" Tanya Santika yang wajahnya memerah seperti kepiting rebus sambil berdiri karena sudah selesai memijat ke dua kaki Diego.
Satya hanya tersenyum kemudian memberikan hormat ke arah sepasang suami istri secara bergantian lalu pergi meninggalkan mereka berdua.
"Suamiku, jangan dengarkan omong kosongnya. Lebih baik suamiku istirahat dengan baik karena besok Aku akan kembali mengobati kedua kakimu." Ucap Santika.
"Aku pergi dulu." Ucap Santika sambil berjalan meninggalkan Diego.
Namun baru satu langkah, tiba-tiba Diego menarik tangan Santika. Santika yang belum ada persiapan langsung jatuh kepangkuan Diego.
Mereka berdua saling menatap dengan jarak dekat dan di tambah ke dua jantung mereka berdetak lebih cepat dari biasanya.
"Istriku, Aku mohon jangan tinggalkan Aku sendirian di kamar ini. Karena Aku ingin istriku menemani Aku tidur di kamar ini." Mohon Diego.
Santika hanya terdiam sedangkan Diego yang melihat Santika diam membuat Diego mengarahkan wajahnya ke arah wajah Santika.
mudh membunuh mafia juga diego sdh siao sedia dgn pengawal bayangannya