Dokter Santika Kesayangan Mafia Kejam, Lumpuh Dan Dingin
Sepasang suami istri memiliki seorang putri bernama Santika di mana saat itu Santika masih berumur lima tahun kurang satu hari.
Santika kecil sangat cantik, pintar dan suka membantu Ibunya, maklum saat itu mereka hidup serba kekurangan. Santika sama sekali tidak pernah mengeluh dan iri hati melihat teman-temannya setiap hari jajan selain itu setiap liburan mereka selalu pergi jalan-jalan.
Bagi Santika kecil kasih sayang tulus dari orang tuanya sudah cukup untuk Santika. Hal itu membuat orang tua Santika sangat bahagia memiliki putri seperti Santika.
Namun keesokan harinya di mana saat itu Santika merayakan ulang tahun bersama orang tuanya, tiba-tiba datang Neneknya dari Ayahnya yang sangat membenci Santika.
"Untuk apa merayakan ulang tahunnya?" tanya Nenek Tua yang bernama Nenek Bandot sambil memegang tongkat dengan nada ketus.
"Bu, kenapa Ibu datang-datang langsung marah-marah? Apalagi Santika adalah putri kami dan kebetulan sedang berulang tahun jadi apa salahnya kalau kami sebagai orang tuanya merayakannya?" Tanya anaknya yang bernama Ayah Rese.
"Apa yang dikatakan suamiku memang benar. Lebih baik Ibu istirahat dulu atau sama-sama merayakan ulang tahun cucu Ibu." Ucap Ibu Risih.
Flash Back On
Ibu Risih selalu bersabar menghadapi sikap ketus Ibu Mertuanya. Hal ini dikarenakan waktu suaminya ingin menikahinya, orang tuanya tidak setuju namun suaminya akan mengancam bunuh diri jika mereka berdua tidak di restui.
Hingga akhirnya ke dua orang tua Ayah Rese terpaksa menyetujui mereka untuk menikah. Setelah mereka resmi menikah, Ibu mertuanya memperlakukan Ibu Risih semena-mena dan menganggapnya sebagai seorang pelayan.
Suaminya yang mengetahui hal itu langsung menegur Ibunya untuk tidak memperlakukan istrinya semena-mena.
Awalnya Ibunya tidak menggubris perkataan putra sulungnya namun karena di ancam di tambah suaminya sering membela menantunya membuat Nenek Bandot semakin membenci menantunya.
Nenek Bandot dengan sangat terpaksa merubah perlakukannya terhadap Ibu Risih namun sifat ketusnya tidak pernah hilang.
Sedangkan Ibu Risih selalu bersabar dengan perkataan Nenek Bandot yang sangat ketus jika Nenek Bandot berbicara dengan Ibu Risih.
Ayah Rese yang ingin protes dengan perkataan ketus Ibunya membuat istrinya melarangnya karena dirinya tidak ingin bertengkar hanya karena masalah sepele. Akhirnya Ayah Rese menuruti apa yang di minta oleh istrinya karena sejujurnya dirinya sangat lelah jika mesti bertengkar dengan Ibunya.
Hingga dua bulan kemudian Ibu Risih hamil, suaminya tentu saja sangat senang. Ayah Rese yang sejak lama memendamnya langsung mengatakan ke Ibunya untuk tidak mengatakan ketus ke istrinya mengingat sekarang istrinya sedang hamil.
Nenek Bandot hanya menganggukkan kepalanya sambil menahan amarah yang teramat sangat dan kebencian yang sangat mendalam terhadap Ibu Risih.
Ibu Risih sangat senang melihat perubahan Ibu mertuanya hingga delapan bulan kurang seminggu Ibu Risih melahirkan seorang putri.
Nenek Bandot yang mengetahui menantunya melahirkan seorang putri membuat Nenek Bandot memarahi menantunya karena melahirkan bayi perempuan. Ayah Rese yang mendengar Ibunya memarahi istrinya langsung membelanya.
Hingga pada akhirnya Ayah Rese mengatakan akan pergi bersama istri dan putrinya dari rumah milik orang tuanya yang selama bertahun-tahun ditempati. Dari orang tuanya menikah sampai dirinya lahir hingga akhirnya menikah dan mempunyai anak.
Kakek Kupret sekaligus suami dari Nenek Bandot yang sangat pusing mendengar dan melihat istrinya selalu bertengkar dengan menantunya langsung menyetujui perkataan putra sulungnya.
Nenek Bandot yang ingin protes langsung mendapatkan tatapan tajam suaminya. Hal ini membuat Nenek Bandot hanya bisa menatap menantunya dengan tatapan kebencian.
Tiga hari setelah kejadian itu Ayah Rese mengajak istrinya dan putrinya yang masih bayi pergi dari rumah orang tuanya. Di mana mereka tinggal di rumah peninggalan milik orang tua dari Ibu Risih sampai sekarang.
Flash Back Off
"Ibu akan membuat dua pilihan untuk kalian." Ucap Nenek Bandot tanpa mempedulikan perkataan putra sulungnya dan juga menantunya.
"Pilihan apa, Bu?" Tanya mereka berdua dengan serempak sekaligus penasaran.
"Pertama : Ibu akan melupakan semua apa yang sudah terjadi pada masa lalu dan kalian bisa tinggal bersama kami lagi. Tapi dengan satu syarat kalian harus membuang anak kalian di hutan." Jawab Nenek Bandot sambil tersenyum jahat.
"Apa?" Tanya mereka dengan serempak dengan wajah sangat terkejut.
"Itu tidak mungkin. Lebih baik kami tinggal di sini dan hidup bahagia terlebih kami sangat menyayangi Santika." Ucap mereka dengan serempak dan dengan nada tegas sambil menahan amarahnya terhadap Nenek Bandot.
"Jika kalian menolaknya maka Ibu akan bunuh diri di depan kalian." Ancam Nenek Bandot sambil mengeluarkan pisau dari balik bajunya.
Di mana Nenek Bandot sudah menyiapkan pisau dapur ketika dalam perjalanan menuju ke rumah peninggalan milik orang tua Ibu Risih. Kemudian Ibu Bandot mengarahkan pisau tersebut ke arah dadanya membuat sepasang suami istri tersebut sangat terkejut.
"Pilihan kedua?" Tanya Ayah Rese yang tidak ingin Ibunya mati karena bunuh diri.
"Pilihan Ke dua : Jika istrimu melahirkan anak laki-laki maka semua warisan milik kami akan Ibu berikan untuk kalian tapi jika istrimu melahirkan anak perempuan lagi maka kami akan menjodohkanmu dengan mantan cinta pertamamu yang baru saja menjanda." Jawab Nenek Bandot tanpa punya perasaan.
Ayah Rese dan Ibu Risih saling menatap dengan tatapan terkejut terlebih Ayah Rese. Karena sampai sekarang Ayah Rese masih menyimpan perasaan terhadap mantan cinta pertamanya.
"Sayang, lebih baik kita buang saja putri kita di hutan." Ucap Ayah Rese setelah beberapa saat mereka terdiam.
("Jika putri kami di buang maka Aku ada kesempatan untuk menikah dengan cinta pertamaku." Sambung Ayah Rese yang tidak mungkin mengatakan itu di depan istrinya,
"Tapi ..." Ucapan istrinya terpotong oleh suaminya.
"Aku tidak ingin Ibuku bunuh diri terlebih selama ini Aku sangat lelah melihat kita bertengkar dengan Ibuku. Aku tidak ingin di cap sebagai anak durhaka karena membiarkan Ibuku bunuh diri." ucap suaminya.
"Apalagi selama ini kamu selalu menginginkan kehidupan yang lebih baik. Jadi jika kita tinggal bersama orang tuaku maka istriku tidak perlu lagi bekerja keras dan bisa belanja sepuas hati karena Aku akan menggantikan Ayahku sebagai direktur." Sambung Suaminya berusaha mempengaruhi istrinya.
"Ibu, Aku mohon jangan turuti permintaan Ayah dan Nenek. Lebih baik kita berdua tinggal di sini saja dan hidup bahagia." Ucap Santika yang sejak tadi mendengar percakapan orang dewasa dengan mata berkaca-kaca.
Walau Santika masih berumur lima tahun namun Santika mengerti apa yang mereka bicarakan. Dirinya sangat sedih karena Ayah kandungnya menyetujui permintaan gi*a Nenek Bandot.
"Kamu itu masih kecil tapi ikut campur urusan orang dewasa. Lebih baik kamu pergi dari sini dari pada kami buang di hutan." Ucap Nenek Bandot dengan nada satu oktaf.
Ibu Risih hanya terdiam karena sejujurnya dirinya sangat bingung mau melakukan apa yang dikatakan Ibu mertua dan suaminya atau tidak. Hingga beberapa saat Ibu Risih menghembuskan nafasnya dengan kasar lalu berjalan ke arah Santika.
"Sayang, hari ini ulang tahunmu yang ke lima dan seperti biasa setiap ulang tahun Ibu atau Ayah atau kamu selalu pergi ke makam orang tua Ibu. Jadi kita bertiga pergi ke makam orang tua Ibu." Ucap Ibu Risih dengan nada lembut.
"Tapi kenapa Ayah tidak ikut?" Tanya Santika sambil menatap ke arah Ayahnya.
"Ayah menemani Nenek sekalian membujuk Nenek untuk tidak membuangmu, karena itu kita berdua saja yang pergi." Jawab Ibu Risih menjelaskan.
Santika yang sangat polos dan tidak mempunyai rasa curiga terhadap Ibu kandungnya hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Sedangkan Ibu Rese membungkukkan kepalanya kemudian menggendong Santika.
Ibu Risih kemudian berjalan ke arah Nenek Bandot dan Ayah Rese sambil menatap ke arah suaminya. Ibu Risih kemudian berbicara tanpa mengeluarkan suara.
Di mana Ibu Risih mengatakan untuk menunggu dirinya selama lima menit setelah itu nanti dirinya akan kembali seorang diri.
Nenek Bandot dan Ayah Rese yang mengerti langsung tersenyum bahagia karena Ibu Risih setuju dengan apa yang dikatakan Ibu Risih.
Sebenarnya Ayah Rese tidak tega membuang putri kandungnya namun karena Nenek bandot akan menikahkan dirinya dengan mantan cinta pertamanya. Jika seandainya istrinya melahirkan bayi perempuan lagi membuat Ayah Rese menutup mata hatinya.
"Ibu tahu kalau kamu masih mencintai mantan kekasihmu karena itu kamu langsung menyetujui permintaan Ibu." Ucap Nenek Bandot yang mengerti apa yang ada di pikiran putra sulungnya ketika melihat mereka berdua sudah pergi.
"Hehehehe ... " Tawa putranya.
"Kamu tenang saja, mantan kekasihmu tinggal di samping rumah kita dan kerja sebagai sekretarismu jadi setiap hari kamu bisa bertemu." Ucap Nenek Bandot.
"Ibuku memang yang terbaik." Puji putranya sambil memeluk Ibunya.
"Huh ... Selama bertahun-tahun kamu selalu membela istrimu dari pada Ibumu." Ucap Nenek Bandot dengan wajah yang terlihat sangat kesal.
"Maafkan Aku, Ibu. Aku terpaksa melakukan hal itu karena Aku sangat lelah jika mendengar Ibu bertengkar dengan istriku dan Aku sangat menyesal karena bertengkar dengan Ibu." Ucap putranya sambil melepaskan pelukannya.
"Huh ..." Dengus Ibunya dengan wajah yang terlihat masih kesal.
"Bu, Aku janji mulai sekarang dan seterusnya akan menuruti apa yang Ibu katakan asalkan Ibu melupakan apa yang terjadi beberapa tahun yang lalu." Ucap putranya.
"Awas kalau kamu tidak tepati maka mantan kekasihmu akan Ibu jodohkan dengan adikmu." Ancam Ibunya.
"Aku pasti akan tepati jadi Aku minta jangan jodohkan mantan kekasihku dengan adikku." Ucap putranya.
"Baiklah." Ucap Ibunya dengan singkat.
"Sekarang Ibu lapar jadi siapkan makanan untuk Ibu sambil menunggu kedatangan Risih." Sambung Ibunya.
"Baik. Kebetulan Risih sudah masak jadi kita bisa makan bersama." Ucap putranya.
Ibunya hanya menganggukkan kepalanya kemudian mereka berdua berjalan ke arah ruang makan. Tanpa menunggu kedatangan Ibu Risih, mereka berdua makan bersama hingga makanan yang ada di atas meja habis tanpa sisa sedikitpun.
Sedangkan di tempat yang berbeda di mana Ibu Risih dan Santika sudah berada di makam orang tuanya Ibu Risih.
Mereka berdua duduk berlutut lalu Santika berdoa dengan khusyuk sedangkan Ibu Risih menatap putri semata wayangnya dengan perasaan tidak menentu.
("Haruskah Aku membuang Santika dan meninggalkannya di hutan?" Tanya Ibu Risih).
("Tapi jika Aku menolaknya maka Ibu Mertuaku akan bunuh diri di tambah suamiku memintaku untuk membuangnya. Maka kemungkinan besar suamiku akan menceraikanku dan menikahi mantan kekasihnya." Ucap Ibu Risih sambil berpikir apa yang harus dilakukan).
Ibu Risih kemudian menatap ke arah putri semata wayangnya lalu menghembuskan nafasnya dengan kasar.
Selama menikah dengan suaminya, Ibu Risih selalu iri dengan teman-temannya yang di manja oleh suami dan ke dua mertuanya. Di tambah suami dan keluarga besar suaminya memberikan uang untuk berfoya-foya bersama teman-teman sosialitanya.
Teman-teman sosialitanya bergantian saling traktir dan ketika giliran Ibu Risih, Ibu Risih dengan sangat terpaksa meminjam uang pinjaman online agar dirinya dapat di terima oleh mereka.
("Tidak ... Tidak ... Lebih baik Aku buang saja anak ini. Aku tidak ingin bercerai karena Aku masih mencintai suamiku, apalagi Aku sudah sangat bosan jika hidup menderita." Ucap Ibu Risih).
("Jika Aku buang anak ini maka Aku bisa bersenang-senang bersama teman-temanku." Sambung Ibu Risih).
Keingiannya menjadi orang kaya dan bisa berfoya-foya membuat dirinya menutup mata hatinya. Dirinya sama sekali tidak peduli akan nasib putri semata wayangnya.
"Bu." Panggil Santika yang melihat Ibunya sedang melamun.
Hening
"Bu." Panggil ulang Santika sambil menggenggam tangan Ibunya.
"Ada apa?" Tanya Ibunya.
"Ibu tidak akan membuangku, kan?" Tanya Santika sambil menatap Ibunya dengan tatapan sendu.
"Tentu saja tidak." Jawab Ibunya membohongi Santika.
"Ayo kita pulang." Ajak Ibunya sambil berdiri.
Santika hanya menganggukkan kepalanya kemudian mereka berdua berdua berjalan. Hingga beberapa saat kemudian Ibu Risih dan Santika berjalan hampir melewati jurang.
Ibu Risih langsung tersenyum jahat kemudian Ibu Risih yang sejak tadi menggenggam tangan Santika langsung menarik tangannya dengan kasar.
Setelah itu Ibu Risih mendorongnya ke arah jurang tanpa punya perasaan bersalah. Santika yang belum ada persiapan tentu saja sangat terkejut sambil berteriak.
Santika berusaha mencari pegangan agar tidak terjatuh ke jurang hingga Santika tidak sengaja memegang akar pohon yang tumbuh di dinding jurang.
"Ibu! Kenapa Ibu tega melakukan ini padaku?" Tanya Santika sambil memegang akar pohon dengan menggunakan ke dua tangan mungilnya.
"Santika, Ibu melakukan ini karena Ibu sangat bosan hidup miskin jadi lebih baik kamu mati saja." Jawab Ibunya tanpa punya perasaan.
Selesai mengatakan hal itu Ibu Risih pergi meninggalkan Santika tanpa mempedulikan teriakan minta tolong.
Belum ada dua menit ke dua tangan mungil Santika tidak kuat menompang tubuhnya. Hal itu mengakibatkan Santika masuk ke dalam jurang bersamaan Santika tidak sadarkan diri.
Sedangkan di bawah jurang di mana seorang kakek yang bisa menguasai beberapa seni bela diri sedang mencari tanaman herbal di hutan yang belum pernah di sentuh oleh manusia.
Hingga beberapa saat kemudian kakek tersebut merasakan ada seseorang yang jatuh dari jurang. Hal itu membuatnya mendongak ke atas dan melihat seorang gadis kecil tersebut meluncur ke arah batu besar.
Tidak ingin terjadi sesuatu dengan gadis kecil tersebut membuatnya langsung melompat lalu menangkap tubuh mungil agar tubuhnya tidak menabrak batu besar.
Kakek tersebut kemudian berjalan ke arah pondok miliknya sambil menggendong gadis mungil tersebut yang masih tidak sadarkan diri dengan tubuh tergores luka.
Hingga Kakek tersebut melihat istrinya sedang duduk di teras sambil tersenyum menatap dirinya. Namun ketika melihat suaminya menggendong anak kecil membuatnya langsung berdiri dan berjalan ke arah suaminya.
"Suamiku, siapa gadis kecil ini?" Tanya istrinya sambil menatap ke arah gadis malang tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Rahma Inayah
semoga diego lembut hati nya mau menuruti apa kata santika
2025-09-25
1