Agatha Aries Sandy dikejutkan oleh sebuah buku harian milik Larast, penggemar rahasianya yang tragis meninggal di depannya hingga membawanya kembali ke masa lalu sebagai Kapten Klub Judo di masa SMA.
Dengan kenangan yang kembali, Agatha harus menghadapi kembali kesalahan masa lalunya dan mencari kesempatan kedua untuk mengubah takdir yang telah ditentukan.
Akankah dia mampu mengubah jalan hidupnya dan orang-orang di sekitarnya?
cover by perinfoannn
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noveria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sassy Girl
Setiap kayuhan sepeda dan turunan tanjakan yang mendebarkan, Agatha tidak bisa menahan senyumnya ketika melihat Larast tampak menikmati perjalanan ke sekolah bersamanya. Angin pagi membelai wajah mereka, membawa aroma embun dan harapan.
Matahari mulai naik, jalan-jalan yang tadinya sepi kini ramai dengan gerombolan anak sekolah yang lalu lalang. Tawa dan obrolan memenuhi udara, menciptakan suasana khas pagi hari.
Rem tangan ditekan kuat-kuat saat mereka tiba di tempat parkir sekolah. Larast melompat kecil turun dari sepeda Agatha.
“Terima kasih ya,” ucap Larast lirih, nyaris tak terdengar di tengah hiruk pikuk.
“Iya, sama-sama,” balas Agatha lembut, kemudian menarik pundak Larast dan merapikan rambutnya yang berantakan tertiup angin. Sentuhan itu sederhana, namun penuh perhatian.
“Nah, gini kan keliatan cantik dan rapi,” ujar Agatha. Kemudian mengelap keringat di kening Larast.
Sontak, perhatian itu membuat Larast terkejut. Jantungnya berdegup kencang, seakan ingin melompat keluar dari dadanya. Apalagi, beberapa murid yang lewat tampak memperhatikan mereka dengan tatapan penuh tanya.
Dengan gugup, Larast menyingkirkan tangan Agatha, “Ngapain sih, Loe! Gue bisa sendiri!" Lagi-lagi, ucapan ketus menjadi jurus andalannya untuk menutupi rasa canggung. Laras segera merapikan rambutnya dengan jari-jari tangan, berusaha menyembunyikan rona merah di pipinya.
Agatha mengeluarkan kotak bekal dari dalam tasnya, kemudian menyodorkan nya pada Larast, "Ini! Awas kalau nggak dimakan!"
Larast mengernyit, lalu membuka tutup bekal dan melihat isinya. Matanya berbinar, namun ia berusaha menyembunyikan kebahagiaannya. “Ngapain sih repot-repot, aku udah sarapan kok.”
Kruyuukkk…
Suara perut kelaparan terdengar jelas dari perut Larast, tepat setelah kalimat penolakan itu meluncur dari bibirnya. Seketika, wajahnya berubah merah padam karena malu.
Agatha tertawa kecil, kemudian menyentil kening Larast dengan gemas, “Nah, kan! Kamu nggak bisa bohong sama aku.”
Larast menunduk, berusaha menyembunyikan senyum yang mulai merekah di bibirnya. Dengan cepat, ia berbalik dan berjalan meninggalkan Agatha di tempat parkir.
“Heh… cewek plester! Pulangnya nunggu aku, ya!” teriak Agatha tanpa rasa canggung, membuat beberapa siswa menoleh ke arah mereka.
Dengan langkah yang semakin cepat, Larast berusaha menyembunyikan senyumnya. Perasaan bahagia, berdebar, dan canggung bercampur menjadi satu, memenuhi dadanya. Pagi ini, kayuhan cinta di tanjakan telah dimulai.
Pemandangan di tempat parkir, tentang seorang kapten Judo dan anggota ekskul penyiaran itu, tersebar di setiap lorong sekolah dan kelas seperti virus. Saling berbisik mempertanyakan hubungan Aries, yang menjadi bintang klub Judo sekaligus siswa paling berprestasi di sekolah, tiba-tiba dekat dengan Larast, siswi yang dianggap setengah tidak waras dan tidak banyak berteman.
Di kelas, suasana terasa lebih tegang dari biasanya. Larast bisa merasakan tatapan penasaran dan bisik-bisik yang mengarah padanya. Ia berusaha tidak peduli, namun hatinya tetap merasa tidak nyaman.
“Loe pacaran sama Aries?” Bella yang baru saja tiba, mengetuk meja Larast dengan nada sinis.
Larast mendongak dan menatap Bella yang berdiri dengan menyilangkan kedua tangan di depan dada. “Apa urusan loe?” jawab Larast ketus.
“Ih, ini cuma gosip kan? Nggak mungkin banget cowok selembut dewa air punya hubungan sama dewi api dari neraka?” Bella menyunggingkan senyum mengejek, kemudian mencoba duduk di samping Larast.
“Udah loe pindah aja, Bell. Gue lagi muak lihat wajah loe pagi-pagi. Ngerusak suasana aja!” Larast mendorong bahu kanan Bella hingga hampir tersungkur dari kursi.
“Hist... apaan sih loe,” desis Bella kesal, lalu bangkit dari tempat duduknya dan pindah ke kursi belakang dengan wajah masam.
Larast ikut bangkit, lalu menarik tas salah satu temannya yang berdiri tak jauh darinya. “Loe, duduk sini dekat gue!” tanpa meminta persetujuan, Larast memberikan tempat duduk di sebelahnya.
Siswa berkacamata yang selalu gagap kalau berbicara itu menatap Larast dengan mata berbinar, "Be-neran, Rast? Gue boleh duduk de-deket loe?"
Larast mengangguk singkat. Siswa yang bernama Bian itu mengepalkan kedua tangannya dan berbisik, “Yes!” Ia segera duduk di samping Larast dengan wajah sumringah.
"Makasih ya, Rast," bisik Bian pelan.
⚔️⚔️⚔️⚔️⚔️⚔️
Sementara itu, di kelas Agatha, tiga orang siswi mendekat ke arahnya dengan wajah kesal.
“Aries, loe kok tega sih. Loe beneran udah punya yayank?” tanya salah satu gadis, teman kelasnya, dengan nada merajuk.
Agatha yang baru saja menaruh tasnya di meja tertawa geli melihat ekspresi ketiganya. “Kenapa emangnya? Kalian cemburu?” godanya.
“Beneran loe, bro? Pacaran? Sama siapa?” Reza yang mendengar percakapan itu kemudian mendekat ke arah sahabatnya dengan rasa penasaran.
“Tugas kita di sekolah belajar,” jawab Agatha, berusaha mengalihkan perhatian dari pertanyaan teman-temannya.
“Itu, Za. Sama cewek dekil yang suka berantem tuh lho. Namanya Larast,” sahut salah satu siswi di kelasnya, membuat Reza terkejut.
Reza tertawa terbahak-bahak, "Enggak mungkin, gue tahu selera dia. Dia nggak mungkin pacaran sama cewek yang tengil. Ya kan, Bro?" Reza menepuk pundak kanan Agatha, mencari pembenaran.
“Aries tuh sukanya cewek spek Rena tuh, ketua cheerleader,” imbuh Reza, menyebut nama gadis yang selama ini dikagumi banyak siswa di sekolah
Mendengar Reza menyebut nama Rena membuat hatinya kembali tersulut emosi yang tak terkendali.
Agatha telah mencintai Rena selama 20 tahun. Mulai dari pacaran selama 5 tahun dan kemudian menjadi istrinya selama 15 tahun. Namun, kenyataannya wanita yang pernah menjadi bagian dari hidupnya ternyata telah berselingkuh dengan pria yang kini duduk di sampingnya di masa depan.
Agatha terdiam sejenak, “Aku suka kok cewek tengil kaya gitu,” akhirnya Agatha membuka suara, membuat semua orang terkejut.
“Hah? Yang bener?” Reza dan ketiga siswi di kelas yang sedang berkerumun di mejanya menjawab dengan serempak, tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar.
“Iya, tengil seru tau!” imbuh Agatha dengan senyum misterius. “Makanya aku cobain.”
“Hah?” tiga teman perempuan di kelasnya tampak heran dengan jawaban Idola mereka.
Reza langsung menyentuh kening sahabatnya, “loe demam, bro?”
Agatha menyingkirkan tangan Reza dengan cepat, “Udah balik ke meja kalian, waktunya belajar bukan mikir aneh-aneh.”
Reza menarik kursinya mendekat dengan Agatha, “Bukannya loe mau nembak Rena?”
“Nggak, aku udah berubah pikiran,” jawab tegas Agatha, membuat Reza semakin bingung.
“Kamu bakal nyesel, Bro. Dia kan cinta banget sama loe!”
“Iya, aku akan nyesel. Nyesel kalau milih dia.”
Bel masuk berbunyi, suara derap langkah tergesa-gesa murid-murid masuk kelas terdengar jelas. Suara para guru yang memanggil anak didiknya yang masih berkeliaran menggema di seluruh sekolah.
Sementara Agatha berpikir keras, apakah saat ini dia juga bisa merubah cinta di masa depannya?
Dua insan muda yang sebelumnya tidak pernah saling mendekat kini berusaha merajut benang cinta untuk mengubah arah takdir masa depan mereka. Akankah cinta yang baru tumbuh ini membawa perubahan, ataukah justru menjerumuskan mereka ke dalam kesalahan yang lebih besar di masa depan?
Bersambung.
