"Sssssttt, sssssttt ahh, ahh,aaahh...Aaaahhhk."
Aku terbangun saat waktu sudah menunjukkan pukul 23:25. Sebab Mas Saka tidak ada di sebelahku. Ntah kemana dia, aku tidak tahu. Baru saja aku akan melangkah menuju keluar, namun aku mendengar suara aneh dari kamar mama, yang aku dengar seperti suara desahan dan lenguhan panjang.
Aku sampai bergidik ngeri mendengarnya, suara apakah itu? Aku tidak tahu pasti itu suara apa? Namun aku menebak, itu seperti suara orang yang sedang berhubungan. Apakah mamaku itu sedang menonton film??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KIARA DEMAM
Aku pun mencium pipi Kiara dan melangkah keluar juga, biarkan anakku itu istirahat. Aku mengejar mama. Karena mumpung beliau sedang santai. Aku ingin bertanya tentang celana dalam mas saka di kamar mama.
"Mama tunggu dulu." ucapku yang terburu-buru.
Wanita cantik itu membalikkan badannya.
"Ada apa Rey?" tanya nya.
"Ma. Reyna mau bicara sama mama sebentar." ucapku menarik tangan mama dengan pelan duduk di sofa TV.
"Bicara apa sih Rey? Kelihatanya penting sekali." ucap mama.
"Iya ma. Ini penting. Tempo hari Reyna menemukan celana dalam milik mas Saka di kamar mama. Kok bisa ma?" ucapku.
Seketika mama langsung menatapku dengan tatapan gugup. Entah gugup atau apa aku tidak bisa menebaknya. Sebab wajah mama sangat datar saat aku mengatakan itu.
"A-apa, -celana dalam Saka? Mama mana tahu Rey? Kamu kan tahu sendiri, setiap hari mama kerja. Ke kantor. Emm, mungkin saja kamu lupa saat mengambil pakaian kotor." ucap mamaku.
"Kamu menuduh mama ada main dengan suami mu? Begitu Rey?" ucap mamaku.
Aku langsung menggeleng dengan cepat.
"Bukan ma. Bukan maksud Reyna menuduh mama. Reyna hanya tanya saja." ucapku.
Takut mama akan tersinggung.
"tapi ucapan kamu itu seperti menuduh mama Rey. Mama tidak tahu, yang mengurus rumah ini kan kamu." ucap mama dengan sedikit ketus.
Aku yang tidak enak hati pun langsung meminta maaf kepada mama. Mungkin saja memang terjatuh, aku yang lupa dan tidak melihatnya untuk di ambil, sudahlah aku akan melupakan masalah celana dalam itu.
"Reyna minta maaf ma. Bukan maksud Reyna menuduh mama. Maafkan Reyna ma.." ucapku yang sangat menyayangi mama.
Begitu pun mama yang juga sangat sayang kepadaku, tidak mungkin mama akan tega melukai putrinya sendiri.
"Iya nak, mama itu sayang sama kamu, jadi tidak mungkin mama tega menyakiti kamu." ucap mamaku dan langsung memelukku.
"Rey, pokoknya sampai kapan pun, kamu dan suami mu tetap tinggal di sini ya. Jika kalian pindah, mama dengan siapa? Mama merasa sepi sendirian." ucap mamaku sambil mengelus pelan pucuk kepalaku.
Aku pun mendongak menatap mama.
"Apa mama tidak mau menikah lagi?" tanyaku dengan pelan.
Seketika mama langsung menatapku, mama mengatupkan bibirnya.
"Kenapa ma? Reyna salah bicara ya? Mama masih muda. Masa mama tidak mau menikah lagi?" ucapku.
Namun tiba-tiba saja mama kandungku itu terlihat gugup, dan beliau pun langsung menggelengkan kepalanya.
"Tidak Rey, mama tidak akan menikah lagi." ucap mama.
Aku hanya mengangguk saja. Mungkin mama masih teringat dengan alm papa. Sehingga mama menjadi susah untuk membuka hati kepada orang lain.
"Mama ke kamar dulu ya Rey, mumpung mama tidak ke kantor, mama mau enakin badan dulu." ucap mama.
Wanita cantik yang telah melahirkan ku itu bangkit dari duduknya. Sedangkan aku juga langsung bangkit menuju dapur untuk menyiapkan makan siang. Takut saja Kiara lapar.
Aku masuk ke dalam kamar sambil membawa makan untuk Kiara. Karena memang waktunya sudah siang. Aku juga dan mama baru selesai makan.
"Kiara, nak makan siang dulu yuk." ucapku.
Padahal putriku itu tidak terlelap. Namun Kiara tidak menjawab ucapanku.
"Ra," ucapku lagi.
Aku pun langsung meletakkan piring dan minumnya ke atas nakas. Kemudian aku mendekat dan meletakkan tanganku di dahi Kiara. Aku syok, sebab badan Kiara sangat panas sekali.
Padahal kemarin badan Kiara dingin, tetapi mengapa ini panas sekali? Aku langsung mengambil termometer untuk mengecek suhu panasnya. Dan benar saja, panas di badan Kiara sangat tinggi.
Ingin ke kamar mama. Namun mama sedang istirahat. Aku tidak enak jika harus mengganggunya. Tidak perlu berlama-lama lagi, aku segera memesan taksi online untuk membawa Kiara ke rumah sakit.
"Sabar ya nak. Kita ke rumah sakit sekarang. Ya Allah, padahal tadi kamu tidak apa-apa Ra." ucapku sambil mengambil selimut yang baru.
Dengan sekuat tenaga ku, aku menggendong Kiara. Aku juga pamit kepada mama. Takut saja mama akan mencari ku.
Tok tok tok.
"Mama, Reyna pergi dulu ya, assalamualaikum." ucapku yang langsung melangkah menuju depan.
Tetapi suara mama menghentikan ku.
"Reyna.. Kok Kiara di gendong-gendong seperti itu. Kamu mau kemana memangnya?" tanya mamaku.
Sedangkan aku sudah keberatan menahan tubuh Kiara yang lemas itu.
"Mau ke rumah sakit ma, badan Kiara sangat panas sekali. Reyna pergi dulu ya ma." ucapku yang langsung melanjutkan langkah kakiku menuju depan.
"Eh Reyna tunggu." teriak mama.
Sepertinya mama mengejarku.
"Rey, mau mama bantu. Mama temani kamu ya." ucap mama.
Namun aku langsung menggeleng. Menunggu mama siap-siapa dulu, aku sudah tidak sabar. Beruntung taksi ku sudah datang.
"Tidak usah deh ma, lebih baik mama di rumah saja. Assalamualaikum" ucapku yang langsung menyuruh pak supir jalan.
Aku panik sekali, sebab badan putriku sangat panas. Aku tidak perduli dengan teriakan mama itu. Ingin mengabari mas Saka! Namun aku takut jika akan mengganggu.
Sesampainya di rumah sakit, para suster langsung membawakan brankar untuk Kiara, aku pun mengikuti langkah para suster dengan cepat.
Dan saat ini anakku sedang di tangani oleh dokter di dalam ruangan. Aku harap-harap cemas. Takut saja putriku terkena penyakit yang serius.
Ceklek.
Selang beberapa menit, laki-laki berpakaian putih itu keluar dari ruangan. Aku langsung mencecar dengan pertanyaan apa saja tentang kondisi putriku.
"Begini bu, saat ini kondisi pasien baik-baik saja. ini bukanlah suatu penyakit, melainkan sebuah gejala dari penyakit yang mendasari. Kondisi ini dianggap sebagai bagian penting dari pertahanan tubuh terhadap infeksi. Anak ibu hanya butuh istirahat saja. Untuk meredakan demam tingginya, saya akan menginfus anak ibu. Jika infus sudah habis, pasien bisa di perbolehkan pulang. Obat silahkan ibu tebus di apotik depan ya." ucap sang dokter.
Aku merasa sangat lega sekali. Ternyata putriku hanya kelelahan saja.
"Baik dok baik, lakukan yang terbaik." ucapku.
Aku segera menghubungi mas Saka. Meskipun Kiara hanya di rawat beberapa jam saja, namun mas Saka sebagai papanya harus tahu.
Tut tut tut..
"Hallo mas!" ucapku tanpa salam.
"hallo Rey, ada apa? Tumben kamu nelfon." ucap mas Saka.
"Mas, Kiara masuk rumah sakit mas. Kiara demam tinggi," ucapku dengan sedih.
"Apa! Masuk rumah sakit? Rumah sakit mana. Cepat kau share lokasinya. Aku akan segera kesana." ucap mas Saka.
"Iya mas. Aku akan mengirimkan nya." ucapku, kemudian panggilan pun berakhir, aku juga langsung mengirimkan alamat serta ruangan nya.
Setengah jam aku menunggu, akhirnya mas Saka datang juga.
"Sayang, gimana keadaan Kiara?" ucap mas Saka yang sangat panik sekali.
"Kiara masih di tangani oleh dokter mas. Sebab tadi baru saja di pindahkan." ucapku menjelaskan.
msh mndg pelakornya org lain itupun msh atur waktu buat ketemu sesekali lha ini serumah bhkn istri sah mlh sdh d hlngkn perannya. gila memang moga2 kecelakaan gancet kek