NovelToon NovelToon
Kujual Tubuhku Demi Sesuap Nasi

Kujual Tubuhku Demi Sesuap Nasi

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu / Romansa / PSK
Popularitas:21.2k
Nilai: 5
Nama Author: Qwan in

“Di balik seragam putih abu-abu, Nayla menyimpan rahasia kelam.”

Di usia yang seharusnya penuh tawa dan mimpi, Nayla justru harus berjuang melawan pahitnya kenyataan. Ibu yang sakit, ayah yang terjerat alkohol dan kekerasan, serta adik-adik yang menangis kelaparan membuatnya mengambil keputusan terberat dalam hidup: menukar masa remajanya dengan dunia malam.

Siang hari, ia hanyalah siswi SMA biasa. tersenyum, bercanda, belajar di kelas. Namun ketika malam tiba, ia berubah menjadi sosok lain, menutup luka dengan senyum palsu demi sesuap nasi dan segenggam harapan bagi keluarganya.

Sampai kapan Nayla mampu menyembunyikan luka itu? Dan adakah cahaya yang bisa menuntunnya keluar dari gelap yang menelannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qwan in, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23

Matahari pagi merangkak pelan menyinari atap kontrakan reyot itu. Udara masih lembap sisa hujan semalam, dan suara ayam tetangga terdengar samar dari kejauhan. Di dalam kontrakan kecil itu, Nayla sedang berdiri di depan cermin retak yang tergantung miring di dinding. Tangannya sibuk mengikat rambut panjangnya ke atas, membentuk kuncir kuda sederhana. Di wajahnya, terselip senyum tipis. senyum yang jarang sekali muncul sebelumnya.

Hari ini, ia merasa berbeda. Ada harapan baru yang menyelinap pelan-pelan ke dalam hatinya. Meskipun pekerjaan itu datang dari seseorang yang dulu pernah membeli tubuhnya, Nayla yakin, Elvino tidak berniat buruk kali ini. Elvino bukan pria biasa, dan entah kenapa ia percaya bahwa niatnya tulus.

Ia melihat ke tubuhnya yang telah dibalut pakaian terbaik yang dimilikinya. Celana jeans yang warnanya sudah mulai memudar, dan kemeja putih yang sedikit kekuningan di bagian kerah. Tapi setidaknya, ia tampak rapi.

Dari balik pintu kamar, Lili mengintip sambil menggenggam tali tas sekolahnya. Gadis kecil itu memperhatikan kakaknya dengan mata yang berbinar penuh rasa ingin tahu.

“Mbak mau ke mana?” tanyanya polos.

Nayla menoleh, lalu tersenyum hangat.

“Mbak mau kerja, Sayang,” jawab Nayla sambil jongkok agar sejajar dengan tinggi tubuh adiknya. Ia mengusap pelan rambut Lili yang dikepang dua.

“Kerja? Mbak Nayla mau kerja?” tanya Lili sekali lagi, kali ini suaranya terdengar seperti sedang menyimpan harapan besar.

Nayla mengangguk, “Iya. Doain ya, supaya Mbak diterima kerja."

Lili mengangguk cepat-cepat, senyumnya lebar dan tulus. Tapi momen hangat itu seketika buyar oleh suara dari ruang tamu.

“Kerja?” Suara Dio terdengar sinis, menusuk langsung ke ulu hati Nayla.

“Lili, jangan gampang percaya. Mungkin aja ‘kerja’ yang dimaksud Mbak Nayla itu ya kayak dulu-dulu.”

Langkah Dio terdengar mendekat ke arah pintu, menyambar tas sekolahnya tanpa menatap wajah kakaknya itu. Tatapannya dingin dan penuh tuduhan.

Nayla berdiri, tubuhnya menegang.

“Dio, kamu itu ngomong apa sih? Kamu masih kecil, nggak ngerti apa-apa,” ucap Nayla, nadanya mulai meninggi karena tak tahan menahan sakit hati.

“Aku kecil, tapi aku tau semuanya, Mbak! Aku denger semuanya! Lagipula apa yang baru saja aku katakan benar, kan!” balas Dio ketus, lalu membuka pintu dan membantingnya dengan keras hingga kaca jendela bergetar.

Hening. Suara langkah Dio menjauh seperti gema luka yang tertinggal di dalam rumah.

Nayla menunduk, matanya berkaca-kaca. Tubuhnya terasa lemas seperti kehilangan tenaga. Lili menggenggam tangannya pelan-pelan, lalu bertanya lirih,

“Mbak… Mas Dio kenapa sih? marah-marah terus ke Mbak?”

Nayla menahan air matanya, memaksakan senyum di bibir yang mulai bergetar.

“Mas Dio nggak marah kok, Sayang… Mas Dio cuma lagi capek aja, mungkin kebanyakan PR,” katanya, mencoba menenangkan Lili sekaligus dirinya sendiri.

“Tapi… kenapa marah-marahnya ke Mbak Nayla?” tanya Lili lagi, polos dan jujur, membuat Nayla seperti tertampar kenyataan.

Ia tak tahu harus menjawab apa. Ia ingin mengatakan, karena Mbak dulu memang pernah jatuh terlalu dalam. Tapi apakah seorang anak kecil seusia Lili bisa mengerti?

Nayla menghela napas, lalu menggandeng tangan Lili.

“Yuk, kita berangkat. Nanti Lili telat sekolah,” ucapnya sambil tersenyum kecil, meski hatinya remuk redam.

Dalam perjalanan menuju sekolah, Nayla terus menggenggam tangan Lili erat-erat, seolah hanya tangan mungil itu yang bisa menguatkan dirinya untuk tidak roboh hari ini. Dan jauh di dalam hatinya, ia berjanji, ia tidak akan jatuh lagi. Tidak akan membuat adik-adiknya malu lagi. Tidak akan menyerah, meski dunia tak henti menyakitinya.

Hari ini, ia akan melangkah untuk masa depan yang lebih baik. Bukan untuk dirinya sendiri, tapi untuk Lili. Dan mungkin, suatu hari nanti, bahkan untuk Dio yang kini masih menolak mempercayainya.

...

Nayla berdiri mematung di depan gedung pencakar langit yang menjulang gagah, kaca-kacanya berkilau memantulkan sinar matahari pagi. Untuk sesaat, ia merasa asing, kecil, dan tak sepadan berada di tempat semewah itu. Tangannya gemetar saat ia merogoh tas selempangnya mengeluarkan kartu nama yang kemarin diberikan oleh Elvino.

“PT. Arwana Perkasa,” gumamnya pelan, menatap alamat yang tertera lalu beralih kembali ke gedung di depannya. Benar, ini tempat yang dimaksud.

Jantung Nayla berdebar tak karuan. Pandangannya menyapu orang-orang yang lalu lalang masuk ke dalam gedung. Mereka semua tampak rapi, wangi, dan percaya diri. Pria dengan jas licin dan dasi terikat sempurna, wanita-wanita dengan rok pensil dan sepatu hak tinggi. Sementara dirinya… hanya memakai celana jeans yang sudah memudar warnanya dan kemeja putih yang bahkan warna nya sudah mulai menguning.

Ia menarik napas panjang, mencoba menelan gugup yang menyesak di dada. Lalu melangkah masuk.

Langkahnya ringan tapi penuh ragu saat ia berjalan menuju meja resepsionis. Perempuan muda dengan rambut lurus tergerai duduk di sana, jari-jarinya sibuk mengetik di laptop.

“Permisi, Mbak.” suara Nayla terdengar pelan, nyaris tenggelam dalam suara lift yang terbuka di belakangnya.

Resepsionis itu menoleh, menatap Nayla dari ujung rambut hingga sepatu kets kusam yang dikenakannya. Alisnya terangkat sedikit, namun tak berkata apa-apa.

“Kemarin saya diberitahu oleh Pak Vino, katanya di sini sedang butuh pekerja untuk bagian cleaning service,” ucap Nayla, gugup. Ia buru-buru menyerahkan kartu nama yang digenggamnya sebagai bukti.

Resepsionis itu menerima kartu tersebut, masih memandangi Nayla dengan ragu.

“Maaf, Mbak. Apa bawa surat lamaran atau CV?”

Nayla menggeleng pelan. “Nggak bawa, saya cuma disuruh datang ke sini!”

Resepsionis itu menghela napas, lalu menekan tombol interkom.

“Maaf, Pak Elvino… saya ingin melaporkan, ada seorang gadis yang mengaku disuruh Bapak kemari untuk melamar sebagai cleaning service. Tapi dia tidak membawa surat lamaran…”

Suara berat Elvino langsung terdengar dari interkom. “Ya, itu benar. Suruh saja dia langsung kerja.”

Resepsionis tertegun. “Tapi, Pak… dia bahkan...”

“Saya bilang suruh dia langsung kerja. Lakukan saja. Yang bos di sini saya atau kamu?” suara Elvino dingin, tak memberi ruang untuk dibantah.

Resepsionis menelan ludah. “Baik, Pak…” jawabnya cepat, lalu segera memutus sambungan.

Dengan senyum kaku, ia berkata pada Nayla, “Silakan ikuti Bapak Joni. Beliau yang mengurus staf cleaning service.”

Tak lama kemudian, seorang pria paruh baya muncul dari pintu samping. Tubuhnya tegap meski rambutnya mulai memutih. Ia mengenakan seragam abu-abu dengan nama "Joni" disulam di dada kirinya.

“Nayla, ya? Ikut saya,” ucap pria itu datar.

Nayla mengangguk cepat dan berjalan mengikutinya menyusuri lorong kantor yang bersih dan mengilap. Dindingnya putih, langit-langit tinggi dengan lampu-lampu LED terang. Ia merasa seperti berjalan di dunia yang benar-benar berbeda dari kehidupannya sehari-hari.

Sesampainya di ruang cleaning, Joni membuka sebuah lemari besi dan mengambil seragam kerja berwarna biru dongker.

“Ini seragam kamu. Ganti di ruang ganti sebelah situ. Setelah itu kamu mulai kerja. Area tanggung jawab kamu lantai dua, khusus bagian pantry dan ruang meeting kecil,” ujarnya tegas.

“Baik, Pak,” jawab Nayla pelan.

“Oh ya,” lanjut Joni sambil menatap tajam,

“Di sini aturan pertama dan utama: disiplin. Jam masuk tepat waktu, nggak ada bolos, tidak bermain ponsel saat jam kerja.”

Nayla mengangguk lagi, kali ini lebih mantap. Ia menerima seragam itu dan berjalan menuju toilet, mengganti pakaian lusuhnya dengan seragam baru. Saat menatap bayangan dirinya di cermin, ia tersenyum kecil.

Meski sederhana, seragam itu membuatnya merasa lebih layak.

1
Bunda Dzi'3
haa akhirnya yg stiap saat ku tunggu 😍trima ksh thor... sehat slalu... ttp smngts up shari 2/3 bab harapan Ku😍😍😍
kalea rizuky
sekali. lacur ttep lacur cari lainnya elang susah ngomong ma mental cwek kere miskin murah an
kalea rizuky
jd pelacur ttep aja gk guna
kalea rizuky
tolol nayla lapor polisi ibukmu suruh cerai kan punya uang tuh
kalea rizuky
bodoh porotin cowok kaya tanpa jual diri kayak novel sebelah hidup miskin tp dia. pinter morotin cwok kaya di club jd pcr sewaan tanpa harus jual. perawan kaya raya trs berhenti deh
ovi eliani
lagian elang ini, ikut campur urusan orang cari perempuan lain saja kenapa mesti marah2 sama nayla, klo cemburu ngomong nggak usah nggas elang. 🤣🤣🤣
اختی وحی
ini udh gk ad lanjutan ya
Siti Aminah
SM KK AQ buka hampir setiap saat tp blm ada kelanjutannya
Siti Aminah
SM KK AQ buka hampir setiap saat tp blm ada kelanjutannya
Bunda Dzi'3
puluhan x buka tapi blm up dri kmren😭
Bunda Dzi'3: syafakumullah yaa Kaa.... istirahat dlu... yar cepet sehat kembali💪💪💪
total 2 replies
Bunda Dzi'3
up thor gak sabarr bab slnjutnya... smoga gda yg ganggu... jgn aulia balik ke kantor ada yg ketinggalan... biar mereka slesaikan hati mereka... gemess Nayla galak bngt klu lgi cemburu🤣
Bunda Dzi'3: slalu di tunggu kaa.. 😍
total 2 replies
Bunda Dzi'3
elvino bener2 yaa Nungguin Nayla Sampai Setengah Jam.... Saling jujurlah dgn hati klian...
Bunda Dzi'3
ayoo Nayla trss merajukkk biar elvino stress🤣🤣🤣
Bunda Dzi'3
nayla cemburu..
merajukkk aja biar elvino ketar-ketir buat merayu nayla😍🤭🤭
Bunda Dzi'3
syukurlah Ada dukungan Papa nya elvino smoga stelah ini papa nya gda niat buat misahin elvino&Nayla... lagian juga nyala perawannya di ambil elvino&nayla ga pernah tidur sma laki2 lain slain elvino... jdi Aman dong yaa😍
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
takut banget nayla dimusuhi emaknya elvino macam mertua mertua julid jaman sekarang
Bunda Dzi'3
Nayla bersyukurlah elvino gak anggap kmu pemuas biologis nya lagi.... krna Elvino udh tulus syang&cinta sma kmu
اختی وحی
males bngt klw nayla msih nurutin bpk ny, hrsnya prgi aja yg jauh biar bpk ny gk ngriwehi
Dzimar
up thorrrr
Siti Aminah
episode berikutnya mn kk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!