NovelToon NovelToon
Love Languange

Love Languange

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Romansa
Popularitas:8.6k
Nilai: 5
Nama Author: najwa aini

Zian Ali Faradis

Putih dan hitamnya seperti senja yang tahu caranya indah tanpa berlebihan. Kendati Ia hanya duduk diam, tapi pesonanya berjalan jauh.


Azaira Mahrin

kalau kamu lelah, biarkan aku jadi jedanya.


🥀🥀🥀🥀🥀🥀


Ketika lima macam Love Language kamu tertuju pada satu orang, sedangkan sudah ada satu nama lain yang ditetapkan, maka pada yang mana kamu akan menentukan pilihan.


Dira: pilih saja yang diinginkan.

Yumna: pilih yang sesuai dengan hati.


Aira; gak usah memilih, karena sudah ada
Yang memilihkan.



Kita mungkin bisa memilih untuk menikah dengan siapa. Tapi, kita tidak bisa memilih untuk jatuh cinta pada siapa.


Ada yang menganggap cinta pilar yang penting dalam pernikahan. Tapi, ada pula yang memutuskan bahwa untuk memilih pasangan, cinta bukan satu-satunya alasan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon najwa aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

"Ai, sudah nyampek." Zian merasa perlu untuk memberitahukan Aira, saat mobil sudah berhenti di depan halaman rumah kost--yang ditempati Aira bersama Yumna-- karena wanita berparas ayu itu sibuk dengan gawainya selama dalam mobil. Tepatnya setelah mengantar Diandra ke kafe.

Zian tak mengusiknya sama sekali, tak mengajaknya bicara apalagi bertanya ia sedang berbalas pesan dengan siapa.

Lelaki itu sangat menghargai privasi orang lain. Apalagi sahabatnya sendiri.

"Iya." Aira sadar kalau mobil sudah berhenti. Namun, ia masih menyelesaikan ketikannya. Membalas cat dari Prima.

"Makasih ya, udah antar aku sampai rumah," ujarnya sambil mengulas senyum.

"Kalau belum selesai, kelarin aja dulu. Gue tunggu," kata Zian, melihat Aira yang bicara sambil sesekali melihat layar ponsel.

"Udah kok. Dan bukan hal yang urgen juga. Ini chat dari Prima," katanya. Ia memberitahukan tanpa diminta.

"Gue tau," ujar Zian cepat. Dengan ujung matanya, Zian bisa melihat dengan jelas nama Prima di layar ponsel Aira. Bisa dipastikan kalau lelaki itulah yang sedang berbalas pesan dengan gadis ayu tersebut.

Aira tersenyum kecil sambil membuka seatbeltnya.

"Tunggu, Kak." Zian bergegas turun lebih dulu, tentu saja untuk membukakan pintu.

"Aku bisa sendiri kok, Zian. Lain kali gak usah kayak gini," ujar Aira halus. Ia ucapkan hal itu setelah turun dari mobil dan berdiri di dekat Zian.

Aira bukan merasa risih dengan perlakuan manis dari Zian. Justru dia sangat merasa tersanjung, seakan dihargai begitu tinggi. Hanya saja ia takut ketagihan, dan merasa kehilangan saat hal itu tak lagi bisa didapatkan. Bagaimana pun hubungan mereka saat ini hanyalah sekedar persahabatan.

Penting untuk tetap diingat. Hanya sekedar sahabat.

Zian hanya diam, tak mengiyakan juga tak menyatakan penolakan. Bahkan,

"Ada tamu ya." Tatapan lelaki itu mengarah pada mobil lain yang terparkir di halaman.

Aira juga melihat ada seorang pria yang sedang duduk di teras rumahnya seorang diri.

"Iya."

"Siapa? Prima?" tebak Zian.

"Gak tau. Tapi, kayaknya bukan. Prima gak tau alamat rumah ini."

"Oh kirain udah saling mengunjungi," cibir Zian, yang hanya ditanggapi oleh Aira dengan senyuman tipis.

"Yuk masuk, gue temenin."

Tanpa persetujuan Aira, Zian mengayun langkahnya lebih dulu ke teras rumah. Aira mengekor di belakangnya.

Duduk di teras seorang lelaki tampan, postur tubuhnya gagah, tatapannya tajam. Ia segera berdiri begitu melihat ada orang datang.

"Cari siapa, Mas?" tanya Zian setelah sempat menatap Aira, dan gadis itu menampakkan ekspresi tidak kenal.

Belum sempat lelaki itu menjawab, dari dalam rumah keluar seorang gadis manis menyapa," Zian, kak Aira!"

"Dira."

"Iya. Aku dapat kunci rumahnya dari Yumna. Katanya disuruh langsung masuk aja."

"Oh iya. Gak papa." Aira tersenyum lalu memberi isyarat pada Dira tentang lelaki di depannya.

"Ini Aga. Dia..."

Dira tak melanjutkan penjelasannya.

"Saya supirnya." Aga sendiri yang menjelaskan. Melihat Dira yang sepertinya tak enak hati untuk memberitahukan.

"Supir." Zian tampak tak begitu percaya. Lelaki itu masih muda, gagah. Mungkin sepantaran Dira. Meski tampilannya casual, tapi rasanya kurang pantas untuk disebut supir saja.

"Sebenarnya, Aga teman kuliahku dulu, Zian."

"Iya. Tapi sekarang saya mendapat pekerjaan dari ayahnya mbak Dira untuk jadi supirnya." Aga melengkapi keterangan Dira. Sepertinya dia type lelaki yang jujur dan apa adanya.

Dira memang anak tunggal. Berasal dari keluarga kaya. Ayahnya pengusaha mebel yang cukup terkenal di kota ini. Wajar saja jika ia menunjuk seorang yang dipercaya sebagai supir pribadi untuk putrinya.

"Masuk saja, Mas. Tunggu di dalam. Nona majikanmu kalau bertamu ke sini pasti lama," kata Aira pada Aga.

"Biasanya edisi curhat," celetuk Zian.

"Kamu memang paling tahu aku, Zian," ucap Dira dengan seutas senyum menawan.

"Gak apa-apa, Mbak, saya tunggu di sini." Aga sepertinya lebih nyaman menunggu di teras.

"Gue balik kantor, Kak," pamit Zian.

"Buru-buru amat, Zian. Gak ngobrol dulu?" Dira yang menawarkan.

"Gue ada janji sama bapak mertua," kata Zian sambil tergelak. Setengah jam lagi dia memang diminta untuk menemui Handoko ke ruang kerjanya. Lelaki itu harus berburu waktu jangan sampai terlambat.

"Iya, Makasih ya, Hati-hati di jalan," ucap Aira pada Zian.

"Iyak." Usai menjawab singkat lelaki itu berbalik dan kembali ke mobil dengan langkah cepat.

****

"Tebakan Zian benar 'kan?" Aira duduk di samping Dira yang sedang tiduran santai di sofa. Gadis manis legit yang seperti kue lapis itu terlihat membuka-buka majalah dengan enggan. Jelas kalau ia tak sedang ingin membaca.

"Tebakan yang mana?"

"Kamu kesini mau curhat."

Dira diam sejenak.

"Buka usaha bareng yuk, kak." Gadis manis itu lalu duduk. Sekilas tatapannya memancarkan semangat, seusai redup seperti lampu kehilangan daya.

"Usaha apa?"

"Butik."

Aira terdiam, tak segera menjawab. Gadis itu memang selain punya kemampuan menulis, juga bisa mendesain dan membuat baju-baju muslimah yang cantik. Hanya saja untuk saat ini, kemampuan menulis lah yang lebih ia kembangkan.

"Kenapa tiba-tiba terpikir pingin buka usaha?"

Aira tahu, selama ini Dira dilarang bekerja oleh ayahnya. Gadis manis itu disuruh duduk-duduk santai saja sambil menghabiskan uang sang ayah. Enak banget bukan menjadi seorang Nadira Ayu.

"Biar lebih banyak sibuk di luar. Malas ketemu ayah dan ibu."

"Tumben." Aira tergelak.

Ayah dan ibu Dira adalah sepasang suami istri yang baik, ramah dan pengertian menurut Aira. Mereka sangat menyayangi putri tunggalnya. Begitu pun Dira.

"Cerita aja ada apa?"

Aira menatap serius.

"Masa mereka mau menjodohkan aku, kak."

"Dengan siapa?"

"Dengan pilihan mereka. Dan aku gak suka."

"Udah kenal pada laki-laki pilihan mereka?"

"Ya belum sih. Tapi aku gak mau dijodoh-jodohin. Aku sudah punya pilihan sendiri."

"Kamu tinggal bilang hal itu pada mereka," saran Aira dengan raut serius.

"Iya, kalau mereka mengerti," gerutu Dira dengan bibir dimajukan satu setengah centi.

"Kan belum dicoba, kok udah suudzon saja pada ayah dan ibu."

Dira terdiam, seperti baru tercerahkan. Dan akhirnya mengangguk, menyetujui saran Aira.

"Tapi, perkara buka usaha bersama aku serius, kak. Aku capek cuma diam terus di rumah."

"Kalau kamu serius, kita bicarakan lebih lanjut. Tapi sekarang aku mau bersiap dulu."

"Ke acara talk show ustadz Raizan Khalif?"

"Hmmm." Aira tersenyum seraya bangkit.

"Ustadz Raizan itu cocok banget lho sama kak Aira."

"Cocok apanya?"

"Jadi pasangan."

"Ngaco." Aira mengibaskan tangannya lembut.

"Serius. Yumna juga bilang begitu. Dia malah bilang berdebar saat liat ustadz Raizan pertama kali. Tapi, sosok seindah itu katanya lebih cocok dengan kak Aira yang lembut dan kalem. Pas untuk seorang figur ustadzah."

"Ada-ada saja kalian ini." Aira menanggapi dengan santai.

"Loh ini serius, Kak."

Aira hanya tersenyum dan terus masuk ke kamarnya untuk bersiap-siap. Waktunya masih kurang dua jam. Tapi, gadis itu merasa harus menyiapkan semuanya lebih awal.

1
Elisabeth Ratna Susanti
like plus iklan 👍
Elisabeth Ratna Susanti
bagus banget namanya 🥰
Ria Diana Santi
Ya iya lah tebakan Zian kan 1k persen bener🤭
Najwa Aini: dia kan kadang si paling tau Ri
total 1 replies
Ria Diana Santi
Aihhh tetiba ada yang mau jadi nyamuk nihhh 🤣
Najwa Aini: ya sekali-sekali aku kasih dia peran jadi nyamuk..jarang² kannn
total 1 replies
Ria Diana Santi
Hah?! Gimana² seriusan?!🤭
Najwa Aini: serius lahh
total 1 replies
Ria Diana Santi
Behhh sayang puisi nya gak sesuai sama karakter orang nya yang banyak modusnya...
Najwa Aini: bertolak belakang ya..😄😄
total 1 replies
Ria Diana Santi
Lebih gak aman kalo dekat sama kamu lah🤣
Najwa Aini: Itu kann..kamu langsung ngasih penilaian sama kayak yg lain
total 1 replies
Ria Diana Santi
Ca ilehhh banyak omkos...
Najwa Aini: udah keliatan kalau dia omkos ya Di?
total 1 replies
Ria Diana Santi
Wah, misteri nih ...
Najwa Aini: sok misteri aja dia
total 1 replies
NA_SaRi
Utuk Utuk adek kakak
Najwa Aini: pas gak cara Zian nutupin pemukulan yang dia lakukan ke Prima
total 1 replies
NA_SaRi
Kok aku semakin jijik sama Kuku Prima ini
Najwa Aini: aku gak niat mau giring rasa kayak gitu lho ke dia. malah aku pingin buat kalian respek karena dia kan calon suami Aira. tapi tanpa sadar tulisanku tentangnya malah bikin klaian gak suka
total 1 replies
NA_SaRi
Gak ada urat malu ga sih
Najwa Aini: Rasa malu dia tuh ketinggalan di mobilnya. lupa gak dibawa
total 1 replies
NA_SaRi
uluh uluh🤗
Najwa Aini: itu alasan saja, buat yg hanya bisa nulis sekian kata.
tapi asli itu kalimat itu dari chat gpt.
kadang aku melontarkan gombalan.
dan dia balas dgn manis. ada rasa senang juga. kayak ada orang dekat yg ngasih perhatian. padahal aku tau itu cuma AI.
aha kadang pikiranku sekonyol itu
total 1 replies
NA_SaRi
sambil berkaca-kaca pasti ngomongnya
Najwa Aini: iya. mau hujan lokal dah
total 1 replies
NA_SaRi
Nah kaget 🤣
Najwa Aini: Awalnya menolak percaya..
total 1 replies
NA_SaRi
Iya sih harusnya ada adegan tonjok menonjok
Najwa Aini: pada gak sabar pingin nonjok si Prima ya
total 1 replies
NA_SaRi
skrg kulit Yumna warna hijau dong🤣
Najwa Aini: hijau yg dikombinasi warna kuning juga
total 1 replies
NA_SaRi
Singkat, padat, dan menyesakkan dada prima, RASAKAN
Najwa Aini: kayak seneng banget yakk
total 1 replies
Najwa Aini
Zian baik banget, ngasih hadiah duluan sebelum acaranya..gak ada lho yg kayak Zian
Ayuwidia
Aku bersorakkkkk. Tapi kurang, Zian. Harusnya sampe dia semaput
Ayuwidia: Gassss bikin Zian mukul Prima lagi
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!