Di bawah rembulan yang dingin, seorang jenderal berdiri tegak, pedangnya berkilauan memantulkan cahaya. Bukan hanya musuh di medan perang yang harus ia hadapi, tetapi juga takdir yang telah digariskan untuknya. Terjebak antara kehormatan dan cinta, antara tugas dan keinginan, ia harus memilih jalan yang akan menentukan nasibnya—dan mungkin juga seluruh kerajaannya. Siapakah sebenarnya sosok jenderal ini, dan pengorbanan apa yang bersedia ia lakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syifa Fha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18
"Tunggu!" seru Xin Lan dengan lantang, menghentikan gerombolan murid yang hendak membawa Tetua yang pingsan pergi. Suaranya yang tegas memecah keheningan dan menarik perhatian semua orang.
Para murid berhenti dan menoleh ke arah Xin Lan dengan tatapan curiga dan tidak sabar. "Apa lagi yang kau inginkan, Monster?" tanya salah seorang murid dengan nada sinis. "Apakah kau ingin memastikan bahwa Tetua benar-benar mati?"
"Aku bisa menyembuhkannya," jawab Xin Lan dengan tenang, mengabaikan sindiran murid itu.
Ucapan Xin Lan itu langsung disambut dengan tawa mengejek dari para murid. "Menyembuhkan? Jangan bercanda! Kau yang telah melukai Tetua dengan teknik kotor itu. Bagaimana mungkin kau bisa menyembuhkannya?"
"Aku yang menggunakan teknik ini dan Aku juga tahu cara menetralkannya. Jika kalian membawanya ke Aula Penyembuhan, mereka tidak akan bisa membantunya. Dia akan mati."
Para murid saling berpandangan dengan ragu. Mereka tidak tahu apakah harus mempercayai ucapan Xin Lan atau tidak.
"Omong kosong!" seru salah seorang murid. "Kau hanya ingin menipu kami!?."
"Aku tidak punya alasan untuk berbohong," jawab Xin Lan dengan tegas. "Aku hanya ingin menyelamatkan nyawa Tetua."
Suasana semakin tegang. Para murid Sekte Teratai terpecah menjadi dua kubu. Ada yang percaya pada Xin Lan, ada juga yang tidak.
Tiba-tiba, Yu Zhang menerobos kerumunan dan menghampiri Xin Lan. "Aku yang membawa nona Xin kemari dan Aku percaya padanya," ucapnya dengan nada meyakinkan.
Li Wei juga maju dan berdiri di samping Xin Lan. "Aku juga percaya padamu, Nona Liu,Aku sendiri yang melihatnya melewati lembah liusha yang bahkan kalian tidak bisa lewati itu." katanya dengan mantap.
Para murid Sekte Teratai terkejut melihat Yu Zhang dan Li Wei membela Xin Lan. Mereka tahu bahwa kedua orang itu adalah sosok yang dihormati di Sekte Teratai, Walaupun kakek tua Li Wei lebih sering di remehkan oleh anak anak penjabat. Tapi intinya Jika mereka percaya pada Xin Lan, mungkin ada benarnya juga.
Pemimpin Sekte Teratai, yang sejak tadi hanya diam mengamati, akhirnya angkat bicara. "Nona, Bisakah kau benar-benar menyembuhkan Tetua?"
Xin Lan menatap Pemimpin Sekte dengan tatapan penuh keyakinan. "Ya, Pemimpin Sekte. Aku yakin bisa menyembuhkannya. Tapi ini semua juga tergantung pada kondisi Tetua."
Pemimpin Sekte Teratai terdiam sejenak, mempertimbangkan perkataan Xin Lan.
Namun, pemimpin sekte merasa seperti bertemu seseorang yang familiar saat bertemu dengan Xin lan.
"Gadis ini, Memiliki mata yang mirip dengan orang itu,Tapi bentuk wajah dan tubuhnya juga punya kemiripan dengan Xiao Mei."Batin pemimpin, Namun ia lantas menyangkalnya.
"Ah...,Ada banyak orang yang memiliki kemiripan didunia ini."Sangkalnya.
"Baiklah," kata Pemimpin Sekte akhirnya, membuat semua orang terkejut. "Aku akan memberimu kesempatan. Tapi ingat, gadis kecil, jika kau tidak berhasil menyembuhkan Tetua, kau akan dihukum sesuai dengan peraturan Sekte Teratai."
Xin Lan mengangguk dengan tegas. "Aku mengerti, Pemimpin Sekte. Aku siap menerima segala konsekuensinya."
Pemimpin Sekte Teratai memberi isyarat kepada para murid untuk membawa Tetua ke Ruang kesehatan . Ia kemudian menoleh ke arah Xin Lan. "gadis kecil. Ingatlah, aku akan mengawasimu setiap saat."
Xin Lan mengangguk menuju Tetua terbaring tak sadarkan diri. Li Wei dan Yu Zhang juga ikut serta, memberikan dukungan moral kepada Xin Lan.
Saat mereka memasuki ruangan itu, Xin Lan merasakan aura spiritual yang kuat. Ia tahu bahwa ini adalah tempat yang sakral dan penuh dengan energi positif.
Xin Lan memeriksa denyut nadi Tetua Gong dan merasakan aliran chi di tubuhnya. Ia menghela napas lega. Tetua itu punya kesempatan dibalik kondisinya sangat lemah.
"Aku membutuhkan beberapa jarum akupunktur dan ramuan herbal," kata Xin Lan kepada Pemimpin Sekte. "Dan aku membutuhkan waktu untuk berkonsentrasi."
Pemimpin Sekte Teratai segera memerintahkan para murid untuk menyiapkan semua yang dibutuhkan Xin Lan. Ia kemudian memberikan Xin Lan waktu dan ruang untuk berkonsentrasi.
Xin Lan menutup matanya dan menarik napas dalam-dalam. Ia memusatkan seluruh perhatiannya pada tubuh Tetua, mencoba merasakan energi yang mengalir di dalamnya. Ia menggunakan teknik rahasia keluarga Liu untuk mendeteksi titik-titik chi yang terpengaruh oleh "Sentuhan Kematian".
Setelah beberapa saat, Xin Lan membuka matanya dan mulai melakukan aksinya. Dengan gerakan cepat dan tepat, ia menusukkan jarum akupunktur ke titik-titik vital di tubuh Tetua. Kemudian, ia memberikan ramuan herbal yang telah ia siapkan sebelumnya.
Pemimpin Sekte Teratai menyaksikan aksi Xin Lan dengan rasa kagum dan tegang. ia tidak tahu apa yang sedang dilakukan Xin Lan, tapi ia bisa merasakan energi yang kuat terpancar dari tubuh gadis itu.
Waktu terus berjalan. Xin Lan terus melakukan aksinya dengan penuh konsentrasi. Ia tidak peduli dengan tatapan curiga dan cemas dari yu Zhang. Ia hanya fokus pada tujuannya: menyelamatkan nyawa Tetua.
Setelah beberapa jam, Xin Lan akhirnya menghentikan aksinya. Ia menghela napas panjang dan menyeka keringat di dahinya.
"Selesai," katanya dengan nada lelah namun lega. "Tetua akan segera sadar."
Pemimpin Sekte Teratai terkejut dan tidak percaya mendengar ucapan Xin Lan. ia mendekati Tetua Qin yang hadir, memeriksa kondisinya.
"kondisi Tetua gong sudah stabil."Ucap Tetua Qin .
yu zhang tersenyum,ia tahu bahwa Xin Lan pasti bisa menyelamatkan nyawa Tetua.
Pemimpin Sekte Teratai menghampiri Xin Lan dan menatapnya dengan tatapan penuh hormat. "Kau telah melakukan sesuatu yang luar biasa, Nona," ucap Pemimpin Sekte dengan nada kagum. "Kau telah menyelamatkan nyawa Tetua dan membuktikan bahwa kau memiliki kemampuan yang luar biasa."
Xin Lan tersenyum mendengar ucapan pemimpin Sekte Teratai. Ia merasa lega dan bahagia karena telah berhasil membuktikan dirinya.
"Aku hanya melakukan apa yang menurutku benar," jawab Xin Lan dengan rendah hati. "Aku senang bisa membantu,dan sebelumnya aku ,Xin Lan meminta maaf atas kejadian siang tadi."
Pemimpin sekte membantu Xin Lan berdiri tegap dari posisi berlutut nya.
Pemimpin Sekte Teratai mengangkat tangannya, meminta para murid untuk tenang. "Mulai sekarang," katanya dengan nada tegas, "Liu Xin Lan akan menjadi tamu kehormatan Sekte Teratai. Ia akan mendapatkan semua hak dan keistimewaan yang sama dengan murid-murid senior kami."
Para murid Sekte Teratai bersorak gembira mendengar pengumuman Pemimpin Sekte. Mereka tahu bahwa Xin Lan pantas mendapatkan semua penghargaan itu.
Pemimpin Sekte Teratai kemudian menoleh ke arah Xin Lan dan tersenyum. "Selamat datang di Sekte Teratai, Nona Liu," ucapnya dengan tulus. "Aku yakin kau akan menjadi aset yang berharga bagi sekte kami."
Xin Lan membungkuk hormat kepada Pemimpin Sekte Teratai. "Terima kasih, Pemimpin Sekte," jawabnya dengan nada penuh syukur. "Aku berjanji akan melakukan yang terbaik untuk Sekte Teratai."
Tetua Gong perlahan membuka matanya, pandangannya masih kabur dan linglung. Ia mencoba mengingat apa yang telah terjadi, namun otaknya terasa berat dan sulit untuk berpikir. Kemudian, matanya tertuju pada sosok Xin Lan yang berdiri tidak jauh darinya.
Tatapan Tetua itu berubah. Bukan lagi tatapan marah atau curiga, melainkan tatapan yang sulit diartikan. Ada kekaguman, kebingungan, dan bahkan sedikit ketakutan di sana. Ia menatap Xin Lan seolah melihat hantu, seolah gadis itu adalah reinkarnasi dari seseorang yang sangat ia kenal di masa lalu.
"Kau..." bisik Tetua itu dengan suara lemah, namun tidak melanjutkan kalimatnya. Ia hanya terus menatap Xin Lan dengan tatapan yang intens dan menusuk.
Xin Lan merasa tidak nyaman dengan tatapan Tetua itu. Ia tidak mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh Tetua itu.
Yu Zhang, yang hendak menghampiri Xin Lan untuk mengucapkan selamat atas keberhasilannya menyembuhkan Tetua, tiba-tiba yu zhang Tanpa ragu melesat maju dan menangkap tubuh Xin Lan yang tiba-tiba limbung. Xin Lan kehilangan kesadarannya dan jatuh ke pelukan Yu Zhang.
"Xin Lan! Xin Lan! " seru Yu Zhang dengan panik. Ia memeriksa denyut nadi Xin Lan dan merasakan bahwa gadis itu sangat lemah.
Para murid Sekte Teratai yang tadinya bersorak gembira tiba-tiba terdiam dan panik melihat kejadian itu. Mereka mendekati Xin Lan dan Yu Zhang dengan cemas.
"Apa yang terjadi?" tanya salah seorang murid dengan khawatir. "Mengapa Nona liu pingsan?"
Yu Zhang mengangkat tubuh Xin Lan dan membawanya ke tempat yang lebih tenang. Ia membaringkan Xin Lan di atas ranjang dan Tetua Qin memeriksa kondisinya dengan seksama.
"Dia hanya kelelahan," kata Tetua Qin yang membuat Yu Zhang bernapas dengan nada lega. "Sepertinya Dia menggunakan terlalu banyak energi untuk menyembuhkan Tetua, Dia membutuhkan istirahat."
yu zhang melihat darah keluar dari hidung Xin Lan, pertanda bahwa gadis itu telah melampaui batas kemampuannya.
Yu Zhang menatap khawatir wajah Xin Lan yang pucat .
"Untuk yang tidak berkepentingan silahkan kembali dan beraktivitas."Ucap Ketua.
Para murid sekte akhirnya keluar dan membubarkan diri.
Yu Zhang dengan lembut menyeka darah yang keluar dari hidung Xin Lan dengan kain bersih. Wajah gadis itu pucat pasi, bibirnya kering, dan nadinya lemah. Yu Zhang merasa hatinya teriris melihat kondisi Xin Lan yang begitu rapuh.
Ia teringat akan masa lalunya sendiri, masa ketika ia kehilangan orang-orang yang ia sayangi karena ketidakberdayaannya. Ia tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Mungkin , inilah alasan mengapa Ia tidak ingin kehilangan Xin Lan.
Tanpa sadar yu zhang menggenggam tangan kecil Xin lan yang kasar dan penuh bekas luka.
"Biarkan dia istirahat yu zhang,"Ucapan ketua sekte, Membuat yu zhang tersadar dari lamunannya.
Tetua itu mencoba menggeliat pelan, membuatnya meringis kesakitan. Ia merasakan setiap ototnya menjerit, sisa-sisa efek "Sentuhan Kematian" yang masih berdenyut di nadinya.
"Ugh..." erangnya lirih, mencoba bangkit namun gagal. Tubuhnya terasa seperti dilindas kereta kuda.
Pemimpin Sekte Teratai, yang sudah bersiap untuk meninggalkan ruangan dan memberikan waktu istirahat bagi Tetua dan Xin lan ,mengurungkan niatnya saat melihat pria itu akhirnya siuman. Ia berbalik, ekspresinya menunjukkan campuran antara lega dan khawatir.
"Tetua Gong, kau sudah sadar?" tanya Pemimpin Sekte dengan nada cemas. Ia segera mendekat dan membantu Tetua,Bernama Wu Gong untuk duduk bersandar di bantal.
Tetua itu mengangguk lemah, mencoba mengumpulkan kesadarannya. "Apa... apa yang terjadi?" tanyanya dengan suara serak.
"Kau terkena serangan dari Nona Liu," jawab Pemimpin Sekte dengan hati-hati. "Dia menggunakan teknik yang sangat berbahaya. Untungnya, dia berhasil menyembuhkanmu tepat waktu."
Mendengar nama liu, mata Tetua itu langsung terbuka lebar. Ia teringat kembali pada pertarungan tadi, pada kekuatan dan tekad gadis itu, dan terutama pada siluet wajah yang sangat familiar yang ia lihat sesaat sebelum kehilangan kesadaran.
"Liu... Xin Lan..." gumam Tetua itu, mencoba mengingat nama itu dengan jelas.
"Ya, Tetua," jawab Pemimpin Sekte dengan sabar. "Dia yang telah menyelamatkan nyawamu."
Tetua itu terdiam sejenak, memproses informasi yang diberikan oleh Pemimpin Sekte. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres, ada sesuatu yang lebih dari sekadar pertarungan dan penyembuhan. Ia merasakan adanya takdir yang sedang bermain, menghubungkan dirinya dengan gadis itu dengan cara yang misterius.
"Pemimpin Sekte," kata Tetua itu dengan nada serius, membuat Pemimpin Sekte terkejut. "Aku ingin berbicara dengan Liu Xin Lan. Sekarang juga...ak...."Ucapan Tetua Gong terbungkam saat melihat Xin lan yang terbaring tak berdaya di sebuah ranjang yang tak jauh dari tempatnya.
"Kenapa? Kenapa dia seperti ini?"
Pemimpin Sekte mengerutkan kening. "Tetua, kau masih lemah. Kau membutuhkan istirahat. Aku tidak yakin Nona Liu dalam kondisi yang baik untuk berbicara. Dia juga kelelahan dan tak sadarkan diri setelah menyembuhkanmu."
"Apa?! Ja..jadi..."Tetua Gong terbungkam lemas.
ia memejamkan matanya dan menarik napas dalam-dalam. Ia mencoba mengingat semua detail tentang kesamaan Liu Mei lan dan Liu Xin Lan , Ia merasa yakin bahwa ada hubungan yang kuat antara Liu mei lan dan Liu Xin Lan.
"Tetua bagaimana keadaanmu ?"
Tetua memegangi kepalanya yang masih terasa pusing,Ia memberikan kode kepada pemimpin sekte dan Tetua lainnya bahwa ia baik baik saja.
"Emh, Kenapa tetua begitu tertarik dengan gadis itu."Ucap Tetua Zhu.
"Entahlah..., Mungkin Saat sebelum pingsan aku melihat Bayangan Kakak Senior Liu mei pada diri Xin Lan."Ucap Tetua Gong.
"Ah,Tetua Gong itu mungkin hanya halusinasi mu, kau selama ini belum bisa menerima kematiannya."Jelas ketua.
"Ah...., Mungkin kau benar ketua."Ucap Tetua Gong dengan lelah.
"Tapi....,"Melihat kearah Xin Lan yang terbaring."Apa kalian tidak merasakan sesuatu yang familiar dengan gadis ini?"Ucap Tetua Gong, Yang membuat mereka saling bertatapan.
"Entahlah,Aku juga sempat memiliki pemikiran yang sama pada awalnya.Tapi,Didunia ini ada banyak orang yang memiliki wajah serupa jadi mungkin ini hanya kebetulan saja."Jelas Pemimpin sekte.
"Ah,Ya anda benar Ketua,Wajah Gadis ini memang memiliki kemiripan dengan Xiao mei,Tapi matanya....,Tidak mirip dengan Xiao mei."Ucap Tetua Suyou.
"Ah, ya Mata Xiao mei tidak seperti itu tapi aku pernah melihat mata yang seperti ini sebelum,Tapi..."
"Sudahlah...,Kita akan tanyakan hal ini saat ia sadar nanti."
Ucapan pemimpin sekte di jawab dengan anggukan.
"Gadis ini memiliki Potensi yang luar biasa."Ucap Tetua Qin.
....