NovelToon NovelToon
Jodoh Jalur Orang Dalam

Jodoh Jalur Orang Dalam

Status: sedang berlangsung
Genre:Hamil di luar nikah / Konflik etika / Selingkuh / Cinta Terlarang / Keluarga / Menikah Karena Anak
Popularitas:412
Nilai: 5
Nama Author: yesstory

Setelah lama merantau, Nira pulang ke kampung halaman dengan membawa kabar mengejutkan. Kehamilannya yang sudah menginjak enam bulan.
Nira harus menerima kemarahan orang tuanya. Kekecewaan orang tua yang telah gagal mendidik Nira setelah gagal juga mendidik adiknya-Tomi, yang juga menghamili seorang gadis bahkan saat Tomi masih duduk di bangku SMA.
Pernikahan dadakan pun harus segera dilaksanakan sebelum perut Nira semakin membesar. Ini salah. Tapi, tak ingin lebih malu, pernikahan itu tetap terjadi.
Masalah demi masalah pun datang setelah pernikahan. Pernikahan yang sebenarnya tidak dilandasi ketulusan karena terlanjur ‘berbuat’ dan demi menutupi rasa malu atas aib yang sudah terlanjur terbuka.
Bisakah pernikahan yang dipaksakan karena sudah telanjur ada ‘orang dalam’ perut seperti itu bertahan di tengah ujian yang mendera?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yesstory, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Selingkuh dibalas Selingkuh

“Mau kemana, Ra?”

Nira menoleh. “Ke supermarket.”

“Aku antar.”

“Nggak usah.”

Nira melewati Riki dan berjalan keluar. Ia menyalakan mobilnya dan keluar dari garasi. Tangannya menyetel musik. Musik galau menemaninya sepanjang jalan.

Mobil Nira terus melaju, melewati supermarket, lalu berhenti di sebuah kafe kecil. Setelah memarkirkan kendaraannya, Nira masuk ke dalam kafe.

Nira menarik kursi di pojok. Tempat ia duduk tak terlihat dari depan kafe. Terhalang tembok. Nira sengaja memilih tempat itu untuk menyendiri.

Nira menyesap kopinya perlahan. Mata memandang jalanan besar lewat jendela kaca. Kafe kecil itu tidak terlalu ramai. Nira tahu tempat itu dari temannya yang bercerita kalau sedang ingin sendiri, ia akan duduk di sana, menikmati kopi, dan juga kesendiriannya.

Nira pernah datang sekali. Saat mengetahui ia hamil anak pertama. Dan sekarang ia datang lagi saat tengah hamil anak kedua.

Nira mengalihkan pandangan ke langit di luar sana. Awan bergerak tak beraturan. Hari ini dia libur. Dan Arsa terpaksa ia titipkan lagi pada Mbak Dewi karena Nira butuh waktu untuk sendirian.

Helaan napas terdengar pelan. Nira sedang berpikir, mengapa hidupnya cepat sekali berubah?

Dulu, ia bisa hidup mandiri, sendiri di kota orang, tapi ia bisa menikmati hidupnya. Ia bisa berganti-ganti pacar, atau hanya memberikan harapan palsu pada beberapa pria yang ia tak suka. Semuanya terasa menyenangkan. Banyak pria yang menyukainya dan ia bebas untuk memilih ingin bersama siapa.

Tapi, mengapa sekarang ia bisa terjebak dengan Riki? Oh ralat. Tak ada yang menjebak. Semua yang terjadi murni atas kesalahan mereka. Bukan hanya Riki. Tapi ia juga turut andil dalam hal itu.

Nira mengusap perutnya perlahan. Mencari kekuatan dari anak keduanya. Sungguh bukan maksudnya ia tak bahagia dengan kehadiran anak keduanya ini, hanya saja, ia belum siap. Ia bahkan ingin mengakhiri pernikahan jika ia tak hamil lagi.

Sekarang, Nira hanya bisa pasrah. Menunda perpisahannya. Yang itu artinya ia juga akan terus melayani Riki walau rasanya sudah mati, tapi ia masih punya kewajiban untuk itu selama mereka masih menikah.

Nira kembali menyesap kopinya. Duduk sendirian, menatap langit, kadang juga tukang parkir, kadang juga jalanan besar sambil merenungi nasibnya.

Dua jam duduk di sana, Nira bangkit berdiri. Melangkah meninggalkan kafe dengan hati yang cukup lebih tenang untuk kembali bertemu dengan Riki.

***

Fitri tengah menemani Dela bermain di teras depan. Putri kecilnya itu sebentar lagi masuk sekolah PAUD. Tak terasa waktu cepat berlalu. Perasaan baru kemarin Fitri terkejut dengan hasil testpack nya positif.

Fitri masih duduk di bangku kelas tiga SMA saat itu. Setelah berhubungan dengan Tomi yang saat itu masih berpacaran dengan Mega yang tak lain teman satu sekolahnya, tapi beda jurusan, Fitri tak mendapatkan tamu bulanannya.

Maka, Fitri membeli testpack, dan hasilnya positif. Fitri langsung memberi tahu Tomi dan respon Tomi menyakitkan hatinya.

“Gugurkan aja lah. Aku nggak siap ya jadi Bapak. Aku masih kelas dua SMA.”

Fitri yang niat awalnya memang hanya ingin bersenang-senang dengan Tomi pun menurut. Ia juga sebentar lagi lulus. Nanggung sekali jika ia dikeluarkan karena sudah hamil. Maka, Fitri pun menggunakan berbagai cara untuk menggugurkan bayinya.

Namun, apapun caranya, bayi tersebut tetap bertahan di perut Fitri. Lambat laun, Fitri juga tak tega jika harus menyakiti anak yang belum lahir itu. Bagaimanapun juga, selain anak itu adalah anaknya, Fitri juga takut. Takut nyawanya terancam dalam proses pengguguran bayi tak bersalah itu.

Fitri menyerah, membiarkan bayinya tumbuh. Walau resikonya, ia dikeluarkan dari sekolah saat tiga bulan lagi ia menghadapi Ujian Nasional. Perutnya cukup besar untuk ditutupi lagi dari teman ataupun guru-gurunya.

Setelah dikeluarkan dari sekolah, Fitri meminta pertanggungjawaban Tomi. Tomi menolak. Tapi Fitri mengancam akan mendatangi rumah Tomi, menemui kedua orang tuanya, dan mengatakan yang sebenarnya.

Akhirnya Tomi mengalah. Kalaupun orang tuanya tahu kelakuannya, setidaknya itu dari mulutnya sendiri. Bukan dari mulut orang lain.

Dan pernikahan dadakandi keluarga Mardi-Sinta itu terjadi untuk pertama kali disaat Tomi masih duduk di kelas dua SMA. Bukan main Mardi mengeluarkan uang demi menyuap beberapa petugas terkait. Karena selain usia Tomi yang masih dibawah legal, pernikahan karena hamil duluan juga sulit prosesnya karena tidak dibenarkan menikahkan pasangan dimana perempuannya tengah mengandung.

Namun, dengan uang, mudah saja semuanya dituruti dan dilegalkan.

Kembali ke masa sekarang.

Ponsel Fitri berdenting pelan. Fitri menoleh. Satu pesan masuk. Dari Gisel.

[Gisel: Siang. Lagi apa? Sibuk nggak?]

Fitri tersenyum dan membalasnya.

[Fitri: Nemenin Dela main. Nggak sibuk kok. Kenapa? Mau video call?]

[Gisel: Boleh. Ada Bapak sama Ibu kamu nggak?]

[Fitri: Enggak. Bapak nggak tahu kemana. Ibu belum pulang dari ngajar.]

[Gisel: Aku video call ya.]

[Fitri: Oke.]

Layar ponsel Fitri berubah. Panggilan masuk. Video call.

Fitri menerimanya dan tersenyum hangat.

“Hai.” Suara seorang pria terdengar.

Tunggu! Pria?

Apakah Gisel itu seorang pria?

“Halo.” Fitri menjawab ramah. Menatap wajah tampan juga matang di layar.

“Beneran lagi sendirian?”

Fitri tak menjawab, tapi menggeser ponselnya memperlihatkan Dela yang tengah asyik sendiri dengan mainannya.

“Apa aku perlu datang ke sana?”

“Ngapain?”

“Ya pingin ngobrol aja sama kamu. Mumpung kamu cuma sama Dela di sana.”

“Kalau Bapak dan Ibu pulang gimana?”

“Aku tinggal bilang kalau aku mampir sebentar nyari Tomi. Tapi Tominya nggak ada.”

Fitri tertawa tanpa suara. “Alasan yang masuk akal.”

“Jadi, gimana? Kamu mau aku ke sana? Kalau iya, aku ke sana beneran nih.”

Fitri menggeleng. “Jangan bergerak terlalu cepat. Kamu nggak mau ‘kan ada yang mencurigai kita?”

“Tenang aja. Aku juga nggak mau cari masalah. Aku cuma cari kesenangan. Begitupun kamu. Benar?”

Fitri mengangguk. “Eum, kita lanjut chattingan aja ya. Aku nggak enak video call gini. Walau rumah lagi sepi, tapi aku nggak tahu kalau tiba-tiba Bapak datang dan melihatmu di layar ponselku.”

Pria di layar mengangguk. “Baiklah. Aku juga lebih suka chattingan. Walau lebih suka lagi, kita berduaan di luar. Jauh dari keluarga kita. Sepertinya itu lebih menyenangkan.”

Fitri pura-pura memelototkan matanya, tapi bibirnya tersenyum sedikit.

“Kita lanjut chattingan ya, Cantik.”

Pipi Fitri merona lalu mengangguk. Panggilan terputus. Satu buah pesan masuk. Fitri kembali tersenyum dan berbalas pesan dengannya.

‘Kalau Tomi bisa selingkuh, kenapa aku nggak bisa. Aku nggak mungkin diam aja jadi wanita yang tersakiti terus nangis di kamar sementara Tomi mungkin sedang adu teknik sama wanita kesepian itu.’ Bibir Fitri tersungging samar.

Ia masih berbalas pesan. Dengan pria yang pernah menatapnya diam-diam, menggoda dirinya dengan lirikan mata saat berkunjung ke sini.

Gagah.

Ya. Gagahlah orang dibalik nama kontak yang Fitri namai ‘Gisel’ untuk menyamarkannya kalau-kalau Tomi atau siapapun tak sengaja melihat ponselnya dan membaca pesannya.

Ah. Pernikahan macam apa yang mereka jalani? Walaupun begitu, ada banyak kasus nyata pernikahan seperti itu. Tak mau berpisah, tapi selingkuh diam-diam di belakang pasangan masing-masing.

Apa pernikahan seperti itu bisa langgeng? Kemanakah ujung pernikahan Nira-Riki, dan Tomi-Fitri?

1
Miu miu
Gak terasa waktu lewat begitu cepat saat baca cerita ini, terima kasih author!
ZodiacKiller
Ga sabar nunggu kelanjutannya thor, terus semangat ya!
yesstory: Terima kasih kak.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!