"Kak please jangan kayak gini" cicitnya saat deril memeluk Almira dari belakang dan mengendus ceruk lehernya menghadap jendela kelas yang tembus ke lapangan sekolah.
"Why? padahal lo nikmatin posisi ini kan?" ucap Deril sambil menyunggingkan bibirnya.
"Aku mohon kak ja- hmmmptt" ucapannya terpotong dan tesumpal oleh benda kenyal milik Deril.
Deril melumat bibir Almira dengan rakus dan menuntut, yang membuat si empu terbelalak kaget tak bisa bergerak.
-----
Yahhhh, bagaimana ceritanya ketika seorang Almira yang pindah sekolah tujuan ingin mencari ketenangan tetapi malah menemukan kemalangan dengan bertemu dan mengenal seorang Deril sendiri.
Mau tau kelanjutannya? yukkk baca novel Obsession Deril ini!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dela Siti padilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Almira di Bius
Di perkumpulan Almira dan Deril, datang Yura menyapa mereka.
"Hi bestiee, halo kakak-kakak." Yura menyapa mereka dengan ramah.
"Hi neng Yuraaa, duh malam ini makin cantik aja neng yura." Ucap Theo sambil mengedip-ngedipkan mata.
"Kenapa mata lo The? Jangan-jangan lo cacingan lagi hihhhh..." Alex memeragakan seakan dirinya kegelian.
"Gila lo kalo ngomong asal mulu, kalo ngomong tuh yang bae-bae. Gue mah sehat wal afiat kali." Ucapnya kesal.
"Udah neng Yura jangan dengerin si Theo cap kadal itu. Mending neng Yura bareng aa alex aja di jamin nyaman."
Mereka terus saja bercanda gurau. Tak ada yang menyadari jika dari kejauhan dua orang yang baru saja saling mengenal memperhatikan mereka. Hingga saat ada pelayan yang melewati mereka berdua, seorang wanita menyerahkan sebuah bungkus tak tahu isinya pada pelayan tersebut dan menyuruh untuk diberikannya ke arah Almira.
"Permisi, ini minumannya." Ucap pelayan tersebut sebari memberikan minuman yang sudah ia masuki sesuatu itu pada Almira.
"Hemm, tau rasa lo Almira. Makanya jangan so cantik." Batin Amora.
"Lo beneran yakin ini bakal berhasil?" Tanya Arlan, karena merasa tidak akan berhasil.
"Lo yang bener aja, masa diri lo aja gak yakin? Harus yakin dong!" Kemudian tatapan matanya beralih ke arah dimana Almira berada.
"Eh kita cheers yukk." Ajak Yura pada mereka semua.
Kemudian mereka semua mengangkat gelas tinggi-tinggi dan membenturkan antar bibir gelas. Mereka terus mengobrol, sampai di tengah-tengah perbincangan Almora merasa tubuhnya tak enak.
"Duh, kok pusing yah." Dirinya mencoba memijit pelipisnya.
Deril menyadari hal itu, kemudian Deril bertanya pada Almira.
"Are you okay?" Deril menyentuh bahu Launa.
"Hemm I'm fine. Cuman agak pusing dikit aja." Almira mencoba untuk terlihat baik-baik saja di hadapan Deril.
"Beneran? Gak mau pulang aja?" Almira hanya menggelengkan kepala.
"Nggak gak usah, aku mau ke toilet dulu aja yah kak."
"Mau aku antar?" Entah kenapa perasaan Deril tak enak untuk meninggalkan Almira sendirian.
"Gak usah lebay deh kak. Aku gak papa serius." Dirinya mencoba meyakinkan Deril, sampai lelaki itu menganggukan kepala mengiyakan.
Almira berjalan seorang diri menuju toilet. Selepas kepergian Almira, Deril menelpon seseorang untuk memastikan keadaan Almira.
"Duh kok kepala gue pusing banget sihh??" Almira merasa pusingnya semakin menjadi.
-----
Di sudut ruangan Amora dan Arlan memulai rencananya. Mereka berpisah entah mau kemana, namun Arlan pergi menyusul Almira kedalam toilet.
Saat di dalam toilet Almira belum menyadari adanya seseorang di belakang tubuhnya.
"Duh kepala aku kenapa sih kok pusing banget?" Almira mencoba memukul-mukul kepalanya.
"Aku coba cuci wajah dulu aja, siapa tau mendingan."
Kemudian Almira mencuci wajahnya hingga basah. Namun, hal tersebut tak mengubah apa-apa. Rasa pusing masih tetap terasa di kepalanya.
Hingga tiba-tiba mulutnya di bekap dari arah belakang. Almira mencoba berontak dan minta tolong.
"Hmmmpt hmmmpt...."
Ucapan Almira tak akan pernah terdengar karena bibirnya di bekap oleh sapu tangan. Hingga beberapa saat setelah Almira melakukan pemberontakan tubuhnya mulai lemas. Matanya tertutup secara perlahan.
Sebelum mata Almira tertutup dirinya sempat melihat siapa yang telah membekapnya. Mata Almira sempat terbelalak kaget.
"Arlan? Kok bisa Arlan ngelakuin ini ke gue?" Batinnya. "Apa sebenarnya yang dia inginkan dari gue? Kan gue gak punya apa-apa." Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang ada di kepalanya. Hingga efek obat bius yang mulai bekerja dan membuat dirinya mengatupkan mata.