NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Ceo Impoten

Terjerat Cinta Ceo Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Obsesi
Popularitas:941
Nilai: 5
Nama Author: Nona_Written

"Ta–tapi, aku mau menikah dengan lelaki yang bisa memberikan aku keturunan." ujar gadis bermata bulat terang itu, dengan perasaan takut.
"Jadi menurut kamu aku tidak bisa memberikanmu keturunan Zha.?"

**

Makes Rafasya Willson, laki-laki berusia 32 tahun dengan tinggi badan 185cm, seorang Ceo di Willson Company, dia yang tidak pernah memiliki kekasih, dan karena di usianya yang sudah cukup berumur belum menikah. Akhirnya tersebar rumor, jika dirinya mengalami impoten.
Namun Makes ternyata diam-diam jatuh cinta pada sekertarisnya sendiri Zhavira Mesyana, yang baru bekerja untuknya 5 bulan.

bagaimana kelanjutan ceritanya? nantikan terus ya..

jangan lupa Follow ig Author
@nona_written

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona_Written, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11 kemauan Makes

Setelah kembali dari perjalanan pulang kampung yang diwarnai pengakuan cinta dan ciuman yang tak lagi sekadar angin lalu, hubungan Makes dan Zhavira tak lagi sama. Jakarta menyambut mereka dengan segala rutinitas padat, tetapi setiap momen terasa berbeda. Ada getaran baru dalam diam mereka, dalam tatapan yang saling mencuri waktu di tengah rapat, atau dalam detik-detik sunyi saat hanya ada mereka berdua di ruang kantor yang kini jadi saksi bisu perubahan status mereka.

Zhavira berjalan cepat menuju ruangannya pagi itu. Rambutnya diikat sederhana, bibirnya merah muda pucat seperti biasanya, dan tangan kirinya menggenggam segelas kopi yang baru saja dia ambil dari pantry.

Ia hampir sampai di ruangannya ketika suara berat dan khas itu menahannya.

“Kenapa jalannya buru-buru banget, sayang?”

Zhavira berhenti, lalu menoleh. Makes berdiri di ambang pintu ruang CEO dengan jas abu-abu gelap dan dasi yang belum sepenuhnya ia rapikan. Satu alisnya terangkat, ekspresi wajahnya santai, tapi tatapannya seperti biasa—tajam dan tak bisa ditebak.

Zhavira menahan degup jantungnya yang langsung melompat, lalu pura-pura menghela napas. “Saya buru-buru karena kerjaan numpuk, Pak. Kalau telat masuk ruangan, siapa tahu ada yang tiba-tiba potong gaji.”

Makes tersenyum kecil. “Kamu sekarang udah punya hak istimewa. Potong gaji? Hmm… rasanya nggak akan terjadi. Kecuali kamu sengaja ngindarin aku.”

Zhavira memutar bola matanya pelan, tapi ada senyum tipis yang tak bisa ia sembunyikan. “Saya nggak pernah ngindarin siapa-siapa, apalagi bos yang hobi nyindir.”

Makes mendekat, menyejajarkan langkahnya dengan Zhavira. “Kalau gitu, kamu harus tanggung jawab, Zha. Karena sejak semalam aku ngerasa, kangen.”

Langkah Zhavira berhenti. Ia menoleh, wajahnya masih tenang, tapi rona pipinya berubah sedikit kemerahan. “Pak Makes, kita ini di kantor.”

“Justru itu,” gumam Makes, membungkuk sedikit ke arah telinganya, “aku harus profesional. Tapi bukan berarti perasaanku libur dari jam kerja.”

Zhavira menelan ludahnya. Dia belum terbiasa dengan Makes versi seperti ini—terlalu jujur, terlalu lembut, dan terlalu, mencintainya.

 **

Siang harinya, rapat dengan tim keuangan baru saja selesai. Zhavira sibuk membereskan dokumen-dokumen saat Makes berjalan mendekat dengan membawa dua gelas kopi.

“Untuk sekretaris paling cantik,” katanya sambil menyodorkan gelas satunya.

Zhavira mengangkat alis. “Ada rapat lanjutan, Pak?”

“Enggak. Aku cuma mau nemenin kamu istirahat,” katanya sambil duduk di tepi meja kerja Zhavira.

Zhavira sempat melirik ke arah pintu yang sedikit terbuka. “Orang kantor bisa lihat.”

“Biarin. Aku CEO di sini. Mau mereka ngomong apa?”

Zhavira mendesah pelan. “Kamu tau kan, orang gampang banget bikin gosip.”

Makes memiringkan kepala. “Zha, kamu pikir aku peduli sama omongan orang?”

Zhavira diam. Ia menggenggam gelas kopinya, matanya menatap cairan hitam pekat yang hangat itu. Ada bagian dari dirinya yang ingin berteriak bahwa ia bahagia, bahwa ia bangga mencintai Makes. Tapi dunia tak selalu memihak perempuan seperti dia—biasa saja, dengan masa lalu tak sempurna, dan sekarang menjalin hubungan dengan pria yang punya reputasi luar biasa.

“Bukan kamu yang harus takut, Makes,” ucapnya lirih. “Aku. Orang bisa aja bilang aku cuma cewek oportunis, atau—”

Makes langsung berdiri, lalu membungkuk menatap matanya. “Berhenti. Jangan pernah hina diri kamu sendiri. Aku nggak akan biarin siapa pun, termasuk kamu, merendahkan Zhavira yang aku pilih.”

Zhavira menatapnya, lidahnya kelu. Ia mengangguk kecil, lalu tersenyum samar. “Kamu mulai jago banget ya bikin aku meleleh di jam kerja.”

“Baru mulai, Zha. Kamu belum lihat aku kalau lagi full mode pacar.”

 **

Hari-hari berikutnya, Makes semakin terang-terangan dalam memperhatikan Zhavira. Ia tak segan mengirimkan makan siang ke ruangannya, menjemput pulang diam-diam dari basement, bahkan pernah mengantar Zhavira ke rumahnya dengan dalih ‘lembur bareng.’

Namun Zhavira, dengan segala gengsinya, tetap menjaga batas. Ia tidak pernah membalas pesan Makes dengan emoji hati, apalagi panggilan sayang. Ia tetap menyebut ‘Bapak Makes’ saat di kantor, dan ‘Kamu’ saat mereka sudah di luar.

Suatu malam, Makes mengirim pesan.

“Lagi ngapain?”

“Ngerjain laporan mingguan,” jawab Zhavira.

“Udah jam segini?”

“Namanya juga sekretaris CEO. Harus rajin.”

Tak lama kemudian, Zhavira mendengar suara bel pintu. Ia terdiam, lalu berjalan ke arah pintu dan membukanya perlahan.

Dan di sanalah Makes berdiri, dengan tangan membawa sekotak makanan dan satu tas besar dari bakery terkenal.

“Aku yakin kamu belum makan,” katanya tanpa basa-basi. “Jadi, izinkan calon suamimu ini masuk?”

Zhavira melongo. “Kamu ke sini malam-malam cuma buat—”

“Mastiin kamu nggak kelaperan. Dan sedikit rindu, sih.”

Zhavira menghela napas, tapi tak bisa menyembunyikan senyum yang mengembang. Ia membiarkan Makes masuk, dan mereka duduk berdua di ruang tamu kecilnya.

“Aku nggak pernah pacaran, Zha,” kata Makes sambil membuka kotak makanan. “Tapi kamu bikin aku pengen belajar pacaran.”

Zhavira mengunyah perlahan, lalu menatap Makes. “Aku juga nggak pernah punya hubungan yang kayak gini. Yang, serius.”

Makes memiringkan kepala. “Kenapa? Kamu takut?”

Zhavira mengangguk pelan. “Karena orang yang aku percaya dulu—meninggalkan aku waktu aku lagi sayang-sayangnya.”

“Orang itu bodoh,” ujar Makes pelan. “Karena kalau aku di posisi dia, aku akan berjuang keras biar kamu nggak pergi.”

Hening sejenak. Zhavira merasakan sesuatu mengganjal di dadanya. Rasa takut. Rasa bahagia. Dan rasa percaya yang pelan-pelan muncul lagi.

“Kamu yakin mau sama aku, Makes?” bisiknya. “Aku ini bukan siapa-siapa.”

Makes meletakkan sumpitnya. Ia mendekat, lalu memegang jemari Zhavira.

“Justru karena kamu bukan siapa-siapa buat dunia… kamu jadi segalanya buat aku.”

Malam itu, mereka tak bicara panjang. Tapi cukup untuk membuat Zhavira tahu bahwa hubungan ini tak bisa ia ingkari lagi. Ia mencintai Makes. Diam-diam. Dalam. Tanpa paksaan.

Dan Makes… lelaki yang dulu hanya terlihat seperti bos sempurna dari luar, kini menjadi satu-satunya tempat aman yang membuat Zhavira ingin pulang.

"Zha."

"Iya." Jawab Zhavira.

Makes mendekati Zhavira, dan tanpa aba-aba ia mencium kembali bibir Zhavira, namun kali ini lebih lembut dan tanpa paksaan, hingga membuat Zhavira rileks dan menerima ciuman itu, Zhavira memejamkan matanya dan membuka mulutnya tanpa Makes minta. Hal itu membuat hati Makes tersenyum bahagia. Dia semakin brutal mencium Zhavira. Tangannya terus mengusap lembut pinggang Zhavira.

Ciuman itu berpindah ke arah leher serta telinga Zhavira, Makes juga lagi-lagi membuat tanda kepemilikan di leher jenjang Zhavira.

"mmmmhhhhhh, Ma–makes." desah Zhavira, yang lolos dari mulutnya.

Makes tersenyum mendengar itu. Mendengar desahan dari kekasihnya. Itu artinya Zhavira terangsang olehnya.

Ciuman itu semakin turun dan tepat di area dada Zhavira, tangan Makes juga sudah menyusup masuk ke dalam piyama tidur Zhavira. Mengusap perut ratanya dan juga pinggang rampingnya.

"aaaahhh, Makes. Hentikan!" pinta Zhavira.

napasnya tersengal-sengal.

Makes mendongkakan wajahnya menatap Zhavira yang juga sedang menatapnya. Zhavira menggeleng pelan ke arah Makes.

"kenapa?" tanya Makes.

"aku tidak mau melakukan itu tanpa ikatan pernikahan." cicit Zhavira.

"bukankah kamu butuh bukti jika aku normal tidak impoten Zha." bisik Makes.

"aku percaya kamu bisa melakukannya. Jadi nanti saja kita lakukan hal itu jika sudah menikah." ucap Zhavira.

"yasudah minggu depan kita nikah." ucap Makes, ia bangun dari atas tubuh Zhavira.

"apa?" ucap Zhavira sedikit berteriak.

1
Kei Kurono
Wow, keren!
Nona_Written: ❤️❤️ terimakasih
total 1 replies
ladia120
Ceritanya keren, jangan sampai berhenti di sini ya thor!
Nona_Written: makasih, bantu vote ya 😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!