Pelet Sukmo Kenongo adalah jalan ninja Lisa untuk memperbaiki hubungannya dengan sang kekasih yang sedang tak baik-baik saja.
Sayangnya, air yang menjadi media pelet, yang seharusnya diminum Reza sang kekasih, justru masuk ke perut bos besar yang terkenal dingin, garang dan garing.
Sejak hari itu, hidup Lisa berubah drastis dan semakin tragis. Lisa harus rela dikejar-kejar David, sang direktur utama perusahaan, yang adalah duda beranak satu, dengan usia lebih tua lima belas tahun.
Sial beribu sial bagi Lisa, Ajian Sukmo Kenongo yang salah sasaran, efeknya baru akan hilang dan kadaluarsa setelah seratus hari dari sejak dikidungkan.
Hal itu membuat Lisa harus bekerja ekstra keras agar tidak kehilangan Reza, sekaligus mampu bertahan dari gempuran cinta atasannya.
Di akhir masa kadaluarsa Ajian Sukmo Kenongo, Lisa malah menyadari, siapa sebenarnya yang layak ia perjuangkan!
Karya hanya terbit di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al Orchida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nggak Bahaya Ta?
Makan siang di staff restaurant kali ini sedikit berbeda untuk Lisa. Ia tak bersama Nina karena anak-anak telemarketing diundang makan siang bersama sang manajer pemasaran yang sedang berulang tahun.
Lisa sendiri duduk dengan tiga sekretaris direksi lainnya: Vega, Intan, dan Zenia. Hanya Gladys, sekretaris direktur operasional yang tidak bersama mereka.
Keempat gadis itu tampil modis dan berkelas, dengan aura mahal, tenang, dan percaya diri tinggi. Aura yang hanya dimiliki orang-orang yang terbiasa berada di lingkaran manajemen puncak.
Obrolan dimulai dari membahas hal-hal ringan, seperti makanan yang restaurant sediakan untuk staff, rencana akhir pekan, beratnya menjadi sekretaris, lalu bergeser ke gosip-gosip panas di kantor.
Vega sengaja melirik ke arah meja tempat Reza dan Viona makan, lalu mulai berbicara dengan suara pelan, “Eh, kalian tahu kan gosip tentang Reza dan asistennya?”
Intan menoleh ke arah yang dimaksud selama dua detik, kemudian menimpali, “Yang lagi makan sama Reza kan makhluknya?”
“Katanya mereka itu udah beberapa kali dinas bareng ke luar kota. Padahal, di surat perintah kerja cuma Reza yang harus berangkat, tapi alasannya dia butuh ‘asisten pribadi’ selama di sana! Jadi ikut deh si Viona, eh Vivi ya panggilannya?” sahut Zenia terkikik geli.
Meski telinga panas dan hati terasa nyeri, Lisa tak bereaksi apapun saat mendengar nama Reza disebut berulang-ulang. Ia tetap tenang dan sesantai mungkin menghabiskan makan siangnya.
Vega mendekatkan wajahnya ke arah Lisa. “Kamu udah denger gosip itu kan, Lis? Maksudku ... kamu sama Reza apa masih punya hub—”
“Hubunganku sama Reza sudah berakhir. Aku nggak ada urusan lagi sama dia,” potong Lisa. “Jadi dia bebas menjalin asmara dengan siapa saja di kantor ini.”
“Siapa sih orang dalam yang merekomendasikan dia jadi asisten Reza?” Zenia melirik Viona sekali lagi, untuk kemudian mencibir, “Sok asyik banget gayanya!”
“Ingat nggak waktu kita meeting minggu kemarin? Kek nggak profesional banget kan dia? Mana SKSD pol sama direktur operasional,” ujar Vega dengan ekspresi jijik.
Intan nyeletuk, “Mungkin itu jurus dia buat naik jabatan. Sok kenal sok deket sama petinggi perusahaan.”
“Wah, Gladys dalam bahaya nih. Bisa-bisa digeser sama Viona dengan cara murahan!” timpal Zenia. “Bukan mustahil juga Reza nanti ditinggal kalau dia bisa menjalin hubungan cinta dengan direktur operasional?!”
Lisa akhirnya membuka suara karena gerah dan jengah, “Balik yuk! Aku belum siapin dokumen buat meeting.”
“Kuy lah, aku juga masih banyak kerjaan!” ujar Intan menyetujui. Ia berdiri lebih dulu dan akhirnya melangkah beriringan dengan yang lain.
Lisa tak menggubris gosip yang baru saja didengarnya, ia memilih sibuk mengarsipkan surat dan menyiapkan berkas yang dibutuhkan untuk meeting.
Setelah menemani rapat kecil dengan divisi pemasaran, Lisa kembali ke ruangannya. Jam kerja hampir berakhir, tapi ia masih harus menyusun schedule pak bos untuk besok, yang harus diemail paling lambat jam lima.
David juga sudah ada di dalam ruangannya, memeriksa tumpukan dokumen yang belum tersentuh karena terjeda makan siang yang cukup lama dengan sang adik, dan juga meeting dengan divisi pemasaran.
Ingat dengan Lisa yang sebentar lagi jam kerjanya berakhir, David membuka aplikasi slack dan segera mengirim pesan.
[Lisa, buat surat HGP (baca : hak guna pakai) mobil inventaris kantor yang paling baru untuk kamu pakai setiap hari.]
Di luar, Lisa membuka aplikasi slack yang menyala karena ada notifikasi masuk. Ia pun segera membalas.
[Mobil? Baik, Pak!]
[Masa iya sekretaris dirut berangkat n’ pulang kerja naik ojek?]
[Naik bis antar jemput milik perusahaan kali, Pak! Naik ojeg itu kalau ketinggalan bis dan kepepet nggak dapet taksi.]
[Bisa nyetir kan kamu? Apa perlu sopir sekalian?]
Lisa mengulum senyum. Membatin, memang boleh seperhatian itu ya seorang direktur utama ke sekretaris?
[Bisa, Pak. Tapi aku udah lama nggak coba bawa mobil, jadi mungkin agak kagok di awal.]
[Ya udah kamu bawa pulang hari ini mobilnya, nanti aku anterin kalau mau nunggu! Aku selesai jam enam.]
[Oke, tapi ajarin nyetir lagi ya, Pak! Beda mobil kan beda cara bawanya.]
[Basicnya kan sama aja, paling kamu cuma butuh waktu 10 menitan buat adaptasi.]
[Ya tetep aja kurang pede kalau harus langsung nyetir sendiri. Takut salah ngoper gigi atau ngopling, Pak.]
[Mobilnya matic, Lisa.]
[Oh matic ya? Ya pokoknya bapak duduk di sebelahku buat mastiin aku nggak ngaco bawa mobilnya!]
[Kirain kamu mau minta pangku buat mastiin everything is under control.]
[Hahaha, nggak bahaya ta nyetir sambil duduk di pangkuan bapak?]
[Nggak juga sih!]
Lisa merasakan pipinya memanas saat mengetikkan kalimat yang sedikit nakal itu. Entahlah, tiba-tiba saja otaknya bekerja terlalu cepat saat merekayasa adegan absurd tersebut. Lisa pun kembali membalas chat pendek bosnya.
[Tapi kayaknya nggak bisa deh, Pak! Mobil kantor yang dipakai sekretaris direksi kan tipe hatchback.]
[It’s going to be good kalau kamu setuju kita melakukannya pake mobil pribadi dirut. Itu juga kalau kamu nggak malu hahaha!]
[Idiiiih, kenapa jadi bahas beginian? Ya udah aku mau selesein kerjaan dulu, sama bikin surat HGP sekalian. Thanks buat fasilitas kendaraannya ya, Pak!]
[With pleasure, Lisa.]
Saat chat berakhir, Lisa mengusap pipinya yang memanas. Ia juga memejamkan mata sesaat demi merasakan jantungnya yang berdegup upnormal.
Bagaimana tidak? Lisa dan bosnya baru saja melempar candaan yang menjurus pada hubungan intim seorang pria dan wanita. Dan itu sangatlah pribadi sifatnya.
Sungguh, Lisa tidak pernah menyangka, kalau dikejar-kejar pak bos rasanya seindah dan semenyenangkan ini. Ia jadi ingat paperbag yang ternyata berisi dua parfum niche, untuk siang dan malam, yang diberikan David tadi pagi.
Ah … tapi diberi perhatian, hadiah dan fasilitas kantor bukan berarti ia langsung bergelar Nyonya David, kan?
Lisa terkekeh sendiri. Sejak kapan ia mulai gila dan percaya diri sekali kalau seorang David akan tetap tertarik padanya saat ajian sukmo kenongo kadaluarsa?
Masih bisa mempertahankan posisinya sebagai sekretaris tiga bulan kedepan saja sudah sangat bagus.
Aku akan bekerja keras dan menjadi sekretaris terbaik! Hingga tidak ada alasan bagi Mas Dave untuk mendepakku dari jabatan ini.
Bersambung,
temen yg super konyol masabiya mau dipelet yg pke seumur hidup hadeh
lama kelamaan juga reza pasti nyesel lis apalagi kalo kualitas kamu makin bagus..
jd selama ajian belum berakhir pepet trroos mas dave nya jd pas ajian itu kadaluarsa mas dave udh ngerasa nyaman ama kamu lisa..dan kalaupun reza kembali hushus hempas jauh2 mantan bastard mu itu😆😆😆
salah soal masa expired tuh pelett. bener tak sih...
seratus juta little kiss hemm, gimna klo......