NovelToon NovelToon
Anak Haram Kaisar

Anak Haram Kaisar

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Kutukan / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rahael

Elena hanya seorang gadis biasa di sebuah desa yang terletak di pelosok. Namun, siapa sangka identitasnya lebih dari pada itu.

Berbekal pada ingatannya tentang masa depan dunia ini dan juga kekuatan bawaannya, ia berjuang keras mengubah nasibnya dan orang di sekitarnya.

Dapatkah Elena mengubah nasibnya dan orang tercintanya? Ataukah semuanya hanya akan berakhir lebih buruk dari yang seharusnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18: Kesepakatan

Beberapa hari sebelumnya, ketika malam bulan purnama penuh darah terjadi.

"Bawa dia."

"Tapi, Kapten—"

"Orang itu hanya meminta kita menyingkirkan gadis itu. Jadi, secara tertulis kita tidak melanggar perjanjian," jelas pria yang di panggil oleh kapten tersebut. Ia kembali menutupi wajahnya menggunakan masker wajah dan bergerak pergi dari sana.

"Baik!"

Anak laki-laki berambut biru tua yang telah tergeletak dengan banyaknya darah di tanah akhirnya di angkat oleh orang-orang yang menyerangnya.

Mereka pergi dengan begitu cepat dari sana, dan akhirnya tiba di kota kembali. Sesampainya di kota, mereka memasuki sebuah gang gelap di sela-sela bangunan. Sebuah tempat terlihat sebuah plakat cafe tergantung apik di depan pintu. Bunyi deritan pintu ketika terbuka menarik beberapa orang yang berada di dalam bangunan itu.

"Bos! Apa pekerjaannya sudah selesai?"

"Siapa anak itu bos?"

Orang-orang yang memanggil pria itu bos bertanya dengan keingintahuan tinggi pada seorang anak laki-laki yang di bawa dengan keadaan begitu mengenaskan.

Pria itu hanya menyeringai dan berkata, "Anakku."

Satu kata itu langsung membuat semua yang mendengarnya terdiam seperti patung, termasuk orang yang menggendong anak itu.

Kapten... Apa yang kau katakan...??

Pria yang sudah membuat seisi ruangan tercengang dengan perkataannya hanya bersenandung ringan tanpa mempedulikan sekitarnya. "Robert, ayo."

Orang yang di panggil Robert akhirnya sadar akan keterkejutannya lalu mengikuti pria itu sembari menggendong anak laki-laki berambut biru tua ke lantai dua.

Mereka berdua akhirnya masuk ke dalam sebuah kamar yang di yakini adalah kamar milik pria yang terlihatnya memiliki pangkat paling tinggi di tempat ini.

"Panggil Lisa untuk mengobatinya," perintahnya pada Robert setelah ia meletakkan anak laki-laki itu di atas kasur.

Sekarang hanya tersisa pria itu dan anak laki-laki yang terlihat sekarat. Luka-luka nya begitu parah, dan sepertinya ia juga terserang demam tinggi.

Entah apa yang dipikirkan oleh pria itu hingga membawa anak yang bisa berbahaya bagi dirinya dan juga kelompoknya. Tapi, ia juga tidak bisa mengabaikan sesuatu yang menarik tepat di depan matanya.

Suara pintu kembali terdengar, diikuti dengan kedatangan dua orang. Robert kembali dengan membawa wanita bernama Lisa yang terlihat seperti bagian medis di kelompok ini.

"Bisakah kamu mengobatinya?"

Lisa akhirnya mendekati anak laki-laki itu dan terkejut dengan luka yang ada di sekujur tubuhnya. "Bagaimana bisa anak ini terluka separah ini??" Ia bertanya-tanya sembari menolehkan kepalanya kepada pria itu. Sedangkan pria itu seakan bodoh tanpa mengerti maksud dari tatapan Lisa.

Pada akhirnya Robert lah yang menjelaskan sedikit kronologinya. "Anak itu melawan Kapten saat sedang mengejar target."

"Melawan siapa!?"

"Kapten."

Lisa mengedipkan beberapa kali matanya dengan tidak percaya. "Bagaimana bisa kamu sejahat ini pada seorang anak, Nielz!?"

Pria bernama Nielz itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal lalu berkata, "Aku terpaksa, kamu tahu? Dia menghalangi kami menangkap target."

Nielz terlihat kewalahan saat menghadapi omelan Lisa, seperti anak kecil yang dimarahi oleh ibunya.

"Oke, oke! Maafkan aku! Jadi, bisakah kamu mengobatinya sekarang? Dia bisa mati kalau seperti ini terus." Nielz mengangkat tangan, tanda menyerah. Hal itu membuat Lisa menghela napas panjang.

Akhirnya Lisa mulai mengobati setiap luka di tubuh anak laki-laki itu. Membalutnya dengan perban yang bersih.

"Dia terkena demam. Kamu, belilah obat nanti pagi untuknya!" Lisa menunjuk langsung tepat ke arah wajah Nielz.

"Baiklah, baiklah." Nielz tidak bisa menolaknya. Mau tidak mau ketika matahari terbit, ia bergegas mencari obat pereda demam di toko obat. Namun, demamnya tidak kunjung turun selama beberapa hari. Hal ini membuat Lisa bingung dan khawatir.

"Hey, sebenernya ada apa dengannya?" Nielz bertanya dengan nada bingung. Sudah beberapa toko obat yang ia kunjungi namun tidak satupun membuahkan hasil. Jika terus seperti ini, bisa bisa anak yang ia bawa akan mati karena sakit.

Namun, karena hal ini Nielz menemukan sesuatu yang sepertinya berhubungan dengan pekerjaan yang ia lakukan beberapa hari sebelumnya.

Obat terakhir yang bisa ia dapatkan dari toko obat yang paling murah di kota itu akhirnya ia berikan pada Robert untuk diberikan pada anak itu.

Nielz duduk di kursi tepat disamping kasur, terlihat begitu lelah. Sedangkan Robert meminumkan obat itu pada sang anak dengan telaten.

"Robert, kamu bisa membantu mereka di bawah. Biarkan aku saja yang mengawasinya," ucap Nielz sambil mengibaskan tangannya seakan mengusir Robert.

Robert hanya patuh dan turun ke lantai satu, tempat yang di sulap sebagai sebuah cafe di gang belakang.

Benar. Cafe mereka yang bernama Pa Diviem dengan lambang laba-laba terlampir di depan pintu adalah sebuah tempat berkumpulnya beberapa orang yang memerlukan jasa ilegal. Siapapun bisa menyewa jasa mereka jika memiliki uang dengan berbagai macam pekerjaan yang akan mereka lakukan sesuai perjanjian.

Organisasi itu tidak begitu besar dengan beberapa anggota yang bisa dihitung oleh jari. Namun, kesetiaan dan ketangguhan mereka tidak dapat dianggap remeh. Ketua mereka yang terkenal dengan keahlian tangannya dapat menjadikan apapun yang ia pegang sebagai senjata mematikan.

Ketika langit mulai menggelap, mengganti rona kuningnya menjadi biru gelap. Nielz yang tertidur di atas kursi mulai membuka matanya ketika mendengar suara di dekatnya.

Manik mata hijaunya menangkap sosok anak laki-laki yang selama ini ia coba selamatkan akhirnya memberikan respon yang dia inginkan.

Anak laki-laki berambut biru gelap itu akhirnya mengangkat kelopak matanya setelah pingsan selama tiga hari. Manik birunya menangkap sebuah cahaya remang-remang dari lentera di atas meja.

"Akhirnya kamu bangun." Suara serak khas pria dewasa itu sontak membangunkannya. Ia langsung bangkit dan melompat dari atas kasur, memberikan jarak yang aman. Matanya penuh akan kebencian pada pria di depannya.

"Woah! Tenanglah, nak. Aku yang menyelamatkanmu disini, seharusnya kamu berterima kasih padaku." Nielz memberi jarak aman agar anak itu tidak lagi waspada padanya.

"Menyelamatkanku!? Bukankah karenamu semua ini terjadi?!" geramnya dengan begitu marah.

"Mau bagaimana lagi? Itu permintaan klien ku. Salahkanlah dia, bukan aku." Nielz memberinya penjelasan dengan nada main-main.

"Bagaimana bisa aku mempercayaimu!?"

Nielz menatap anak itu dengan malas. Ia akhirnya memanggil Robert untuk membawakan sebuah kertas, dan melemparkannya kepada sang anak. "Bacalah, jika kamu bisa membacanya... Kamu pasti mengerti," ucap Nielz sambil tersenyum sinis, seakan sedang mengujinya.

Anak itu mengambil gulungan kertas itu dengan ragu-ragu lalu membacanya. Saat itulah ia terkejut melihat gambar temannya tercantum sebagai target yang harus disingkirkan. Pupilnya bergetar dengan tangannya yang mencengkram kertas itu dengan kuat.

"A-apa... Apa karena ini kalian mengejar kami malam itu?" tanyanya dengan begitu lirih.

"Benar. Karena dia memberi kami uang, kami mengejar kalian malam itu." Nielz tidak berniat menutupi tindakan kejinya malam itu di depan anak laki-laki itu.

Anehnya, anak itu tidak memberontak ataupun melemparkan apapun ke arah Nielz sebagai bentuk kemarahannya. Ia malah bertanya dengan wajah penuh tekad, membuat Nielz tersenyum senang.

"Lalu, apa alasanmu menyelamatkanku? Sepertinya bukan karena rasa kemanusiaan, kan?" Anak itu berucap dengan dingin, tatapannya begitu tajam.

Hal ini lah yang di nantikan oleh Nielz. Ia tersenyum begitu lebar sembari berkata, "Benar! Ternyata kamu pintar juga untuk seukuran anak di desa pelosok. Benar begitu, Ralf?" Nielz menatapnya dengan mata menyipit seperti bulan sabit. Sedangkan Ralf tidak bergeming sedikitpun ketika namanya keluar dari mulut pria di depannya.

"Penawaran?"

Nielz mengangguk dengan wajah pura-pura polos. "Bagaimana dengan balas dendam kepada orang yang menghancurkan seluruh orang tersayangmu?" ucapnya. Ia mengulurkan tangan sebagai tanda ajakan untuk bekerja sama.

Ralf tidak menerimanya dengan begitu saja. Penawarannya terasa begitu mencurigakan tapi ....

Orang itu... Ayah... Elena... Paman George....

Mengingat semua kejadian mengerikan yang menghancurkan semua orang-orang terdekatnya, dan temannya yang dikejar sebagai target membuat darahnya kembali mendidih.

Tangisan Elena masih terngiang di telinganya. Wajah hancurnya ketika melihat ibunya mati tepat di depan matanya. Ayahnya juga....

"Apa yang kamu dapatkan jika membantuku? Sekali lagi ku katakan. Kamu seperti bukan tipe orang yang akan melakukan sesuatu tanpa balasan." Ralf memperjelasnya, berniat memberi peringatan untuk tidak menyembunyikan apapun darinya.

Nielz tertawa geli melihat keberanian anak laki-laki di depannya. Ia tidak menyangka akan menemukan orang semenarik ini.

"Kamu sepertinya pintar menilai orang. Tentu saja, aku selalu mendapat balasannya. Tapi, hal itu tidak begitu penting untukmu. Jadi, bagaiman? Terima atau tidak?" Nielz kembali mengulurkan tangannya.

Saat itu Ralf memutuskan sesuatu di hidupnya. Ia menerima uluran tangan Nielz yang masih tidak bisa ia percaya, hanya agar dendamnya bisa terbalaskan.

Ia berjanji akan membuat orang itu menderita lebih parah dari apa yang di alaminya malam itu.

To Be Continued:

1
Tachibana Daisuke
Terus menulis, jangan kapok ya thor!
Rahael: makasih semangatnya🤗
total 1 replies
khun :3
Ceritanya bikin penasaran thor, lanjutkan!
Rahael: tunggu kelanjutannya ya🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!