NovelToon NovelToon
From Duks Till Dawn

From Duks Till Dawn

Status: sedang berlangsung
Popularitas:138
Nilai: 5
Nama Author: Cherry_15

Seorang perempuan cantik dan manis bernama Airi Miru, memiliki ide gila demi menyelamatkan hidupnya sendiri, ditengah tajamnya pisau dunia yang terus menghunusnya. Ide gila itu, bisa membawanya pada jalur kehancuran, namun juga bisa membawakan cahaya penerang impian. Kisah hidupnya yang gelap, berubah ketika ia menemui pria bernama Kuyan Yakuma. Pria yang membawanya pada hidup yang jauh lebih diluar dugaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cherry_15, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18. From Dusk

“Jadi, mau bikin tato di bagian mana?” tanya Ryuka saat baru saja sampai pada tempat pembuatan tato.

“Tempat yang agak tertutup, tapi masih bisa dilihat oleh diri sendiri. Bagaimana jika di dada juga, seperti Ryuka?” jawab Airi dengan polos, menatap riang pada Ryuka.

“Tak boleh!” tolak Ryuka dengan cepat dan tegas.

“Mengapa tak boleh?” tanya Airi sedikit kecewa.

“Pokonya tak boleh! Cari area lain saja!” tegas Ryuka sedikit sinis.

“Aaahh..! Aku kan, ingin tampil serasi dengan Ryuka!” Airi mulai merengek.

“Tak perlu di area yang sama! Makna tulisannya juga serupa dan akan tampak serasi.” Ryuka menjelaskan dengan tegas, berharap Airi akan berhenti memaksa.

“Tapi mengapa, Ryuka!? Beri aku alasan!” Airi terus saja mendesak Ryuka untuk menjawab.

“Yang membuat tatonya, jantan. Lagipula, membuat tato di area dada itu akan jauh lebih sakit dari area yang lain. Posisinya dekat dengan bagian paru-paru juga jantung, yang menambah resiko masalah serius.” Ryuka akhirnya memberi alasan.

“Begitu? Yasudah, di lengan atas saja! Boleh kan?” Airi dengan mudah dan polosnya, mengganti keputusan.

Ryuka menghela napas lega, lalu tersenyum manis sebelum menjawab. “Boleh. Area situ akan lebih aman dan minim resiko ketimbang dada. Meskipun yang namanya membuat tato, akan tetap terasa sakit juga.”

Ryuka pun akhirnya menemani Airi membuat tato di area lengan atasnya. Tentu saja, yang menentukan tulisan dan model pada tato tersebut adalah Ryuka. Dia paling mengerti makna dalam tato.

Dengan penuh rasa prihatin bercampur kasih sayang, Ryuka terus memandangi Airi yang sedikit menangis kesakitan setiap kali jarum berisi tinta tertusuk pada kulitnya.

“Masih kuat?” tanya Ryuka lembut. Ia memegangi tangan Airi yang satunya lagi.

“Harus kuat, demi perlindungan!” jawab Airi diselingi rintihan tangis sakit.

Ryuka jadi tak tega melihatnya, namun ini adalah keinginan Airi sendiri dan ia sempat menawarkan duluan. Rasanya tidak adil jika tiba-tiba ia melarangnya membuat tato.

Setelah merasakan sakit kurang lebih selama 30 hingga 60 menit, akhirnya Airi bisa menikmati indahnya karya tato yang terukir pada lengan atas kiri.

Begitu indah tulisan yang terlukis pada lengan Airi, tato itu bertulisan ‘Servatis a Maleficum’. Mirip dengan tulisan yang berada pada dada Ryuka, namun maknanya sedikit berbeda.

Airi begitu gembira, menyukai hasil tato yang terukir pada lengannya. Meski masih terasa perih, juga meski ia belum mengerti makna yang tertulis didalamnya. Ia tetap mencintai tato tersebut.

Yang gadis polos itu ketahui hanyalah, makna tato miliknya juga milik Ryuka sama saja untuk bentuk perlindungan diri. Namun belum memahami arti detail per kalimatnya, ia belum begitu peduli akan hal itu.

“Ryuka, tato ini indah banget!” seru Airi sembari terus melihatnya berulang kali di sepanjang perjalanan pulang. Ia bahkan tersenyum riang hingga melompat-lompat layaknya anak kecil.

Ryuka tersenyum hangat dari balik maskernya.

“Baguslah jika kau menyukainya. Tato itu akan melekat seumur hidup pada kulit, jadi akan sangat disayangkan jika hasilnya tidak sesuai yang kita suka.”

Airi mendekap erat lengan Ryuka sembari tersenyum manis.

“Terimakasih, ya. Ryuka memang yang terbaik!” ucapnya sembari menyandarkan kepala pada lengan atas Ryuka.

Ryuka mengangguk singkat. “Setelah ini, kau yakin ingin langsung pulang?” tanyanya lembut.

“Memang Ryuka mau ajak aku menginap di hotel lagi?” Airi berbalik tanya dengan polosnya.

“Tidak. Hotel itu teramat mengerikan!” jawabnya dengan cepat, merinding mengingat Tsukiyama yang sedang mencarinya di sana.

Airi tertawa kecil mendengarnya.

“Tsukiyama itu, sepertinya dia penggemar berat Silent Cold Fire deh? Sebegitunya berusaha mencari Rakuyan tercinta,” ucap Airi dengan nada sedikit meledek, entah itu ke Rakuyan atau Tsukiyama.

“Entahlah. Kasihan dia, harus dikejar seperti itu saat sedang ingin tenang.” sambung Ryuka, berpura-pura menjadi salah satu penggemar yang membicarakan idolanya sendiri.

“Lalu, sekarang kita mau ke mana?” tanya Airi, mengembalikan topik pembicaraan.

“Mau coba camping?” tanya Ryuka, sedikit menawarkan ide menarik.

“Jangan terlalu lama bolos kerja, Ryuka. Bagaimana jika kau dipecat?” Airi mencoba memperingati.

“Sudah kubilang, bekerja hanyalah kamuflaseku di sini! Sekarang, aku hanya ingin menikmati waktu bersamamu.” jawab Ryuka, sedikit merayu Airi.

Gadis yang sedang dirayu, sedikit tersipu malu mendengarnya. Pipinya kini berwarna merah, dan senyumannya sulit untuk diartikan.

“Yasudah, lakukan sesukamu saja. Aku akan ikut, kemanapun kau mengajakku pergi.” ucap Airi akhirnya menyetujui, sembari sedikit merapikan atau mungkin hanya memainkan rambutnya.

Ryuka tersenyum lega mendengar persetujuan tersebut, merasa gemas dengan Airi yang mudah sekali dipengaruhi atau dibuat patuh padanya tanpa disadari.

Tanpa tunggu lama, Ryuka segera menyewa kendaraan juga perlengkapan untuk bermalam di gunung dekat kota. Menikmati jalan yang bisa dibilang cukup sepi, bersama Airi.

Hanya ada pepohonan dan sungai kecil di jalan berbatu yang mereka lewati menuju gunung. Hingga akhirnya sampai puncak gunung sebelum malam.

Ryuka dan Airi saling bantu dengan kompaknya, memasang tenda untuk beristirahat. Canda tawa menemani kehangatan mereka.

Hingga mentari tenggelam, mereka duduk di depan tenda. Menikmati minuman hangat, dibawah hamparan langit senja yang mulai berbintang.

“Apa tanganmu masih sakit?” tanya Ryuka ditengah obrolan senja, tiba-tiba khawatir akan keadaan tangan Airi yang baru saja dilukis tato.

“Masih sedikit perih, tapi sudah tidak terlalu sakit.” jawab Airi, sambil menikmati indahnya langit.

“Baguslah. Tadinya jika masih sakit, akan ku cium hingga sakitnya mereda.” ucap Ryuka dengan tenang.

Mendengar itu, Airi spontan terbelalak menyembunyikan senyuman jahilnya. “Argh! Sakit! Rasa sakitnya kambuh lagi! Sakit banget, sumpah!” rintihnya pura-pura kesakitan.

Jelas Ryuka tahu bahwa itu hanyalah peran yang sengaja dibuat-buat. Namun tak peduli, ia justru senang karena Airi berusaha agar bisa dIkecup olehnya.

Sembari tersenyum jahil, Ryuka perlahan mengecup hangat area lengan kiri Airi yang terlukiskan tato. Lengan itu masih terlihat cukup merah.

Kecupan tersebut cukup untuk membuat Airi merona malu, degup jantungnya dapat terdengar dengan sangat jelas oleh Ryuka.

Menyadari reaksi gugup tersebut, Ryuka semakin terpikirkan ide jahil lainnya. Dari lengan tangan, bibir Ryuka berkelana naik ke areal leher Airi.

“Kau ini..” bisiknya pelan sembari menjilat lembut leher gadis disampingnya.

“Tidak pandai bermain peran, tahu.” lanjutnya setelah bibirnya sudah berada tepat ditelinga Airi.

“Apa?” tanya Airi tak mengerti.

Ryuka tertawa kecil sebelum menjawab.

“Kau kira aku tak menyadarinya? Aku sudah tahu sejak awal, jika kau hanya pura-pura kesakitan. Sebegitunya ingin dicium olehku, hmmm? Bagaimana rasanya? Enak?”

Mendengar itu, wajah Airi yang tadinya sudah merah bertambah merah bagaikan buah tomat.

“Ih, Ryuka menyebalkan!” teriaknya sembari memukul pelan dada Ryuka.

Ryuka hanya tertawa lepas sembari berbaring pada rerumputan, sesekali memperhatikan kerlap kerlip cahaya putih berhamburan di langit jingga yang perlahan menghitam.

Untuk beberapa detik, suasana menjadi hening. Ryuka menyadari sesuatu yang membuat hatinya pilu.

“Menyebalkan, ya? Padahal tak memiliki hubungan khusus, tapi sudah seenaknya saja mencium mu di berbagai tempat. Aku memang bajingan.”

Mendengar itu, Airi sempat tersentak selama beberapa detik lalu menghela napas lembut. Ia menyusul Ryuka berbaring, namun tidak melihat langit.

Pandangannya fokus pada Ryuka. Ia mengusap-ngusap kening hingga rambut pria yang sedang larut dalam perasannya.

“Tak apa, Ryuka. Kau bisa melakukan apapun padaku, meski tanpa terikat status yang jelas. Aku menikmatinya, sungguh menikmatinya.” ucap Airi dengan penuh kelembutan, menenangkan.

Merasa tersentuh oleh perlakuan lembut tersebut, Ryuka menatap Airi dengan matanya yang berkaca-kaca.

“Kau.. mengapa begitu bebas memberiku akses untuk melakukan apapun? Aku bisa saja berbahaya bagimu. Kau tahu, aku ini laki-laki.” tanyanya sedikit merasa bersalah.

“Selama itu bersama Ryuka, tak ada apapun yang perlu aku takutkan.” jawab Airi dengan lembut dan jujur, kali ini terdengar serius.

“Mengapa kau begitu percaya padaku?” Ryuka tak bisa menentukan perasaannya, apakah ini terharu atau prihatin.

“Mungkin permainan psikologis? Makna dari tato itu di dadamu, membuatku benar-benar merasa terlindungi.” jawab Airi yang juga masih belum mengerti.

“Tapi kau baru mengetahui tatoku tadi pagi!”

“Ini psikologis darimu, Ryuka. Kau percaya bahwa tato itu bisa memberimu perlindungan, dan kepercayaan itu terpancar pada orang di sekelilingmu.”

Hening. Tak ada lagi yang berani membuka suara setelahnya. Mereka larut dalam perasaan masing-masing. Airi fokus memikirkan cara untuk menenangkan Ryuka, sedangkan Ryuka semakin menyadari perasaannya yang kian dalam terhadap Airi.

Hingga angin malam semakin menusuk, kedua insan itu memutuskan untuk masuk pada tenda dan beristirahat bersama didalamnya.

Airi seperti biasa sangat mudah terlelap, sedangkan Ryuka masih bertarung dengan pikirannya sendiri. Ia masih merenungi setiap perkataan yang mengalir dari bibir indah gadis disebelahnya.

Tentang kepercayaan juga perlindungan, terutama tentang cahaya yang Airi katakan pagi tadi sebelum sarapan sate. Semuanya, terus terputar dalam kepala Ryuka.

Sepertinya ia menyadari akan rasa cinta yang terus tumbuh di hatinya. Namun ia masih ragu, karena ini terlalu cepat. Ia belum siap untuk kecewa lagi.

Ryuka sangat sadar, bahwa ia ingin memiliki Airi dan teramat takut kehilangannya. Namun ia tak yakin, apakah rasa ini boleh terus tumbuh di hatinya atau tidak.

Dalam berbagai resah dan kebimbangan, Ryuka memaksakan diri untuk terpejam. Berharap esok hari rasa cintanya akan terasah lebih tajam.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!