Menjadi Istri Kedua

"Apa yang kau lakukan Arthur? Bagaimana bisa kau melakukan ini? Ini tidak seperti yang kau janjikan padaku" protes Delon.

"Seluruh harta Anderson seharusnya menjadi milikku. Lalu kenapa kau berikan pada Elena?" teriak Delon frustasi mendengar ucapan Arthur yang mengatakan jika pria itu sudah memberikan seluruh aset milik Albert pada Elena.

"Untuk mendapatkan apa yang aku mau maka aku harus memberikan apa yang dia inginkan. Dia menginginkan seluruh harta Albert jatuh ke tangannya dan dia bersedia menikahi Rafael. Lalu kenapa aku harus berpikir dua kali?"

"Tapi kau sudah berjanji memberikan harta Albert untuk menjadi milikku, Arthur"

"Memang sebelumnya aku menjanjikan hal itu. Tapi mau bagaimana lagi? Aku ingin keinginanku tercapai dan apapun akan aku lakukan asal yang aku mau bisa terlaksana dengan baik" ucap Arthur enteng.

"Dia memintanya sebagai hadiah pernikahan. Dia menantuku sekarang" Arthur tertawa penuh kemenangan.

"Dan kau melupakan janjimu, Arthur? Kau menghianati aku? Arthur, kau salah berhadapan dengan seseorang. Aku bisa melakukan apa saja untuk membalas dendam padamu" Delok menodongkan senjatanya di atas kepala Arthur namun tak membuat pria itu takut.

"Silahkan saja. Lakukan apa yang kau mau sesuka hatimu. Tapi kau tidak akan mendapatkan apa yang kau mau, Delon" ejek Arthur

"Oh ya? Kau begitu yakin? Aku masih bisa merebutnya dari Elena" balas Delon dengan sombong.

"Lakukan saja jika kau mampu" lirih Elena dibalik dinding ruangan tempat Delon dan Arthur berbicara. Ia tersenyum puas mendengar nada frustasi Delon yang kehilangan apa yang dia inginkan. Saat ini semuanya berjalan sesuai rencananya.

"Tapi ini belum seberapa" Elena melirik sinis ke arah pintu ruangan yang tertutup rapat itu. Ia melangkah pergi menjauh dan kembali ke Rafael yang berada di bawah bersama para tamu undangan.

"Kau kemana saja?" bisik Rafael di samping telinga Elena.

"Toilet" jawaban yang singkat, padat dan jelas dari bibir Elena. Namun tak membuat Rafael puas. "Kenapa lama sekali?" tanya Rafael lagi.

"Lo kangen ya?" Rafael menarik tubuhnya dan menyesal melontarkan kata-kata itu yang membuat gadis di sampingnya ini menjadi kepedean.

"Dih. Ngapain juga gue ngangenin lo. Kenal aja cuma barusan" Rafael mengedikkan bahu acuh begitupun dengan Elena.

Elena melirik lantai atas dimana Delok keluar dari ruangan itu dengan wajah marah dan frustasi karena gagal mendapatkan apa yang dia inginkan. "Orang jahat juga pantas untuk di balas bukan?" sinis Elena dan tersenyum.

"Kenapa senyum-senyum? Naksir lo ya sama gue" tuduh Rafael membuat Elena tersenyum kecut. "Dari sekian banyak manusia gue masih bisa mencintai orang lain dari pada suka sama lo" Elena beranjak dari duduknya membuat Rafael penasaran.

"Mau kemana lagi lo?"

"Ambil minum, gue haus. Gamau kan lo nyawa lo melayang di tangan papa Arthur karena ngebiarin gue mati kehausan" ucap Elena dan pergi begitu saja mengambil minum karena dirinya benar-benar merasa haus.

"Rafael!!" Jasmine mendaratkan tubuhnya dengan kasar di kursi samping Rafael membuat pria itu terkejut bukan main. "Aku gak suka kamu deket-deket sama cewek itu. Meskipun dia istri kamu, tapi aku mau kamu jauhin dia dan jangan sampai kamu jatuh cinta sama cewek kaya dia" ucap Jasmine memberikan peringatan.

"Meskipun dia cantik, aku gak akan jatuh cinta sama dia" ucap Rafael santai dan enteng.

"Aku mau dia segera tau kalau aku ini istri kamu juga. Istri pertama kamu" ucap Jasmine dan menekankan pada kata istri pertama.

"Aku akan memberitahunya setelah acara selesai"

"Sayang, aku kangen banget sama kamu. Gara-gara papa aku gak bisa deket-deket sama kamu dari tadi" rengek Jasmine dan memeluk tubuh suaminya dengan sangat erat.

"Aku cemburu tiap kali liat kamu sama dia"

"Buat apa? Aku sama dia hanya suami istri di atas kertas. Hubungan kamu tidak dilandasi dengan rasa cinta" ucap Rafael menenangkan istrinya itu. Ia mengusap punggung Jasmine agar wanita itu merasa tenang.

"Tetep aja aku cemburu"

"Ouh jadi dugaanku benar" batin Elena dari kejauhan.